17.SICK BABY

12.3K 824 305
                                    

Sagara yang main selingkuh selingkuhan, yang disalahin aku juga☺️ Tega sekalii:(

🦋


"Ayay nya mana? Kok belum dateng?"

Svarga menghela napas jengah. Sejak bangun tadi Sagara tak berhenti merengek meminta agar Ayla cepat datang. Kedua manik bulatnya yang masih sayu itu sudah berembun dengan bibir melengkung kebawah.

Bocah bertubuh remaja yang kini tengah mengenakan piyama Boboiboy itu mulai menarik-narik ujung baju Svarga karena tak ditanggapi sedikitpun oleh kembarannya.

"Sabar Gar, bentar lagi kesini kok. Jangan banyak gerak, tangan lo masih diinfus, etdah bocah!"

Sagara menendang udara kesal. "Ayay nya adek manaaaaaa!" rengek Sagara.

"Hitung sampe seratus coba."

"Buat apa?"

"Nanti pas itungan ke seratus, Ayla pasti udah dateng," ucap Svarga walaupun ia hanya mengada-ada. Semoga saja nanti Ayla memang muncul.

"Beneran?" Sagara antusias.

Svarga menganggukkan kepalanya meyakinkan. Sagara dengan polosnya pun mulai menghitung dengan suara pelan bahkan seperti berbisik sembari memilin ujung selimutnya.

"Satu, dua, tiga, empat puluh, lima pul-"

"Heh! Sejak kapan dari tiga langsung empat puluh? Yang bener Gar. Kalo gak bener nanti Ayla gak bakal dateng," potong Svarga.

Sagara mengerucutkan bibirnya lesu. Tangannya bergerak membenarkan letak nasal dihidungnya karena sedari awal dia memang sangat banyak bergerak, seperti cacing kepanasan.

"Hitung lagi, yang bener," suruh Svarga.

Sagara menghirup udara yang dihasilkan dari alat dihidungnya sedalam mungkin. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas ...."

Svarga terkekeh geli. Ia kembali memfokuskan perhatian pada benda pipih ditangannya sibuk membalas pesan-pesan dari inti Graveuz yang sedang berada dimarkas karena mendadak ada kendala disana.

Suara kecil Sagara yang sedang menghitung masih dapat Svarga dengar hingga pada hitungan ke enam puluh delapan, suara kecil itu pun kian menghilang membuat Svarga lantas menoleh pada Sagara.

Svarga membulatkan matanya kala mendapati Sagara dengan suara napas berat menatapnya dengan bibir bergetar menahan tangis.

"Kenapa berhenti? Ada yang sakit?" tanya Svarga heboh.

"Lemes, sesek," adunya dengan dada naik turun tak beraturan.

Svarga mengubah posisinya menjadi duduk. Menghadap sepenuhnya pada Sagara yang sepertinya kembali kehilangan sebagian pasokan udara. Ia pun mulai mengusap dada Sagara berharap agar rasa sesak Sagara segera hilang.

"Kok bisa sih? Padahal udah pake nasal loh."

"L-Lo sih! Nyuruhnya gak jelas!" sewot Sagara masih sempat-sempatnya ngegas.

"Lah? Kan gue nyuruhnya ngitung doang. Siapa suruh ngitungnya gak pelan-pelan? Kalo udah kaya gini nyalahin gue, habis itu nangis!" Svarga tak mau kalah.

Perdebatan yang sangat singkat itu diakhiri dengan suara tangis Sagara yang mulai menggema di seluruh penjuru kamar besar mereka. Air matanya merembes keluar membasahi ujung matanya dengan bibirnya yang perlahan ia paksa mengatup agar suara tangisnya tak terlalu terdengar, takut Svarga memarahinya.

Svarga spontan melotot tak menyangka bahwa kata-katanya malah membuat Sagara kembali menangis. Ia hanya berniat bercanda, sungguh. Ia hanya suka melihat wajah kesal Sagara tapi ia sepertinya lupa bahwa kini Sagara benar-benar sensitif.

My Spoiled Boss BayiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang