chapter seventeen - 𝚝𝚞𝚛𝚗𝚒𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚋𝚕𝚎𝚜

247 15 0
                                    

Perlahan mata itu pun akhirnya terbuka. Ruangan serba berwarna putih dengan aroma obat - obatan yang seringkali dijumpai olehnya.

"Kenapa aku bisa ada disini?" lirih gadis remaja itu setelah benar - benar membuka matanya keseluruhan dan menulusuri setiap sudut ruangan namun nihil tidak ada persensi seseorang yang mendampinginya.

Air matanya pun berkumpul di kedua pelupuk matanya, tatapannya kosong bersama dengan isi otaknya yang penuh dengan sosok tersebut.

"Eonnie.. "

Tetapi siapa sangka justru sosok tersebut justru baru saja keluar dari pintu kamar mandi. Ya, dia adalah Jennie Kim.

"Kau sudah siuman?" tanya wanita itu setelah melihat sosok asing tersebut sudah dalam keadaan bangun dan terduduk.

Janice pun seperti kehilangan suara. Tidak bisa mengartikan apa yang baru saja terjadi. Akibat terlalu senang melihat apa yang dilihatnya saat ini.

Wanita yang bermarga Kim itu pun tersentak kaget melihat gadis remaja tersebut bukannya menjawab dan justru menangis sesegukan. "Hey, kenapa menangis?"

Tetapi tangisan tersebut justru kembali pecah setelah dirasakannya pelukan itu disertai sebuah usapan lembut di punggungnya. "Jangan menangis, tenanglah."

Gadis remaja tersebut hanya bisa mengangguk dan mencoba untuk mengontrol emosinya saat ini. Selang beberapa menit akhirnya Janice dapat kembali bernafas dengan normal sehingga Jennie bisa ikut bernafas lega.

"K-kenapa aku bisa ada disini?" tanya Janice dengan perasaan gugup tanpa menatap wajah Jennie.

"Kau lupa?" tanya Jennie namun tidak mendapat jawaban maka Jennie kembali berucap. "Kau pingsan setelah bertemu denganku."

Jantung Janice pun segera berdetak dengan cepat, sehingga membuatnya hanya dapat menggigiti bibir bagian bawahnya. "A-ah m-maaf sudah merepotkan.. "

"Tidak usah minta maaf." potong Jennie secara cepat dan mengelus puncak kepala gadis remaja itu. "Lagipula aku yang seharusnya meminta maaf padamu karena tidak langsung menengok ketika dipanggil dan membuatmu berlari seperti tadi."

Gadis itu bungkam, kedua telapak tangan miliknya kembali berkeringat mengingat kembali peristiwa tersebut.

"Sœur?"

Wanita bermarga Kim itu pun berbalik dan menghadap gadis remaja tersebut yang sedari tadi memanggilnya dengan sebutan 'asing'. Raut wajah bingung tercetak jelas pada wajahnya saat itu pun juga.

"Kamu siapa ya?"

Menangis, kini Janice hanya dapat menangis melihat sosok yang telah lama dirindukannya itu kini berada tepat di depan matanya.

Baru saja ingin menjawab akan tetapi pandangannya mulai kabur, melupakan fakta dirinya baru saja berlari jauh hanya untuk memastikan firasatnya. Sehingga semuanya menjadi hitam bersama dengan suara panik sosok di depannya tersebut mulai menghilang dan pada akhirnya dirinya jatuh tak sadarkan diri.

Jennie melambaikan tangannya di depan wajah Janice setelah tidak mendapatkan respon sama sekali dan justru hanya sebuah tatapan kosong. "Hey, apa kau mendengarku?"

Terbuyarkan dari lamunan akhirnya Janice kembali pada realita dan membuatnya terkesiap. "Maaf, pikiranku— " namun terhenti karena telapak tangan Jennie yang kini berada di atas tangan miliknya.

"Apa kau baik - baik saja? Dokter tadi mengatakan bahwa akhir ini kau sedang banyak pikiran?"

Gadis itu menggeleng lemah dan tersenyum getir. Ingin sekali mengatakan 'Aku merindukan eonnie.' Tetapi memilih untuk diam kembali karena tidak mau dianggap aneh oleh sang kakak.

Karena dengan pertemuannya seperti saat ini sudah sangat cukup membuatnya senang.

~
"Apa lagi maumu!?" tanya Taehyung dengan nada membentak setelah melihat sosok wanita yang sangat dibencinya saat ini menunjukkan kembali wajahnya.

Bukannya menjawab justru wanita bermarga Bae tersebut melepaskan kacamata hitam miliknya dan melemparkan sebuah amplop berukuran sedang ke arahnya.

Taehyung yang ingin membentak kembali terhenti karena ucapan Irene. "Buka amplop itu."

Dengan perasaan kesal pun pada akhirnya amplop tersebut dibuka olehnya dan terdapat selembar kertas perjanjian di dalamnya.

"Baca dan cepat tanda tangani surat itu." ucap Irene kembali yang lebih mengarah seperti sebuah perintah.

Pria itu pun mengeraskan rahangnya dan kemudian membaca sesuai dengan apa yang disuruh oleh wanita di hadapannya saat ini. Namun reaksi yang Taehyung berikan tidak lain melainkan sebuah cemooh dan pelototan tajam. "Bagaimana jika aku tidak mau?"

Irene pun dengan santai menjawab. "Karena kau tidak punya pilihan untuk menolak?"

Pria yang kebingungan itu pun segera menatap nyalang. "Permainan apa lagi, sialan!"

Wanita cantik itu pun menyeringai. "Aku tahu kau tidak sebodoh itu, Kim Taehyung."

"Jennie Kim.. she is in Paris now, right?" lanjutnya kembali dengan memperlihatkan beberapa foto Jennie yang diambil setelah landing.

"Kau!"

Wanita itu kembali memasang wajah kaku miliknya. "Sekarang lakukan apa yang kuperintahkan tadi."

"Sialan kau Bae Joo-hyun!" umpatnya kasar dan segera merampas pulpen dari tangan Irene dan menandatangani surat perjanjian tersebut dengan terpaksa.

Setelah selesai menadatangani, Taehyung segera berbalik dan pergi dari tempat terkutuk itu tanpa melihat reaksi dari wanita cantik berlipstik merah tersebut.

"Segera siapkan mobilnya, kita pergi sekarang." perintahnya kepada salah seorang bodyguard miliknya yang kini membungkuk patuh dan segera pergi melaksanakan perintah sang atasan.

Bersamaan dengan datangnya suara hentakan heels berukuran 7cm yang sedang berlari terburu buru dan pada akhirnya terdengar dipendengaran Irene.

"Hah- hah maaf aku terlambat. Tetapi ada apa kau memanggilku kemari?" tanya sosok wanita itu dengan peluh keringat yang membasahi kening miliknya.

Bukan menjawab justru Irene balik bertanya. "Apa kau sudah menyiapkan segala hal yang kuminta?"

Dengan mengerutkan keningnya sebentar kemudian wanita yang merupakan sekretarisnya tersebut pun menganggukkan kepala. "Paspor, visa serta dokumen yang kau minta semua sudah di dalam tas ini."

"Bagus, kalau begitu kau ikut denganku."

Wanita yang tidak lain bernama Bae Su-Ji tersebut akhirnya menurut tanpa banyak bertanya dan segera mengikuti langkah sang atasan dari belakang.

𝘿𝙄𝙎𝘾𝙊𝙉𝙏𝙄𝙉𝙐𝙀𝘿  (major editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang