chapter twelve - mad•ame

274 28 2
                                    

"Apa yang kau lakukan disini?" sindir pria dengan sedikit membukakan pintu apartemennya.

"Biarkan aku masuk." acuh wanita tersebut dan mendorong pria itu untuk memasuki apartemennya.

Taehyung pun menggeram dan membanting pintu di belakangnya untuk menyusul wanita yang kini sangat dibencinya itu. "Jennie tidak ada disini."

"Aku tahu." balasnya singkat.

"Lalu apa maumu sekarang?!" tanya Taehyung dengan tatapan kesalnya.

Irene pun hanya tersenyum sinis "Kau tidak menawari minum untuk tamu mu?"

"Diam dan jawab pertanyaanku!" ulang pria Kim dengan emosi yang sudah tercetak jelas membuat wanita yang duduk di hadapannya itu pun terkekeh.

"Aku merindukan tunanganku, apa itu salah?"

Taehyung pun mengepal kedua tangannya, 'Kalau bukan wanita sudah ingin kuhajar rasanya.'

"Cepat katakan maksud tujuanmu kesini atau kupanggil petugas keamanan untuk mengusirmu." ucap Rose secara tiba-tiba dengan penuh penekanan.

Wanita itu pun hanya merotasikan bola matanya malas melihat bagaimana wanita itu tidak lagi memanggilnya dengan embel-embel eonnie. "Well hello to you too, adik ipar."

Ck. Menyebalkan. "Cut the crap and straight to your point here, eonnie."

Taehyung pun terdiam melihat bagaimana cara adiknya merespon wanita bernama lengkap Bae Irene tersebut tanpa rasa takut.

Irene pun tertawa geli melihat kedua kakak beradik tersebut menatapnya dengan penuh rasa benci. "Hah yaampun kalian lucu sekali." sarkasnya dan mengelap sudut matanya yang sedikit mengeluarkan air mata.

Namu tak lama dirinya pun berdeham "Baiklah kalau kalian memaksa." ucapnya sambil melemparkan sebuah amplop berukuran sedang ke meja di hadapannya dan membuat dua Kim tersebut mengernyit heran.

"Kenapa diam? Cepat buka amplop itu jika ingin tau apa maksud dan tujuanku kemari."

Sebelum tangan Taehyung mengambil amplop tersebut, Rose sudah terlebih dahulu meraih dan membukanya tidak sabaran. Seketika membeku dengan apa yang dilihatnya. Taehyung yang penasaran pun mendekat dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Sebuah foto yang mendapati satu sosok wanita paruh baya yang wajahnya terbilang tidak asing lagi dan lebih mengejutkannya lagi tidak hanya satu lembar foto saja namun terbilang banyak.

"Dia—"

Belum sempat melanjutkan sudah dipotong cepat oleh Irene. "Benar, dia Mrs. Kim. Ibu kandung Jennie."


~
"Sudah bagaimana perkembangannya?" tanya wanita tersebut kepada pria berkulit pucat tanpa berbasa basi, ya mereka sedang melakukan FaceTiming saat ini di kamar hotel mereka masing-masing.

"Nothing's new, aku tidak tahu mengapa wanita itu selalu berada di tempat yang sama akhir-akhir ini." sahut pria tersebut dari sebrang sana.

"Apa itu normal?" tanya Jennie dengan perasaan ragu.

"Bisa jadi, karena bagaimanapun dia juga memiliki keluarga untuk diurusnya saat ini." balas Yoongi kembali.

Jennie tersenyum pedih mendengar kata 'keluarga' yang terucap. Entah mengapa Jennie merasa iri dengan keluarga tersebut yang terbilang harmonis.

Jennie yang sedari tadi hanya melamun tersebut akhirnya tersentak karena pria bermarga Min tersebut memanggilnya berulang kali. "Hey Jennie Kim!"

"Ah maaf aku sedang memikirkan sesuatu tadi."

Yoongi pun akhirnya memilih untuk tidak mempertanyakan apa yang sedang dipikiran oleh wanita itu saat ini. "Kurasa kau mengalami jet lagged."

Jennie pun hanya menghela nafas "Kurasa juga begitu. Baiklah kalau begitu aku beristirahat dulu, Yoon." pamitnya kepada pria itu dan dibalas dengan sebuah gumaman lalu memutuskan panggilan tersebut.

'Kenapa kau tidak pernah jujur padaku tentang apa yang sedang kau rasakan Jennie. Dan sekeras apapun diriku mencoba untuk tidak memperdulikanmu tetap tidak bisa menghentikan sebuah fakta jika aku mengkhawatirkanmu.'

~
'Wanita ular sialan!' geram pria tersebut dengan kedua tangannya yang mencengkram setir tersebut dengan kuat dan memperlihatkan kukunya sudah memutih.

Dengan perasaan marah, pria itu kembali menginjakkan pedal gas mobilnya kembali membelah jalanan di depannya dan tidak peduli dengan umpatan dari sekitarnya. 'Sial benar-benar sialan!'

"Kenapa teleponnya tidak diangkat sih!?"

Sesampainya pria itu di kediaman rumah keluarganya tersebut akhirnya tidak mengambil banyak waktu, memilih untuk segera melangkah memasuki rumah megah tersebut tanpa menghiraukan sambutan dan pandangan terkejut dari para pelayan.

'Tidak biasa tuan muda datang ke rumah.'

'Kukira tuan muda sedang kerja dinas di luar negri?'

'Apa nyonya sudah tau akan kehadiran tuan muda?'

'Hati-hati tuan muda bisa mendengarmu.'

kira-kira seperti itulah bisikan dari para pelayan tersebut.

"Dimana wanita sialan itu?!" tanya pria tersebut menatap tajam ke arah para pelayan yang sedang berbisik tersebut dan seketika terbelalak kaget karena pertanyaan tuan mudanya yang tiba-tiba tersebut.

"N-nyonya ada di lantai tiga, tuan muda." jawab salah satu pelayan tersebut dengan sedikit terbata.

'Sial apa yang dia lakukan disana! Kalau sampai dia menyentuh barang-barang milik ibu, maka akan kupatahkan kedua tangannya.'

Pria itu pun segera melangkah pergi melewati para pelayan yang menunduk tersebut dan beralih menaiki tangga dengan amarah yang tidak dapat dipendamnya lagi. Seakan akan melupakan bahwa terdapat sebuah lift di dalam rumah tersebut.

Ck. 'Dimana dia sekarang! Apa para pelayan itu telah berani membohongiku!?'

Tidak lama terdengarlah hentakan heels berukuran 7cm yang menggema di ruangan tersebut. Wanita berparas cantik dengan umurnya yang terbilang tidak muda lagi itu pun tersenyum mendapati kehadiran pria muda yang dinantinya.

"Tidak kusangka kita bertemu lagi, Oh Sehun."

𝘿𝙄𝙎𝘾𝙊𝙉𝙏𝙄𝙉𝙐𝙀𝘿  (major editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang