13# NOTIFIKASI FAVORIT

19 24 40
                                    

Mana sanggup marah berlama-lama, jika sikap manis yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya, mendadak muncul tanpa diduga.

- Len& Fad

Kejadian siang tadi di halte depan sekolah masih terngiang-ngiang di kepala Alena. Gadis itu mondar-mandir di balkon kamarnya tidak keruan. Sepertinya hujan juga belum berniat untuk reda sejak siang hingga sore ini. Masih setia membasahi bumi sesuka hati.

Jujur saja, pikirannya kali ini masih terpusat pada Fadril yang bersikap aneh tidak seperti biasa. Meskipun pemuda itu tidak lepas dari memperhatikan gadis yang ia cintai, tapi ada yang lebih aneh sebenarnya.

Apa?

Jelas diri Alena sendiri. Bisa-bisanya gadis itu mengkhawatirkan hal sepele seperti itu. Perihal hari ini Fadril bersikap sedikit cuek pada dirinya. Bisa saja memang Fadril sedang ada masalah, kan?

"Kira-kira Fadril kenapa, ya?" ucap Alena bermonolog.

Tok..tok..tok

"Alen, boleh Mama masuk?" seru seseorang dari luar pintu kamarnya.

"Masuk aja, Ma. Nggak dikunci," sahut Alena dari dalam.

Tak lama setelah mendapat persetujuan dari pemilik kamar, daun pintu itu terbuka setengah. Menampakkan sebuah senyum manis dari wanita paruh baya yang membawa nampan di tangannya.

"Mama bawa matcha panas sama biskuit gandum kesukaan kamu," ujar Messy berjalan mendekat ke arah Alena berdiri. "Pas banget, kan, disantap hujan-hujan begini," sambungnya.

Alena tersenyum simpul.

"Mama letakkin di sini, ya," Messy berucap sembari meletakkan matcha panas beserta biskuit gandum di atas nakas.

Alena mengangguk. "Makasih."

"Iya, Sayang," ucap Messy sambil mengelus-elus pelan pundak putrinya. "Ya udah, Mama nggak mau ganggu kamu. Mama keluar kalo gitu, ya."

Baru satu langkah hendak keluar dari kamar putrinya, Alena memanggil.

"Ma."

"Iya," jawab Messy lembut.

"Papa belum pulang?" tanya Alena.

"Belum Alen."

"Ini udah seminggu."

"Kamu, kan, tau Papa kamu sibuk."

Alena tersenyum miring. "Sibuk sama istri mudanya maksudnya."

"Alen," lirih Messy.

"Kalo Mama emang nggak sanggup. Ajuin surat perceraian aja sama Papa. Nggak capek apa, nangis sendirian terus di dalam kamar," cetus Alena tanpa menoleh ke wajah Messy. Lebih memilih menatap ke lain arah.

Siapa sangka, ucapan Alena barusan berhasil meloloskan buliran air mata dan mendarat ke pipi mamanya. Genangan yang sedari tadi sudah susah payah Messy tahan di pelupuk matanya, kini tumpah tanpa aba-aba.

Messy menghapus air matanya perlahan. "Alen, jangan lupa diminum matcha panasnya, ya. Masih ada yang harus Mama kerjakan soalnya." Tanpa menjawab ucapan putrinya, Messy lebih memilih mengucapkan hal lain dan segera meninggalkan kamar Alena. Sebelum buliran air matanya mengalir lebih deras lagi dibanding hujan di luar sana.

Hobi banget nyiksa diri sendiri. Batinnya.

•••

"Gimana keadaan kamu, Fadril?" tanya Cahya khawatir.

"Lumayan, Mi," jawab Fadril lirih.

Jujur saja, karena kehujanan tadi siang, Fadril mendadak demam. Sangat jarang ini terjadi. Fadril yang biasanya tahan banting jika terkena percikan air hujan, bisa-bisanya demam tinggi seperti ini. Apa mungkin karena efek patah hati?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Len & FadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang