14

2.1K 175 8
                                    

"Kyaaaa--  

Brukk   

"Apa yang kau lakukan, sensei?! Untung saja aku tidak jatuh menindihmu!" marah Sakura.

"Memangnya kenapa jika kau menindihku?" tanya Kakashi dengan mata yang menatap lekat dan jangan lupakan tanganya yang masih menahan tangan Sakura.

"Apa kau masih mengigau?! Ini tempat umum kau tahu! Bagaimana jika ada yang melihat lalu berfikir yang tidak-tidak" ucap Sakura geram.

"Oh, berarti jika bukan ditempat umum tidak apa-apa?" Kakashi menyeringai tipis melihat wajah Sakura yang perlahan memerah.

'Sialan kau pria tua mesum, shannaroo!' inner Sakura menjerit kesal.

Sakura menggeleng untuk menyadarkan dirinya yang sempat melamun tadi dan meronta agar tangannya dilepaskan, "Sensei cepat lepaskan lenganku jika tidak--" ucapan Sakura terpotong oleh Kakashi,

"Jika tidak apa s-a-k-u-chan?" Kakashi mengeja saat memanggilnya dan menambahkan suffix-chan dibelakang namanya membuat Sakura semakin memerah.

Sakura menghela nafas untuk menenangkan jantungnya yang seperti akan lompat keluar 'Hufft tenang Sakura.. jika kau seperti ini terus dia bisa mendengar debaran jantungmu yang menggila'

Dengan kekuatan penuh, akhirnya Sakura bisa melepaskan diri dari Kakashi. Dan langsung berlalu pergi meninggalkan Kakashi dengan tergesa-gesa, menengok kebelakang sambil memeletkan lidahnya.

Sedangkan Kakashi hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis mengingat wajah Sakura yang memerah karna godaannya tadi.

'Ah, dia sangat menggemaskan. Mungkin menggodanya akan menjadi hobi baruku'

.

.

.

Keesokan harinya dirumah sakit tempat dimana sang kunoichi merah muda bekerja. Hari ini tidak terlalu ramai pengunjung yang membuat seluruh pegawai rumah sakit sedikit berleha-leha dengan tugas nya. Sakura pun sejak tadi hanya diam mendengarkan ocehan sahabat pirang nya itu dan sesekali menguap bosan.

'Huhh.. aku seperti sedang didongengi'

"Kau tahu jidat, bahkan ia sempat mengabaikan ajakanku untuk segera pergi dari tempat itu. Justru ia semakin menatap lekat kearah wanita berambut merah seperti cabai itu! huh.. apakah sekarang pesonaku mulai berkurang ya? Atau bla bla bla....."

Sakura tidak fokus mendengarkan curahan hati seorang Ino, ia justru memandang kearah jendela yang berada tepat dibelakang Ino sambil terus menghela nafas kasar.

Entah apa yang sedang dipikirkan oleh kepala pinknya itu.

"Oi jidat! Apa kau mendengarkan ceritaku tadi?"

"Ah..um ya tentu saja!"

Ino memandang Sakura penuh curiga sepertinya sahabat gulalinya ini sedang memikirkan sesuatu. Karena ia tahu jika sedari tadi ia melamun menatap kearah jendela dibelakangnya dan bukan menatap kearahnya.

"Sakura, kau sedang ada masalah?" tanya Ino hati-hati bahkan sampai menghilangkan panggilan kesayangannya bertanda ia sedang dalam mode serius.

"Hm? Tidak ada"

"Benarkah?"

Sakura mengangguk meyakinkan. Ino hanya menghela nafas pasrah toh nanti juga ia akan bercerita dengan sendirinya.

"Ne, bagaimana jika kita mengunjungi kedai yakiniku sudah lama kita tidak kesana" ajak Ino.

"Huum, ayo! Tentunya kau yang akan membayar tagihannya I-no-pig" Sakura menyeringai lebar karna ia yang menangkan taruhan itu. Dan tentu saja Ino akan menepati janjinya, untuk mentraktir Sakura selama sebulan penuh.

Taruhan KonyolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang