200 VOTE & 100 KOMEN BISA GAK YA?😂 AKU TAU SIH GAK BAKALAN BISA CUMA PENGEN TAU AJA BAKAL SAMPE GAK YA😂
KALAU SAMPE AKU UP DEH🤣
Kalian pas liat cerita ini update lagi pada ngapain? Komen ya!
Ketik emot ke 7 yang terakhir kalian gunakan untuk mengekspresikan cerita ini, komen ya!
Di tunggu loh komen kalian🧡😂
HAPPY READING 🧡
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA LUV!🧡
_________________
Brak!
"Eh Anying anying" latah Lano.
"Yang lain mana?" Tanya Vano mendudukkan bokongnya di sofa single tanpa niat meminta maaf.
"Minta maap kek, dateng-dateng bikin jantung gue mau copot aja lo!"
"Lo nya aja lemah, gitu doang kaget"
"Astagfirullah anak siapa sih lo" ucap Lano mengelus dadanya, untung aja temen kalo kagak udah gue tebas lo Van.
"Yang lain mana?" Ulang Vano lantaran tidak mendapat jawaban.
"Si Adit lagi keluar beli cemilan, kalau si Devan baru mau otw. Kalau lo tumben banget kesini?" Tanya Lano kepo, pasalnya semenjak pacaran dengan Kania si Vano emang jarang banget ke markas jangankan ke markas kumpul-kumpul aja kagak pernah. Gini nih kalau udah kena virus bucin lupa sama semuanya.
"Kania lagi ke rumahnya si Yona"
"Pantesan, ayang ebebnya lagi kagak di rumah" kekeh Lano.
"Loh lo disini Van?" Tanya Adit yang baru saja datang dengan membawa dua kantong kresek cemilan.
"Emang kenapa?" Tanya Vano mengalihkan tatapannya dari ponsel berlogo apel itu.
Adit menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya "tadi gue liat cewek mirib banget kek Kania lagi jalan sama cowok, gue kira itu lo eh ternyata lo disini. Salah liat kali gue yak."
Vano mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, lalu pergi begitu saja meninggalkan markas setelah mendengar penuturan Adit. Jadi Kania membohonginya?
"Ehh Van lo mau kemana?" Teriak Adit
"Lo liat dimana anjir?"
"Di lampu merah, pas gue mau nyapa udah keburu lampu ijo"
"Mudah-mudahan si Vano kagak nekat"
*****
"Bisa gak bukanya?" Tanya Farel yang melihat Kania kesusahan melepaskan pengait helemnya."Ehh bisa kok bisa" sahut Kania menarik-narik kaitannya.
"Jangan ditarik" ucap Farel turun dari motornya, "caranya tuh gini" gumam Farel memegang kedua tangan Kania untuk mengajarinya
Klik
"Tuh kan lepas" ucap Farel masih setia memegang tangan Kania, jarak mereka berdua pun cukup dekat.
"Oh jadi Yona sekarang udah berubah jadi cowok? Hebat ya!" Ucapan yang terdengar sangat dingin di telinga Kania membuat dirinya bergerak menjauh,
"Vano" kaget Kania. Sedangkan Farel hanya biasa saja, bahkan rasa takut sedikit pun tidak terlihat di wajahnya.
"Kenapa? Kaget kegep?" Ucap Vano dengan sebelah alis terangkat. Apalagi senyuman sinisnya membuat Kania semakin takut.
"Aku bis-"
"Diem!" Bentak Vano dengan suara dinginnya membuat Kania menutup mulutnya rapat-rapat.
"Gak usah bentak cewek!" Farel angkat bicara melihat Vano yang membentak Kania.
"Bacot lo!"
Bugh! Bugh! Bugh!
Kania membekap mulutnya dengan kedua tangan,"Vano stop!" Teriak Kania namun nihil Vano tidak mendengarkan sama sekali ucapannya.
"Bangsat" gumam Farel menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
"Vano stop" Lirih Kania memeluk tubuh Vano dari belakang, ia tidak tega melihat Farel yang sudah babak belur.
"Lepas!" Ucap Vano masih dengan suara dinginnya, bahkan tubuh Vano terasa sangat kaku.
"Enggak, aku gak mau" lirih Kania semakin mengeratkan pelukannya, sedangkan Farel sudah terkapar lemas di bawah sana.
"Urusan kita belum selesai" peringat Vano lalu menarik tangan Kania memasuki rumah.
"Gue harap hubungan kalian cepat berakhir!" Gumam Farel memegangi sudut bibirnya.
*****
Kania meringis melihat wajah Vano yang terdapat memar dan juga sudut bibirnya yang berdarah, pasti sakit banget.
"Aku obatin ya" ucap Kania mengelus wajah memar Vano, tapi Vano malah menepisnya.
"Gak usah" ucapnya dingin
Huft Kania menghembuskan nafasnya"maaf aku salah" lirihnya.
Vano diam, ia ingin mendengar kelanjutan ucapan dari gadisnya.
"Maaf aku udah bohong, sebenarnya pergi ke rumah Yona cuma buat alasan biar aku bisa pergi sama Farel. Kamu Jangan berfikir macem-macem, aku sama Farel cuma pergi ke toko buku aja, beli buku buat tugas kelompok, dan aku satu kelompok sama dia jadi mau gak mau aku harus pergi sama dia" jelas Kania.
"Terus kenapa bohong?" Tanya Vano menaikkan satu alisnya.
Kania memutar bola matanya malas "kalau aku jujur emang kamu mau izinin aku pergi sama Farel?"
"Enggak lah! Kamu cuma boleh pergi sama aku aja." Nah kan keluar sifat possesifnya.
"Ya ya ya tuan possesif" ucap Kania pergi mengambil kotak P3K yang ada di laci.
"Sini aku obatin, nanti infeksi kalau gak di obatin" ucap Kania mengeluarkan obat merah dan kapas. Sebelum itu ia membersihkan luka Vano terlebih dahulu.
"Awhhh" ringis Vano saat Kania memberikan obat merah di sudut bibirnya.
"Sakit ya?"
"Banget, tiupin dong yang" suruh Vano yang langsung dituruti oleh Kania namun sialnya Vano malah mengerjai dirinya.
Cup
Satu kecupan berhasil mendarat di permukaan bibir Kania. Vano buru-buru berdiri mengambil ancang-ancang untuk kabur karna hitungan tiga macannya akan murka.
Coba saja hitung,
Satu
Dua
Tiga
"VANO!!!!! AWAS KAMU YA!"
Nah kan apa katanya.
"IYA AKU SAYANG KAMU! AKU PULANG DULU YA BESOK AKU JEMPUT!. BTW BIBIR KAMU MANIS! AKU LANGSUNG SEMBUH LOH!"
"PACAR KAMPRET!"
~my girl is mine~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl is Mine (HIATUS)
Teen Fiction"Lo brengsek!" ~Kania Safira "Iya gue emang brengsek, brengsek karena lo!" ~Kevano Gilbran ~My girl is mine~ #01 in Over #01 in mybadboy #01 in posesif