30. waktu

97 22 1
                                    


No silent readers

Happy reading

Nayya berburu buru masuk ke dalam ruangan rumah sakit dengan selembaran formulir di tangannya. Pagi ini ia akan mencoba untuk ikut perlombaan di sekolah.

Nayya masuk ke dalam ruangan kedua orang tuanya dengan pelan pelan , sebab, kedua orang tuanya masih terbaring lemas di kasur rumah sakit , ibunya yang kondisinya kembali memburuk dan ayahnya yang masih belum sadar dari koma.

Nayya terduduk di kursi di tengah antara kasur rawat ayah dan ibunya.

Nayya terduduk dengan tangan yang memegang formulir pendaftaran di malam itu Nayya memantapkan diri untuk ikut perlombaan dengan Abel.

Nayya meraih kedua tangan orang tuanya kemudian mengusap jari jari mereka sembari mengingat apa yang telah orang tuanya buat sampai ia menjadi wanita yang seperti ini.
Ia juga ingat Sangat bagaimana dirinya menyusahkan kedua orang tuannya

Nayya terduduk dan menghadap ke arah ibunya dan ayahnya.

"Ma, Pa, aku bisa sukses dan membahagiakan kalian dengan caraku sendiri." seru Nayya sembari mengelus punggung tangan kedua orang tuanya yang tak sadarkan diri di kasur rumah sakit.

Nayya menghapus air matanya, pandangannya tertuju pada kertas lomba yang akan ia ikuti nanti.

"Aku bisa! " Nayya berdiri dari kursi tempat ia duduki, ia berjalan keluar ruangan.

Nayya bergegas keluar ruangan dan menutup pintu ruangan dengan pelan kemudian berjalan menuju sekolah.

Di perjalan menuju sekolah, ada salah satu mobil yang menyuruhnya berhenti.
Seorang wanita keluar dari mobil itu kemudian mendekati Nayya ternyata itu Chen, si anak baru.

"Hai, Nayya." spaa Chen pada Nayya

"Kenapa?" tanya Nayya.

"Saya cuma mau bilang, mulai sekarang kita saingan untuk dapetin Rafa, ya walaupun gua tau gua yang bakal menang  Karna secara jelas gua calon tunangannya Rafa."ucap chen kemudian gadis itu masuk ke mobil dan pergi begitu saja.

Nayya menghembuskan nafas pelan kemudian berjalan lemas ke arah sekolah. Pagi pagi gini, sudah di suguhi dengan perdebatan.

Nayya melamun, bagaimanapun dirinya dan Rafa tidaka kan pernah bisa bersatu.

Saat sampai di sekolah, Nayya memberikan formulir pendaftaran nya pada Abel, membuat sahabatnya berjingkrak jingkrak kesenangan.
"Yey! Akhirnya Lo ikut" ujar Abel.

Nayya mengangguk, ia sekarang sungguh tidak mood.

"Kak Rafa masuk sekolah?" tanya Nayya.

"Kayaknya ngga, soalnya sih kata kak Bagas kak Rafa lagi ada urusan keluarga." Jawab Abel.

Nayya menumpukan tangannya sebagai bantal Kemudian memandang ke arah jendela.

*******

Disisi lain keluarga Akalanka sedang berkumpul di ruang keluarga untuk membicarakan tentang ulang tahun Zaidan yang akan di laksanakan 3 hari lagi.

"Jadi, kamu mau ngundang artis mana yang bakal ngisi acara kamu?" tanya Akalanka.

Rafa melirik Zidan menunggu jawaban Dari adiknya itu.
"Gimana kalo kak Nayya yang ngisi?" ujar Zaidan sembari melirik Rafa dan menaruh tangan telunjuk di dagu dan menggosok gosoknya seperti berfikir.

Rafa kaget, ia kemudian menatap Zaidan, atas keputusan yang diambil Zaidan, bisa saja nanti membuat Nayya malu .

" Tidak! Apa apa an kau ini!?" Bantah ayahnya.

Rafa berbisik.
"Apa yang Lo lakuin?" bisik Rafa

"Shutt bang, Lo diem deh, kalo kak Nayya ke sini, ayah bisa mengubah pandangan pada Nayya." Bisik Zaidan sembari tersenyum.

"Ayah, ini ulang tahun ku, hari spesial untukku! aku berhak menentukan ini," ujar Zaidan ia kemudian berdiri kemudian melambaikan tangan dan pergi ke arah tangga.

"Aih anak itu, bagaimana Kita mengundang wanita seperti itu?!" kesal ayahnya.

"Sudahlah, biarkan saja." Ibu Rafa menyelah.

Rafa tersenyum, kemudian berdiri kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Rafa tersenyum, akhirnya ada jalan.

Rafa membuka ponselnya kemudian mengirim pesan ke Zaidan.
"Thanks dek."

Rafa sekarang hanya perlu menanyakan apakah Nayya mau tampil disini atau tidak.

****

Hhalo gimana kabarnya??? Apa maaf ya jarang up, aku sibuk bangett... ><

Jangan lupa vote and komen Yaa?!

Diriku Adalah Diriku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang