....

2 0 0
                                    

Masa-masa indah dan tak akan terulang kembali. Ya, di Madrasah Aliyah inilah aku mendapatkan semua itu. Aku duduk di kelas yang sudah di cap buruk oleh guru-guru. Meskipun sudah jadi ketua OSIM tetap tidak hilang julukan kelas bermasalah. Katanya kelas kami ialah yang paling bermasalah sepanjang sejarah.

Sebenarnya masalah tersebut sepele lalu dibesar-besarkan dan semakin banyak masalah berdatangan kemudian menumpuk. Ya, aku akui kelas kami sangat nakal dan kalau soal prestasi di bidang akademik bisa dihitung jari, satu atau dua kali mungkin. Eh, tapi kalau di bidang seni dan olahraga tak kalah bagusnya sama yang lainnya.

Pernah ada satu masalah yang mematahkan hati kami sekelas. Tiga orang temanku mau dikeluarkan dari sekolah, salah satu dari mereka sahabatku. Masalah tersebut berawal dari atribut sekolah. Masalahnya memang kecil, tapi berefek besar ditambah dengan diungkit-ungkitnya keburukan kelas kami.

Sudah kelas 12 semester akhir sangat susah diterima disekolah lain. Kalaupun bisa, ribet.

XII IPA 2 terngiang-ngiang di telingaku. IPA 2, IPA 2 lagi, tidak ada habis-habisnya.

Kesal, marah, tangis, semua bercampur. Padahal tadi kami sempat bercengkrama Kok tiba-tiba jadi nyesek begini? Selama empat hari aku galau dan tiba-tiba perasaan itu raib. Ketiga temanku itu tidak jadi dikeluarkan, aku dan yang lainnya terharu dapat kabar itu. Dengan gantinya mereka harus tinggal di sekolah selama sebulan penuh, rajin beribadah di musholah, bantu-bantu bersihkan sekolah, mengikuti aturan sekolah, tidak boleh terlambat, dan lain-lain.

Keesokan harinya, karena perasaan yang berbunga-bunga  15 menit sebelum adzan zhuhur. Widih, keren. Kami semua tanpa terkecuali berjalan berkelompok, satu kelas menuju ke musholah.

Wow, semua mata tertuju ke kami. Serasa artis, beneran deh. Agak bangga juga di perhatikan begitu karena hal positif.

Banyak sekali kenangan yang kami buat, tak terhitung. Memang ya, masa-masa sekolah mengasikkan. Rasanya enggan untuk berpisah.

Aku selalu merasa takut setelah sekolah apakah akan kuliah? Ujiannya yang bikin deg-degan. Takut tidak lulus. Otak yang pas-pasan. Aduh, gimana nih langsung pesimis liat kumpulan soal UN dan SBMPTN. Belum lagi ujian-ujian lainnya.

Lagi sibuk-sibuknya ujian eh ada kabar buruk bagi dunia. Tiba-tiba ada virus.  Kemudian ada isu katanya UN ditiadakan. Benarkah? Aku berdoa semoga UN di hapuskan. Hehe, aku takut menghadapi soal.

Alhamdulillah, UN di hapus dong. Aku senang bukan main, lompat-lompat di kasur. Tinggal SBMPTN yang perlu di siapkan.

Hm, karena virus Corona kami tak bisa mengadakan acara perpisahan. Sedihnya, tidak menyangka akan berpisah dengan cara seperti ini. Dijuluki angkatan Corona pula.

Masa depan hanya Tuhan yang tau. Saya kuliah bebas tes. Pakai nilai rapor, hanya wawancara saja. Uh, bersyukur sekali. Tapi sangat di sayangkan Aku kuliah daring. Susah mau berangkat kesana kemari. Semua serba dibatasi, orang-orang pun takut keluar rumah.

Diluar dugaanku. Kupikir akan dapat teman di bangku kuliah, ternyata nihil. Ini berbeda saat di MA, kalau berteman gampang. Aku benar-benar sendiri. Awal-awal kuliah bingung harus ngapain, tidak ada satu orang pun yang aku kenal. Mau nanya malu, untungnya aku agak pintarlah, jadi teman-teman nanyanya ke aku. Senang sekali bisa ngobrol sama mereka. Seru, tapi mereka hanya datang pas butuhnya saja. Ya iyalah, kalau tidak butuh ngapain coba mereka nanya-nanya.

Baru kali ini pisah sama keluarga dan sahabat. Mengejar impian dengan jalan menuntut ilmu. Sering mikir kok cepat ya? sudah dititik ini. Aku ngerasa belum melakukan apapun yang membanggakan. Di umur 17 tahun dikit lagi 18. Masih belasan, pengen deh punya sesuatu yang bisa dibanggakan diumur segini.

Perjalanan memang masih panjang, tapi kita tidak tau kapan akan berakhir dari dunia ini. Karena itulah, seharusnya aku memanfaatkan waktu jangan hanya bermalas-malasan. Ada rasa nyesal juga sih, kenapa aku tidak ikut SBMPTN, apa salahnya mencoba kan?

Aku tinggal bersama Nenek sambil kuliah. Kusadari, aku tidak sendiri. Banyak keluargaku di sini. Hanya saja aku tidak punya teman. Hm, jadi ingat kalau di sekolah, diam dan tiba-tiba cerewat itu mah biasa. Tapi kalah di kampus bawaannya diam terus. Entahlah, mau gabung sama mereka pun malas. Aku mikirnya mereka tidak mau sama aku. Ternyata salah, aku yang terlalu menutup. Kalau diajak jawabannya tidak, ditanya angguk atau geleng kepala. Hadeh....

Kesal juga sih, langsung di bilang sombong, diam bukan berarti sombong sayang. Aku hanya bingung mau ngomong apa sama kalian. Ya, aku asik di chat tapi belum tentu di kehidupan sehari-hari. Maka dari itulah aku memilih membalas pesan  sewajarnya saja sesuai apa yang kalian tanyakan.

Ini bukan berubah mendadak. Hanya mencari aman. Jujur aku juga nyaman dengan keadaanku sekarang. Tidak bisa nongkrong bersama tak masalah buatku. Main ponsel sambil rebahan udah buat aku bahagia. Bahagia itu sederhana.

Lakukan apapun yang kamu suka. Tak peduli komentar orang lain. Jangan takut tak punya teman. Mau tau? nanti kamu akan dapat teman yang benar-benar teman setia yang bukan datang pas ada maunya saja.

Tidak punya teman bukan berarti sendiri dan sendiri belum tentu kesepian, aku nyaman dengan kesendirianku, bersenda gurau dengan orang-orang yang cocok denganku.





Coret-coret Di WattpadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang