Tahu tidak apa yang paling menakutkan?
Takut kalau ini hanya kebahagiaan sementara. Hingga aku memilih untuk biasa saja.- Len&Fad
Mata gadis itu menangkap benda berukuran sedang tergeletak di atas lantai dekat parkiran motor. Lalu ia berjalan mendekat dan memungutnya. Ia tahu siapa pemiliknya.
Bahkan dari kejauhan, Alena bisa mengenali punggung dari pemilik kunci motor dengan karakter Naruto sebagai gantungan kuncinya, yang baru ia temukan.
"Dirga!" seru Alena.
Merasa mendengar seruan namanya, seseorang itu segera menoleh. Alena pun berjalan mendekati pemuda yang barusan ia panggil.
"Kunci motor, lo, kan?" tebak Alena seraya mengapungkan kunci motor itu tepat di hadapan pemiliknya.
"Ah, iya. Pasti tadi jatuh." Dirga segera mengambil kunci motor dari tangan Alena. "Thanks, ya," sambungnya sambil memasukkan kunci motor itu ke saku celananya.
"Awas jatuh lagi." Alena mengingatkan.
"Sip!" sahut Dirga. "Kalo gitu gue duluan, ya."
Alena mengangguk mengiyakan.
Sepeninggalan Dirga dari hadapan Alena, seseorang muncul dari belakang dengan membuka suara dan langsung berdiri di sebelah Alena.
"Kayaknya lo deket banget sama Ketua OSIS itu, Len?"
"Dirga maksudnya?"
"Oh, namanya Dirga?" ucap Fadril dengan meneruskan berjalan bersama Alena menuju kelas mereka.
"Kebetulan Dirga sekelas sama gue waktu kelas satu."
"Kayaknya dia suka sama, lo?" ujar Fadril asal.
"Hmm," gumam Alena.
Seketika Fadril menghentikan langkahnya. "Jadi lo tahu, Len. Kalo dia suka sama, lo?"
"Hmm," gumam Alena lagi. Kali ini sembari mengangguk.
Lantas Fadril kembali melangkah, karena Alena tetap berjalan santai menaiki satu per satu anak tangga menuju kelas mereka. Dan Fadril nyaris tertinggal karena lamunannya.
"Lo tahu dari mana, Len? Kalo Dirga suka sama lo?" lanjut Fadril bertanya.
"Dia pernah nyatain perasaannya ke gue," jawab Alena tenang.
"Terus?"
"Gue tolak."
"Kenapa?"
"Karena nggak cocok."
"Kalian, kan, belum nyoba? Kenapa lo bisa bilang kalo kalian nggak cocok?"
Alena menghela napas panjang. Melepaskan tas punggungnya dan ia letakkan di atas meja. Lalu ia duduk di bangkunya. Begitupun dengan Fadril. Pemuda itu meletakkan tas punggung dan juga duduk di bangku sebelah Alena. Saat ini keduanya sudah sampai di dalam kelas.
"Len," panggil Fadril.
"Apa?"
"Pertanyaan gue belum lo jawab."
Alena memutar kedua bola matanya kesal. "Karena gue sama Dirga emang nggak bakal bisa bersatu."
"Kenapa?"
"Perbedaan."
"Perbedaan?" Fadril mengulang ucapan Alena.
Alena mengangguk. "Gue sama Dirga, kan, beda keyakinan."
Fadril mencondongkan kepala dan mendelikkan matanya kepada Alena. Berusaha meyakinkan dirinya, dengan apa yang barusan ia dengar dari mulut Alena.
Kemudian Fadril pun kembali memundurkan kepalanya dari hadapan Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Len & Fad
Teen FictionLen, panggilan sayang dari Fadril. Alen, panggilan kedua orangtuanya juga orang-orang di kompleks perumahannya. Alena, panggilannya di sekolah. Dan Alena Vechia adalah nama lengkapnya. Gadis berambut cepol selamat datang itu sangat tertutup. Termasu...