Athira 6

982 159 13
                                    

"Mas, apa kamu tidak senang kalau kita akan punya anak "

"Bukan begitu, kamu tau sendiri kan " Mas Bagas terlihat begitu emosi. Sejak aku mengenalnya baru kali ini melihatnya marah.

"Tapi aku menginginkan anak ini,"

"Dan aku masih ingin bersamamu lebih lama lagi, Athira ku mohon, pikirkan kesehatanmu, pikirkan orang-orang yang menyayangimu, bukan hanya aku pasti keluargamu tidak akan setuju dia hadir sekarang"

"Mas ada atau tidaknya bayi ini aku akan tetap mati Mas,"

"Setidaknya untuk waktu yang lebih lama, bukan beberapa bulan lagi "

Sebenarnya aku juga bimbang, saat kami konsultasi dengan dokter yang menanganiku, aku memang bisa punya anak, tapi akan membahayakan keselamatanku. Tadi juga dokter bilang aku harus segera mengambil keputusan, jika aku tetap mempertahankan bayi nyawaku yang terancam.

"Kamu tahu Mas, dari dulu aku selalu membayangkan aku bisa  menikah dengan laki-laki yang mencintai ku dan kami hidup bahagia dengan anak-anak kami, dan Tuhan mengabulkannya. Dia mengirimkan kamu untuk jadi suamiku, dan sekarang Tuhan juga menitipkan amanahnya padaku. Aku tidak ingin menyia-nyiakan itu Mas."

"Kita bisa mengadopsi bayi, jika kamu ingin memiliki anak"

"Tapi aku ingin melahirkan anakku sendiri Mas, ingin merasakan bagaimana mengandung dan melahirkan. Kamu tahu seorang perempuan belum di katakan sempurna bila belum bisa mengandung dan melahirkan anaknya" aku tahu Mas Bagas sangat mencintai ku, dia hanya belum siap kehilanganku.

"Tapi bagiku kamu sangat sempurna Athira" Mas Bagas menggenggam tangan ku.

"Aku sangat mencintamu, aku belum siap kehilangan kamu" kulihat matanya berkaca-kaca. Ya Tuhan apa yang harus hamba lakukan.

"Mas, jika anak ini lahir, kalau aku pergi dari dunia ini, setidaknya ada diriku pada anak ini, yang bisa Mas peluk jika rindu denganku" ku belai wajah tampannya, dulu butuh waktu lama dia membuka hatinya setelah kepergian istri pertamanya.

"Tidak sayang, aku ingin kamu yang selalu berada di sisiku,"

"Mas" aku membawa telalak tangannya ke permukaan perut rataku. "Apa Mas tega melenyapkannya buah hati kita sendiri. Dia anak kita Mas darah daging kita" Mas Bagas cepat-cepat menjauhkan tangannya.

"Dia masih segumpal darah, jadi kalau pun kita mengeluarkannya tidak akan berdosa "

"Tidak Mas, aku tidak mau menggugurkan nya, walaupun dia hanya segumpal darah, aku sangat mencintainya"

"Athira kamu jangan keras kepala, ini demi kesehatan kamu " Mas Bagas mencengkeram bahu sangat kuat, sakit rasanya tapi lebih sakit saat dia menyuruhku melenyapkannya bayi kami. Tiba-tiba aku teringat kak Asha, dulu aku pernah menyuruhnya menggugurkan bayinya. Mungkin ini yang dia rasakan ketika semua orang tidak menginginkan bayi yang kita kandung.

"Aku tetap akan mempertahankan bayi ini Mas, walau nyawaku taruhannya" Ya aku memutuskan akan melahirkan anakku apapun yang terjadi. Sudah ku katakan dari awal ada atau tidaknya bayi ini, aku akan tetap mati kan? Jadi aku putus kan aku akan mempertahankannya.

"Jangan gila kamu, kamu harus mikirin keluarga kamu juga Athira," ujar Mas Bagas dia begitu emosi.

"Maafkan aku Mas, aku ga bisa membunuh bayiku "

"Kita tidak membunuhnya,"

"Lalu apa?"

"Ini demi kesehatan kamu, aku yakin jika Papa tahu dia juga akan melakukan hal yang sama"

"Mas mengerti lah,"

"Kamu yang harusnya mengerti,"

"Jika kamu benar-benar ingin mempunyai anak kita ke panti asuhan sekarang, kita bisa mengadopsi banyak anak"

"Aku ingin dia, bukan anak orang lain" Sebenarnya aku sudah lelah, mungkin karena hormon kehamilanku juga, sakit badanku juga sakit hatiku.

"Istirahat lah besok kita bicarakan lagi" Mas Bagas lalu pergi keluar kamar.

"Apa yang harus aku lakukan ya Tuhan "

Bersambung
20 Agustus 2021
THB

ATHIRA  (Aldama Family Seri 10)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang