Part 24 ~Extra~

1.9K 196 18
                                    

Suara ketukan pada pintu membuyarkan konsentrasi Chanyeol pada serentetan dokumen yang sedang ia baca. Dengan helaan napas pria itu melepas kacamatanya, memijit pangkal hidungnya pelan sambil mempersilahkan masuk.

Pintu kayu itu terbuka memunculkan sosok wanita cantik dengan setelan coklat dan sepatu berhak tingginya.

"Selamat malam sajangnim, saya ingin menyerahkan beberapa dokumen yang harus anda tanda tangani." wanita itu meletakkan berkas-berkas yang ia bawa di ujung meja kerja Chanyeol.

"Apa ini yang terakhir?" tanya Chanyeol sesaat ketika menyadari jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Benar, ini berkas-berkas terakhir untuk hari ini."

"Baiklah kau bisa pulang kalau begitu."

Irene reflek membulatkan mata, "Tapi ini belum jam pulang saya sajangnim." ucap Irene dengan wajah bingung.

"Aku tahu. Bukankah ini akhir pekan? aku hanya ingin memberimu hadiah kecil karena sudah bekerja keras seminggu ini." balas Chanyeol santai.

Mendengar itu seutas senyum tanpa sadar muncul di bibir Irene. Tak ingin menyia-nyiakan kebaikan sang atasan wanita itu segera membungkuk untuk berterimakasih "Terimakasih Sajangnim, kalau begitu saya pamit lebih dulu."

Keadaan kembali hening seperginya Irene dari ruangan Chanyeol, pria yang dikaruniai wajah tampan itu memandang kosong tumpukan pekerjaan yang masih menunggunya. Kemudian beralih pada sebuah frame foto yang terpasang di atas meja. Chanyeol mengambil frame berwarna hitam itu kemudian mengelus perlahan kaca yang menampilkan foto di baliknya. Sebuah potret dirinya bersama sosok pria mungil yang sedang duduk berdua di atas komidi putar. Si mungil itu tersenyum lebar menghadap kamera dengan Chanyeol yang mencium pipinya. Senyum kecut tersemat begitu otaknya secara otomatis memutar kembali apa yang sebenarnya terjadi di balik foto itu dua tahun lalu, Chanyeol kembali merindu.

Hari ini genap setahun Chanyeol kehilangan sang pujaan hati, masih terjerat dalam jurang penyesalan sambil meratapi apa yang telah terlewati. Sampai sekarang pun Chanyeol sendiri bingung di mana tepatnya kekacauan itu bermula.

Masih segar diingatannya hari itu, hari dimana ia terus menunggu di depan kediaman keluarga Byun. Berdiri tanpa tahu pasti apa yang sebenarnya ia tunggu. Satu minggu Chanyeol merasa hancur, sebulan terasa amat sangat kesepian dan setahun lamanya menunggu kemunculan Baekhyun seperti mengharap sesuatu yang tak mungkin ia dapatkan. Hatinya pun agaknya sudah mulai mati rasa sekarang.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya Chanyeol bangkit dari kursi dengan satu helaan napas berat.

Tatapan nanar ia arahkan keluar jendela mobil untuk mengamati deretan pertokoan dan beberapa rumah makan yang mulai tutup. Hampir dua bulan pindah ke London nyatanya Chanyeol belum punya waktu untuk sekedar berjalan-jalan.

Si jangkung itu tersenyum tipis begitu melihat cafe yang sudah lama tak pernah ia kunjungi masih buka.

"Kita mampir ke Cafe itu sebentar." ujarnya pada pria di balik kemudi yang langsung dituruti begitu saja.

London tak banyak berubah, masih sama seperti dulu. Kota paling cantik yang menjadi satu-satunya tempat ia menyimpan segala kenangan indahnya bersama Baekhyun.

"Richard!" Chanyeol spontan menoleh begitu mendengar panggilan yang sudah lama tak ia dengar.

"Jadi benar ini kau?" tanpa aba-aba tubuhnya di peluk oleh orang yang barusan memanggil, Chanyeol tak menolak alih-alih menyambutnya.

"Lama tak bertemu"

"Ya, lama sekali." balas Chanyeol turut memberikan tepukan di punggung pemuda berkulit tan itu.

Love Live London [Chanbaek END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang