5.STARXA

11.6K 751 135
                                    

Bantu share cerita ini di akun sosmed kalian ya🤎

🦋

Setidaknya seseorang yang kau sebut musuh tidak bermuka dua seperti orang yang kau sebut teman

—🐊🦋—


"GRAVEUZ! KELUAR LU SEMUA ANJING!!"

Semua anak-anak Graveuz menghentikan kegiatan mereka. Berdiri dari duduknya, kemudian segera keluar dari markas saat kegaduhan diluar semakin menjadi.
Tak terkecuali Sagara, Boss bayi mereka yang baru saja terlelap beberapa saat lalu, kini membuka mata. Tatapannya berubah tajam dengan rahang mengeras. Ia langsung beranjak dari posisinya, keluar markas diikuti Svarga dan yang lain.

Dihadapan Graveuz, berdiri banyak orang dengan tatapan menyorot tajam Sagara dan anggotanya. Motor mereka terparkir rapi disamping motor anak-anak Graveuz. Tak lain dan tak bukan, mereka adalah Starxa. Musuh bebuyutan Graveuz. Seluruh anggota Starxa bersekolah di satu sekolah yang sama. Stm Bima Sakti.

"MAU APA LO KESINI?!" teriak Sagara. Ia berdiri didepan seluruh anggota Graveuz sebagai pemimpin.

"Gue mau ngajak lo berantem. Kenapa? Takut?" tantang ketua Starxa, Aldaren Hernandez.

Sagara mengangkat sebelah alisnya. "Gue takut sama lo? Bangun. Jangan halu terus!" cibir Sagara tersenyum mengejek.

"Banyak omong lo!" Aldaren, cowok berdarah Spanyol itu maju beberapa langkah begitupun dengan Sagara.

"Hari ini lo dan geng lo itu bakal kalah!" tegas Aldaren.

Sagara berdecih. "Bacot babu!"

"STARXA SERANG!" teriakan Aldaren menggelegar.

"GRAVEUZ MAJU!"

Detik itu juga, perkelahian antar geng besar itu dimulai. Jumlah mereka cukup seimbang. Hanya saja, anggota Starxa lebih banyak sedikit karena anggota Graveuz angkatan tiga, empat, dan lima ada di markas cadangan. Tapi itu sama sekali tidak berdampak bagi anak-anak Graveuz.

Bugh

Sagara melayangkan pukulan tepat diwajah songong Aldaren. Pukulan yang tidak main-main itu berhasil merobek sudut bibir Aldaren.

Aldaren yang sempat mundur kebelakang, kini berlari tergesa kemudian membalas pukulan Sagara. Dan ya, wajah tampan Sagara kini dihiasi ruam kebiruan.

Sagara kembali melayang tendangan keras membuat Aldaren tersungkur diikuti erangan sakit yang keluar dari mulutnya.

"SAGARA BANGSAT!"

Aldaren meraih kayu yang tergeletak disampingnya kemudian memukul kayu itu ke lengan Sagara. Sayangnya, reflek Sagara terlalu bagus sehingga ia dapat menghindar dari pukulan keras yang bisa saja melukai lengannya.

Sagara menatap Aldaren dengan sorot mata yang semakin tajam. "Jangan kaya pengecut! Main yang seimbang. Gue dan anggota gue, gak ada pake alat sama sekali!"

Aldaren menatap kayu yang ia pegang kemudian melemparkannya dengan asal. "Gak adil bajing! Kita gak impas. Sini gue tendang!"

Sagara memutar kedua bola matanya malas. Begini terus. Aldaren kalau berantem, tidak mau kalah. Harus seimbang.

"Nih, cepetan tendang gue."

Aldaren tersenyum puas. Ia mulai mengambil ancang-ancang kemudian menendang kaki kiri Sagara yang sudah melipat kedua tangan di dada seperti tak terjadi apa-apa.

My Spoiled Boss BayiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang