"F*ck!" umpatnya setelah mendapatkan dirinya di kamar apartemen milik wanita asing dengan keadaan tanpa berbusana.
Dan meringis dengan memegang kepalanya yang sedikit pusing akibat terlalu banyak mengkosumsi alkohol semalaman. Ya, semua itu karena wanita yang bernama lengkap Jennie Kim.
Jealousy.
Setelah mendapati Yoongi di dalam kamar hotel milik Jennie. Dengan perasaan marah pun mengakibatkannya harus menggauli seorang wanita asing yang ditemuinya saat itu pun juga.
Tidak lama wanita yang telah bergulat panas dengannya itu pun ikut menggeliat dalam tidurnya dan secara tidak sengaja menyentuh 'barang' pria tersebut dengan paha miliknya membuat Namjoon menggeram rendah.
'Sialan!'
Karena aksi tidak sadar tersebut telah membuat yang dibawah sana menjadi ikut terbangun, sehingga mau tidak mau meminta pertanggung jawaban dari wanita asing itu.
~
Siang itu di Korea dengan matahari yang sangat terik tidak menghalangi wanita paruh baya berbalutkan blazer mewah berwarna hitam tersebut untuk datang dan berziarah kepada salah satu makam yang berisikan pria yang pernah dicintainya dulu.Wanita tersebut segera menyuruh kedua anak buahnya tersebut menjauh dan memberikan ruang privasi untuknya.
"Hello Kim Taeho, aku datang untuk menemuimu." sapa wanita tersebut setelah membuka kacamata hitam miliknya.
"Apa kau sedang menyesal sekarang?" tanya wanita dengan senyuman miring miliknya namun tidak berlangsung lama.
Dengan padangan wajah datar, dirinya pun berucap. "Jika saja kau lebih memperhatikan diriku, mungkin saja semua itu tidak akan terjadi."
"Wooyoung-ah." panggil pemuda itu dari jarak yang cukup jauh dengan melambaikan tangan kanan miliknya.
"Taeho!" seru gadis itu setelah melihat presensi si pemuda tersebut.
Pemuda itu hanya memberikan isyarat 'tunggu disitu, aku akan segera datang!'
Tentu dengan penuh semangat wooyoung hanya mengangguk dan tersenyum sembari menunggu sahabat prianya itu datang menghampirinya.
Ya benar, sahabat pria nya.
Semua waktu pun dapat berjalan dengan baik seiringnya usia mereka yang beranjak dewasa.
Pada saat itu tidak ada ketertarikan berbeda gender sehingga membuat hubungan keduanya kian semakin erat layaknya adik dan kakak.
Awal kedekatan mereka selalu mendapat godaan dari teman - teman dekatnya tetapi keduanya hanya dapat tertawa dan menjadikannya sebuah candaan.
Nyaman.
Satu kata tersebut adalah yang paling pas untuk keduanya yang memang merasakan perasaan tersebut tetapi tidak pernah sampai berpikiran untuk merubah status yang mereka miliki saat itu.Tetapi tidak sampai saat itu, tepatnya di bawah pohon yang daunnya sedang berguguran tersebut.
"Wooyoung-ah." panggil pemuda di sebelahnya dan disambuti oleh gumamam pelan dari gadis yang sedang memejamkan matanya tersebut.
"Aku menyukai seseorang." lanjut pemuda itu membuat gejala aneh dalam diri gadis tersebut.
"Kami pun sudah lama saling mengenal." lanjutnya lagi membuat wooyoung membuka kedua kelopak matanya.
"Tetapi aku terlalu malu untuk menyatakan perasaanku padanya." lanjut pemuda itu kembali dengan sedikit tersipu malu dan melihat ke sembarang arah.
Lebih tepatnya tidak melihat ke arah wooyoung, dengan pipi yang sedikit merona.
Dan lagi - lagi membuat jantung itu berdetak dengan sangat kencang.
"Menurutmu bagaimana?" tanya pemuda itu melihat ke arah wooyoung yang kini menjadi tersontak kaget.
"Hah!?"
"Tapi aku takut dia menolakku karena menganggapku hanya sebatas seorang teman."
Gadis itu pun tersontak kembali dan memberanikan diri untuk menjawab dengan sangat pelan. "K-kau harus berusaha mencobanya, dengan begitu kau akan tahu hasilnya. L-lagipula kurasa dia bisa saja melihatmu lebih dari seorang teman prianya."
"Baiklah aku akan menyatakan perasaannya padanya saat salju pertama turun!" antusias pemuda itu dan tidak menyadari wooyoung sedang tersipu malu di sebelahnya.
Pohon sudah menggugurkan daun - daun miliknya secara keseluruhan dan menandakan bahwa musim dingin pun akan segera tiba. Kedua pasang yang berbeda gender itu pun hanya dapat tersenyum satu sama lain tidak sabar menanti turunnya salju.
Dan tibalah hari dimana salju pun di prediksi akan turun pada minggu kedua di bulan desember itu. tepatnya pada tanggal 12/12.
Wooyoung pun mengigit bibir bagian bawahnya dengan tidak sabaran menunggu panggilan dari pemuda itu.
Setelah menunggu cukup lama maka telefon gagang yang sangat dinanti nantikan olehnya itu berdering. "Wooyoung-ah!"
"Y-ya Taeho?" jawabnya gugup.
"First snow and.. "
Dengan jantung yang berdetak cukup hebat dan mengira sahabat pria nya tersebut akan mengutarakan perasaannya melalui telefon tetapi semua harapan itu hancur seketika ketika pemuda itu mengucapkan kembali kalimat terkutuk itu.
"Aku menyatakannya tepat saat salju turun dan Erika menerimanya! Terima kasih atas saranmu wooyoung-ah!"
Perih.
Sakit.
Sesak.Sama seperti keadaanya sampai saat ini yang masih dapat dirasakan olehnya.
~
"Aku harap ini yang terakhir, Erika." tekan pria paruh baya itu pada wanita yang berada di hadapannya dan berlalu pergi dari ruangan tersebut bersama dengan keempat bodyguard pribadi miliknya.
Setelah dirasakannya kehadiran pria itu sudah pergi menjauh, Erika tidak mengambil banyak waktu untuk segera menelfon kembali nomer ponsel milik putrinya Janice dengan rasa khawatir.
"Ayo angkat sayang." gumamnya cemas dengan berlinang air mata.
Satu hal yang tidak diketahui olehnya bahwa kedua putri kandungnya tersebut sedang bertemu dan bertatap muka.
"Sœur?"
Wanita bermarga Kim itu pun berbalik dan menghadap gadis remaja tersebut yang sedari tadi memanggilnya dengan sebutan 'asing'. Raut wajah bingung tercetak jelas pada wajahnya saat itu pun juga.
"Kamu siapa ya?"
Menangis, kini Janice hanya dapat menangis melihat sosok yang telah lama dirindukannya itu kini berada tepat di depan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘿𝙄𝙎𝘾𝙊𝙉𝙏𝙄𝙉𝙐𝙀𝘿 (major editing)
Fanfic"The hard situation that we are in right now would be better if we 𝗱𝗶𝘀𝗰𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱 all these feelings before we start losing ourselves." ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀-𝘬𝘵𝘩 ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀🥀 "How can we lose ourselves when these feelin...