Bel pertanda istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu dan sekarang ini kania masih saja berdiam diri di dalam kelasnya.
"Kania ayo kantin, gue laper" rengek seseorang yang berada di sebelah kania.
"Laper ya makan" sahut kania yang masih fokus dengan novel yang dibacanya.
"Gue juga tau, yakali laper nyikat wc" cibirnya.
"Yaudah sana makan"
"Lo temenin gue kek, lo tega ngeliat gue makan sendirian udah kek jomblo karatan gue."
"Bodoamat."
"Lo emang tega ya sama gue, kalo sampe gue kurus kerempeng gue aduin lo ke nyokap gue."
"Huft" kania menghembuskan nafasnya kasar, menatap novel yang berada ditangannya lalu mulai memasukannya ke dalam kolong meja. Kania bangkit dari duduknya berjalan menuju pintu, meninggalkan amel yang masih duduk di bangkunya.
"Kania tungguin gue!" Teriak amel berlari menuju pintu. Saat berada di depan pintu amel justru melihat kania yang berjalan menuju lantai tiga.
"Lah dia mau kemana? Bukannya mau nemenin gue ke kantin yak?" Pikir amel bingung.
"Woe mau kemana lo?" Teriak amel saat kania sudah menaiki anak tangga.
"Kantin lah, katanya lo laper!" Jawab kania tanpa menolehkan kepala.
"Anjirr, kantin di bawah woe!" Teriak amel.
Kania yang mendengar perkataan amel menolehkan kepalanya perlahan dan nyengir tanpa dosa ke arah amel.
"Makanya jangan sok tau lo!"
"Ya gue kira kantin di atas kayak sekolah gue dulu" ucap kania menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya jangan lo samain juga kalik," sinis amel.
Mereka berdua pun berjalan menuju kantin yang berada di lantai bawah.
"Siapa tu cewek?" Tanya vano saat tidak sengaja melihat kania dan amel melewati kelasnya.
"Murid baru bro, anjir bohay!" Sahut lano refleks memukul punggung vano.
"Sakit setan!" Umpat vano saat punggungnya merasa perih.
"Sorry van, refleks" cengir lano.
"Kelas berapa?" Tanya vano.
"XI Ips 2."
"Namanya?"
"Siapa?" Tanya lano balik.
"Murid baru."
"Kalo gak salah safira,"
"Apa kania ya?" Ucapnya lagi.
"Kania safira monyet!" Sambar adit.
"Nah iya, itu" kata lano tersenyum sumringah.
Vano yang mendengarnya tersenyum misterius, entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
"Cabut!" Perintah vano ke teman-temannya.
*
*
*"Lo mau pesen apa?" Tanya amel saat sudah sampai di kantin tepatnya meja paling pojok.
"Samain aja" sahut kania malas, seharusnya sekarang ini ia berada di dalam kelas dengan novel kesayangannya itu.
"Yaudah gue pesen dulu, lo tunggu disini" ucap amel yang dibalas anggukan kepala oleh kania.
Kania mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin. Kantin di sekolah barunya ini sangat luas dan juga rapi, tapi tunggu kenapa ada satu meja yang berukuran besar dan juga menggunakan sofa sebagai tempat duduknya? Seperti tempat VIP. Ditambah lagi tempat itu kosong seperti tidak ada yang berani mendudukinya.
"Kania nih pesenan lo!" Teriak amel menghampiri kania.
"Ngagetin aja lo!" Balas kania.
"Hehe sorry abisnya lo bengong sih" ucap amel memberikan mie ayam ke kania.
"Mel" panggil kania.
"Hmm"
"Lo liat deh meja di sebelah kita" ucap kania memberi kode melalui matanya.
"Terus?" Tanya amel mengambil es jeruknya.
"Kok beda ya?" Tanya kania penasaran.
"Uhuk uhuk"
"Ehh pelan-pelan mel" ucap kania mengusap punggung amel.
"Mending lo makan tuh mie sebelum gue yang ngabisin" suruh amel mengalihkan pertanyaan kania.
"Iya-iya gue makan" ucap kania mulai memakan mie ayamnya.
"Untung dia gak nanyak lagi," batin amel.
"Mel langsung balik ke kelas aja ya" suruh kania setelah selesai makan.
"Iya. Ayuk!" Ucap amel menarik tangan kania.
"Pelan-pelan kampret!"
"Kania lo gak risih apa pakek seragam minim begitu?" Tanya amel menujuk seragam yang kania kenakan.
"Biasa aja, lagian besok gue dapet seragam baru!" Ucap kania semangat.
"Serah lo dah!" Balas amel memutar bola matanya malas.
"Tangkep no!"
"Plis balikin tas aku"
"Berlutut di depan gue, baru gue balikin tas lo!"
Kania tidak sengaja mendengar suara teriakan dari arah lapangan basket dan ternyata disana terlihat seorang gadis dengan tiga orang laki-laki yang saling melempar tas ke temannya dan dilemparkan lagi ke teman satunya, terus berulang-ulang seperti itu.
"Gak bisa dibiarin!" Ucap kania geram.
"Woe mau kemana lo kania?" Teriak amel saat melihat kania lari ke arah selatan.
"Balikin tas dia!"
"Wis ada jagoan cantik nih" Ucap lano dengan mata genit.
"Lo mau ini?" Tanya vano menunjukan tas gadis itu yang kebetulan ia pegang.
"I-iya" ucap kania gugup saat vano mendekatinya.
"Ada syaratnya" ucap vano dengan senyum misterius.
"Apa syaratnya?" Tanya kania memberanikan diri.
"Lo" ucap vano tepat di depan wajah kania. Kania dapat merasakan hembusan nafas vano menyapu wajahnya.
"Harus" ucapnya lagi semakin dekat dengan wajah kania bahkan hidung mereka sudah menempal.
"Lo-lo mau apa?" Tanya kania pelan dan gugup.
Cup
Vano menempelkan bibirnya dengan bibir kania, dilumatnya bibir merah nan mungil itu dengan hati-hati tanpa menyakiti si pemiliknya. Sedangkan kania ia sudah menangis, seharusnya ia tidak kesini, seharusnya tadi ia langsung saja pergi ke kelasnya.
"Jadi milik gue!" Lanjut vano menghentikan lumatannya.
"Berengsek!" Ucap kania sesenggukan.
"Iya gue emang berengsek, berengsek karena lo kania!" Ucap vano memegang tangan kania.
"Lepasin gue!"
"Gak!"
"Kalian semua yang ada disini dengerin gue, mulai sekarang kania jadi milik gue! Siapapun yang nyakitin kania berurusan sama gue!" Ucap vano dan menarik tangan kania menjauh dari lapangan.
~my girl is mine~
Aku balik lagi ges, setelah sekian lama hiaitus😂
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl is Mine (HIATUS)
Teen Fiction"Lo brengsek!" ~Kania Safira "Iya gue emang brengsek, brengsek karena lo!" ~Kevano Gilbran ~My girl is mine~ #01 in Over #01 in mybadboy #01 in posesif