chapter seven - 𝘐'𝘮 𝘨𝘰𝘪𝘯𝘨 𝙨𝙤𝙡𝙤

750 64 0
                                    

Di kejauhan terlihat seorang wanita sedang duduk beserta koper di sampingnya selagi menunggu kedatangan sang kekasih siapa lagi kalau bukan pria yang bernama lengkap, Kim Taehyung.

Satu jam telah berlalu dan sama sekali tidak terlihat batang hidung dari sosok yang ditunggunya sedari tadi hingga terdengar bunyi sebuah pemberitahuan untuk keberangkatan menuju Paris.

Dengan keadaan gusar akhirnya wanita itu memilih untuk bangkit berdiri dan menarik kopernya menuju pintu keberangkatan. Namun langkahnya tersebut harus terhenti saat sebuah tangan pria menarik lengan serta mendekap tubuh si wanita mungil tersebut ke dalam pelukannya.

"Jane-" sahutnya kemudian yang tidak mendapatkan respon apapun dari wanita tersebut.

"Maaf aku datang terlambat dan tidak dapat pergi bersamamu. Tapi aku akan pastikan menyusul secepat mungkin setelah semua masalah ini selesai."
jelasnya serta mengecup kening kekasihnya itu dengan lembut. "Tolong jaga dirimu dengan baik dan kabari aku segera kau telah sampai disana. Aku mencintaimu."

Namun bukan sebuah jawabanlah yang didapat oleh pria tersebut melainkan tetesan air mata yang mengalir dari wajah wanita itu. "Kenapa kau ingin selalu menyelesaikan segala sesuatu sendirian!? Kenapa aku tidak boleh ikut dirimu saja? Kenapa!?" tanpa membalas, pria itu langsung merangkup wajah wanita itu dan menciumi lembut bibir ranum miliknya hingga berlangsung beberapa saat.

"Karena kau sangat berharga bagiku dan aku berjanji akan segera menyelesaikan permainan konyolnya itu. Kau percaya padaku, kan?" dan dibalas anggukan oleh wanita tersebut, mengeratkan pelukannya pada pria itu.

Panggilan terakhir untuk penerbangan menuju Paris, semua penumpang diharapkan untuk segera masuk ke dalam pesawat.

"Aku mencintaimu, Jennie Kim." ucapnya sambil memberi satu kecupan terakhir sebelum melepaskan dekapan diantara keduanya.

"Aku juga sangat mencintaimu, Kim Taehyung. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti." balas wanita itu sambil menggiring kopernya menjauh dari pria itu tanpa melihat ke arah belakang takut akan merubah pikirannya.

Semakin lama sosok itu telah pergi menjauh dan akhirnya menghilang dari penglihatan pria itu. "Maafkan aku Jane." kata pria itu dan berbalik arah menuju arah berlawanan.

Tanpa disadari dari kejauhan terdapat sosok yang telah menyaksikan semua kejadian tersebut dan segera melenggang pergi menjauh sambil menarik kopernya menuju ke dalam pesawat yang ditumpangi oleh wanita bernama Jennie Kim tersebut.

Sesampainya di dalam pesawat, terlihat seorang wanita yang sedang memandang ke arah luar jendela meratapi rintikan hujan yang membasahi aspal di luar.

'Hujannya deras sekali, bateraiku sudah hampir habis. Aku harus bagaimana sekarang?' gumamnya dengan cemas.

"Hey, sedang menunggu dijemput?" tanya seorang pemuda yang duduk di sampingnya.

"Ah iya.." balasnya kemudian sambil melihat balasan pesan pada ponselnya.

From : DAD

Sorry honey, I can't pick you up. Something came up. Can you go hailed a cab instead? I'll see you in home.

"Butuh tumpangan?" tanya pemuda kembali.

"Ah tidak apa, aku akan menunggu hujan reda saja." tolaknya.

"Baiklah kalau begitu." gumam pemuda itu.

45 menit berlalu dan hujan pun akhirnya mulai mereda.

"Hujannya sudah reda, ayo kuantar kau pulang." tawar pemuda tersebut sambil menyodorkan sebuah helm.

"Ah tidak apa, aku bisa naik taksi saja." tolaknya.

"Ini sudah malam, cepat pakai helmnya dan naiklah." sahutnya lebih seperti memerintah.

"I-iya." balasnya kemudian.

Di tengah perjalanan hanya tercipta suasana hening tanpa satupun berbuka suara dan hanya terdengar suara deruan motor sport yang membelah kota Seoul, sampai pada akhirnya sebuah bunyi menghentikan kecanggungan di antara keduanya ketika sedang menunggu pergantian lampu merah yang membuat wajah Jennie kini merah padam.

"Apa kau suka street food?" tanya pemuda itu yang kini menepikan sepeda motor sportnya di pinggir jalan dekat pasar jajanan.

"Ah iya aku suka." balasnya.

"Mau makan dulu?" tawar pemuda itu sambil turun dari sepeda motornya sambil melepaskan helm.

"Ah ya boleh." balasnya canggung sambil melepaskan helm dari kepalanya.

"Baiklah, ayo kalau begitu!" sahut pemuda itu sambil menarik tangannya tanpa sadar. "Ah maaf, aku terlalu besemangat." pemuda itu akhirnya melepaskan genggaman tersebut serta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan dibalas dengan sebuah kekehan kecil. "Tidak apa."

Keduanya pun menyusuri kedai jajanan satu per satu, sampai pada akhirnya tetesan air hujan pun terasa kembali dan kini telah cepat membasahi keduanya. Akhirnya mereka memutuskan untuk berlari dan berteduh di depan sebuah toko yang sudah tutup.

Tanpa disadari ternyata pemuda itu meliriknya sedang mencoba untuk mengeringkan tetesan air hujan yang telah membasahi rambut serta seragam miliknya sehingga membuat pemuda itu segera membuka kemeja yang dipakainya dan sontak membuat wanita itu menatapnya dengan pupil yang melebar. "A-apa yang kau lakukan!" sambil menutupi wajahnya yang memerah dan membuat pemuda itu tertawa.

"Tenanglah aku hanya melepaskan kemeja luarku yang basah, aku juga memakai t-shirt di dalamnya." balasnya dengan santai lalu memberikan kemeja itu kepadanya. "Untuk apa?" tanyanya heran.

"Rambutmu basah, cepat keringkan menggunakan kemeja ini." sahutnya dengan cepat dan memberikan kemeja itu.

"Terima kasih, sunbae."

Dan sebulir air mata yang terjatuh membuat wajah wanita itu tersenyum. "Hari ini hujan Tae dan aku sudah merindukanmu."

Sama seperti hujan, hari dimana kita akan bertemu dan disaat itu pula kita harus berpisah dengan sebuah kenangan yang tertinggal.

...

..

.

"Aku sudah di dalam pesawat." sahut sosok misterius tersebut pada ponselnya yang segera dimatikan.

𝘿𝙄𝙎𝘾𝙊𝙉𝙏𝙄𝙉𝙐𝙀𝘿  (major editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang