5# MASALAH KECIL

153 155 94
                                    

Kita tidak pernah tahu apa yang tengah Tuhan rencanakan, yang kutahu semua sudah di garis takdirkan.

-Len&Fad

"Pak, hari ini tuh saya ada ulangan. Kalo Bapak hukum saya sekarang, pasti saya bakal ketinggalan ulangan, Pak. Please! Pak izinin saya masuk," ujar Fadril memohon.

"Siapa yang suruh kamu datang telat!" tegas Pak Mahdi-satpam SMA Pratama Luhur.

"Iya nggak disuruh siapa-siapa, sih, Pak."

"Kamu sudah salah. Melawan pula!" ucap Pak Mahdi. "Sekarang, kamu push up 50 kali, baru masuk kelas," sambungnya.

"50 kali, Pak? Nggak kebanyakan, Pak?"

"55 kalau begitu."

"Kok malah ditambahin, sih, Pak."

"60."

"Pak."

"Kalo kamu masih melawan juga, saya tambah dua kali lipat!"

"Pak, nggak pake diskon lagi, nih, Pak?" tawar Fadril seraya tersenyum memohon.

"Kamu pikir saya jualan!"

"Iya-iya, Pak. Iya Pak. Saya push up sekarang." Akhirnya Fadril pun mengalah juga. Bagaimanapun, dirinya tidak ingin melewati ulangan Matematika hari ini.

Meskipun terlambat masuk ke dalam kelas nanti, setidaknya Fadril percaya kalau dirinya bisa mengejar ulangan hari ini. Kalau dipikir-pikir, otaknya kan sangat encer kalau masalah hitung menghitung. Apalagi Matematika. Ibaratnya, tinggal hentakan kaki saja. Semua selesai.

•••

"Nih, pesanan lo, Fad." Hariz datang dengan membawakan dua botol minuman dingin dan langsung ia letakkan di atas meja.

"Makasih, Bro." Fadril berucap.

"Aman," sahut Hariz santai. "Ngomong-ngomong, lo kok bisa telat, sih! Nggak biasa-biasanya," lanjut Hariz bertanya karena penasaran. Pemuda itu pun menyeret bangku kosong yang berada tepat di belakangnya hingga terdengar suara decitan karena terlalu kasar menarik bangku tersebut. Lantas ia dekatkan ke meja sahabatnya untuk ia duduki.

Fadril pun meraih satu botol minuman di atas meja untuk segera ia buka tutupnya. Selanjutnya ia serahkan kepada seseorang yang tengah sibuk membaca buku, seraya menjawab pertanyaan dari Hariz.

"Gue telat bangun. Sarapan aja nggak sempet."

"Nyokap lo nggak bangunin apa? Atau Bi Rumi?" tanya Hariz lagi.

"Nggak tau, Nyokap sama ART di rumah gue pada nggak ada!" kesal Fadril.

"Buahahahaha. Kasian banget hidup lo, Fad!" ledek Hariz. "Lo, sih, Alena. Nggak bangunin Fadril. Telat deh dia."

Alena yang tengah serius membaca buku, mendadak menghentikan aktivitasnya karena mendengar omongan Hariz. "Kok gue?"

"Udah. Nggak usah bingung-bingung. Nih, minum dulu. Serius banget bacanya." Fadril pun kembali menyodorkan minuman yang sudah ada di genggamannya sejak tadi. Tapi belum disentuh Alena sama sekali. "Tangan gue pegel, Len. Ini buruan diminum. Malah diliatin."

Alena mengembuskan napasnya dengan kasar. Lantas mengambil minuman itu dari tangan Fadril.

Fadril tersenyum tipis melihat Alena yang terlihat kesal namun tetap meneguk paksa minuman pemberiannya. Itu terlihat jelas sekali di wajahnya.

"Ya udah, gue nggak mau ganggu lo baca buku," ujar Fadril sambil berdiri. "Gue sama Hariz mau keluar. Entar kalo lo masih haus, minum aja punya gue. Nggak usah malu," goda Fadril seraya mengacak poni Alena.

Len & FadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang