"Butuh tumpangan? Aku bisa mengantarkanmu jikalau kau mau." tawar pria berlesung tersebut kepada wanita yang sedang menunggu taxi pesanannya.
"Aku masih menyayangi nyawaku." balas wanita itu dengan nada sarkasnya.
"Yah! Aku tidak seburuk yang kau kira tau! Lagipula aku ini kan anak orang kaya, kenapa harus repot-repot menyetir sendirian kalau ada supir?" jawab pria Kim itu dengan angkuh.
'Ck! Baru jadi anak orang kaya saja, gayanya sudah seperti anak presiden. Sangat menggelikan.' batin Jennie dalam hati.
Setelah tidak meliat reaksi dari wanita yang berada di sebelahnya, akhirnya pria tersebut menyerah dan tidak mengambil pusing. Di waktu yang tepat mobil jemputan pribadi pria bermarga Kim tersebut pun datang dan sang supir segera turun untuk membukakan pintu penumpang untuk majikannya.
"Selamat pagi tuan, maaf membuat anda menunggu." hormatnya setelah membungkuk perlahan dan segera memasukkan satu persatu koper majikannya itu ke dalam bagasi.
Jennie pun mengernyit bingung setelah mendapatkan ponsel pria itu kini telah berada di tangannya dan balas menatap pria itu.
"Apa ini?"
"iPhone, masa kau tidak tahu?"
"Aku tahu ini iPhone, bodoh! Aku juga punya satu yang seperti ini! Yang kumaksud itu untuk apa kau memberikannya padaku!?" jawab Jennie dengan kesal dan membuat pria itu hanya bisa terkekeh.
"Ketik nomermu, siapa tau suatu saat kau butuh bantuanku."
"Kau tidak punya maksud tersembunyi kan?" sindir Jennie sambil menyipitkan kedua matanya memberikan pandangan curiga.
"Hey! Aku tidak seburuk dengan apa yang kau pikirkan!" ucap pria tersebut merasa tidak terima karena sudah dituduh.
Jennie pun otomatis tertawa setelah melihat dagu Namjoon yang mulai naik berkerut pertanda jika pria itu sedang kesal karena barusan dituduh olehnya.
"Kenapa kau malah menertawaiku!"
Setelah selang beberapa menit dirinya tertawa, Jennie pun mulai menyeka sisa jejak air mata di kedua sudut matanya yang sempat keluar.
"Sudah puas menertawakan diriku?" sarkas Namjoon yang dibalas dengan sebuah anggukan kecil dari wanita itu.
"Ck! Tidak dapat kupercaya jika kau bisa sesenang itu melihatku kesal." sindir pria itu.
"Haha.. maaf hanya saja ekspresimu itu sangat konyol." jawab Jennie dengan jujur dan membuat pria berlesung itu mendecak kesal.
"Whatever, kalau begitu cepat berikan nomermu. Aku harus pergi ke pameran galeri sore nanti." pinta Namjoon segera.
Baru saja ingin mengetikkan nomer ponselnya, Jennie berhenti dan bertanya "Pameran?"
Namjoon pun mengangguk. "Kenapa, kau mau melihatnya? Bagaimana jika datang bersamaku?"
"Tentu saja, tapi tidak denganmu." sarkas Jennie.
"Ck! Menyebalkan!"
"Haha.. dasar cengeng! Sudah sana pergi dari hadapanku, hush hush~" usir Jennie setelah memberi kembali ponsel milik Namjoon.
"Yah—" baru ingin membalas perkataan Jennie, di saat yang bersamaan taxi pesanan Jennie telah sampai. "Bonjour, Mademoiselle Kim?" tanya supir taxi tersebut dari kursi pemudinya.
"Bonjour. Can you please load my luggage?" balas Jennie.
"Sure Ms, I will do it."
Setelah mengucapkan kata terima kasih, Jennie segera memasuki taxi tersebut tanpa menghiraukan Namjoon yang masih berdiri di tempatnya semula dengan tatapan yang sulit diartikan.
Setelah melihat kepergian Jennie, tak lama dari itu Namjoon yang merasa tidak dihiraukan itu pun segera memilih untuk masuk ke dalam mobilnya dan menyuruh sang supir melajukan mobil tersebut menjauhi bandara dengan sedikit rasa kesal. "Hah sial rencanaku gagal!"
~
"Ahh ya betul seperti itu!" ucap pria bermarga Kim tersebut dengan penuh gairah."Kau luar biasa!"
"Jangan dibuang, kau harus menelannya!" lanjutnya kemudian.
"Aish! Bisa berhenti mengatur - atur anjingku tidak! Lagipula apa yang oppa lakukan disini sih!" kesal Rose pada sang kakak. Bagaimana tidak, baru saja Rose selesai mandi dan berpakaian malah menemukan sosok sang kakak sedang bermain dengan anjing peliharaannya dan juga snack yang sudah berceceran di lantai kamar tidurnya.
"Apa ada yang salah? Ini kan apartemenku."
"Tapi ini kan kamarku! Daerah kekuasaanku!" tegasnya. "Lagipula tidak bisa kah oppa mengetuk dulu?! Siapa tau aku sedang berganti pakaian!"
"Untuk apa? Lagipula tidak ada yang menarik dari badan super flatmu itu." ejek Taehyung yang tidak menyadari bahwa wajah adiknya sudah memerah di hadapannya. "Keluar!!!!!" teriaknya kemudian yang membuat Taehyung terlonjak kaget dan segera keluar dari kamar adiknya tersebut sambil mengusap kedua telinganya yang berdenyut.
'Dasar adik kurang ajar!' batinnya.
Taehyung pun memilih untuk kembali ke dalam kamarnya sambil memandangi layar ponselnya yang tak kunjung mendapat balasan dari kekasihnya. Dalam keadaan terlentang serta melihat langit kamarnya, Taehyung mulai memejamkan kedua matanya membayangkan hari terakhir bersama sang kekasih sambil bergumam kecil.
'Mengapa pesanku belum dibalas juga?'
'Apa dia baik-baik saja disana?'
'Aku sangat merindukannya begitupun dengan 'dia' yang kini sudah terbangun."Apakah kau tidak mau menidurkannya, Jane?" ucapnya parau kemudian segera memasuki kamar mandi dan membasuh dirinya dengan pancuran air dingin untuk menenangkan temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘿𝙄𝙎𝘾𝙊𝙉𝙏𝙄𝙉𝙐𝙀𝘿 (major editing)
Fanfiction"The hard situation that we are in right now would be better if we 𝗱𝗶𝘀𝗰𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱 all these feelings before we start losing ourselves." ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀-𝘬𝘵𝘩 ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀🥀 "How can we lose ourselves when these feelin...