Rey berkali-kali menghubungi Mala, namun Mala tidak pernah mengangkat telfonnya. Akhirnya Rey memutuskan untuk datang ke rumah Mala.
"Refan, Mala ada?" tanya Rey.
"Adaa. Tumben, ngapain lo kesini?" tanya Refan.
"Gue ada perlu. Panggilin Mala gih!" Rey menatap kedalam rumah.
"Bentar, oh lo masuk dulu gih. Gue sampe lupa." Refan terkekeh.
Refan menaiki tangga lalu menuju kamar Mala. Refan mengetuk pintu kamar Mala. "Mala, ada tamu buat lo. Cepet keluar!" Refan membuka pintu kamar Mala.
"Oh, siapa?" Mala mendekati Refan. Refan hanya mengangkat bahu. Berbohong.
Mala penasaran, dia langsung turun ke bawah. Setelah mengetahui siapa yang datang, Mala langsung pergi, namun....
"Mala tunggu gue mau jelasin sama lo!" Rey menahan tangan Mala.
"Lepasin! Gue gak butuh!" Mala memberontak.
"Mala, yang lo liat bukan gue. Tapi, abang gue!" ucap Rey. Mata Mala membulat, sempurna. Mala bingung.
"Lo nggak usah boong sama gue! Itu lo itu muka lo!" Mala menunjuk Rey.
"Itu Roy, kakak gue! Gue beda satu tahun sama dia, emang muka gue sama dengan dia." Rey menaikkan nada suaranya. Mala tertunduk.
"Demi apa lo gak boongin gue?" Mala masih menunduk.
"Demi lo gue nggak boong." Rey memeluk tubuh Mala yang masih menunduk. Mala tersenyum.
Refan yang menatap pemandangan dari tangga, ingin sekali tersenyum. Namun, juga ingin sekali memisahkan mereka. Entah.
--
Refan mendekati mereka yang masih saja hanyut dalam pelukan Rey.
"Ekhm...," dehem Refan.
"Emh maaf." Mala melepas pelukan Rey.
"Pulang lo Rey, udah malem." Refan membukakan pintu untuk Rey.
"Bang...."
"Iya Fan, makasih ya." Rey berlalu pergi.
Refan menatap Mala dengan khawatir, dia mendesah. "Gue takut lo sama dia, dia nggak punya sodara kembar ataupun nggak kembar! Lo inget itu." Refan meninggalkan Mala yang masih menampakkan raut wajahnya yang bingung.
"Maksud lo bang?" Mala menatap punggung Refan yang mulai hilang dari pintu kamar Refan.
"Rey nggak punya kembaran?" Mala mengepal tangannya. Rasa amarah datang lagi.
--
Mala kini berdiri di depan rumah milik seseorang yang bernama Fahrey Gumindra. Mala ingin mengetahui sesungguhnya. Mala melangkahkan kaki ke teras rumah itu. Lalu mengetuk pintu depan.
"Ya siapa?" tanya seseorang yang membukakan pintu.
"Oh saya temannya kak Rey. Kak Reynya ada?" tanya Mala.
"Silakan masuk dulu." Perempuan setengah baya itu terlihat seperti ibu Rey.
"Oh, iyaa." Mala duduk di sofa.
"Rey sedang pergi," ucap ibu itu akhirnya.
"Oh, saya hanya ingin tahu, Ibu mempunyai anak berapa?" tanya Mala sedikit ragu. Ibu itu hanya menatap Mala dengan tatapan 'Maksudnya'.
"Begini, apa Rey punya kembaran?" jelas Mala. Ibu itu tersenyum.
"Rey? Saya hanya memiliki satu anak, yaitu Rey," kata Ibu itu. Mata Mala membulat sempurna.
"Tapi, Rey memang mempunyai saudara. Dia mirip sekali dengan Rey. Namanya Roy. Mereka mirip dengan Ayahnya. Saya Istri kedua," jelas Ibu itu. Mulut Mala membentuk huruf 'O'
"Oh, begitu. Terimakasih Ibu. Sudah sore, saya mau pamit. Makasih Bu infonya." Mala melangkahkan kaki keluar rumah Rey.
Mala lega dengan infonya itu. Rey tidak bohong. Refan saja yang tidak menyukai pelukan itu.
--
Suasana hati Mala sedang bahagia. Semalam Rey mengajak Mala untuk jalan-jalan sepulang sekolah. Mala meng-iyakan saja. Mala kini duduk di bangku depan kelasnya menunggu kedatangan Rey.
"Hai Mala, maaf menunggu. Tadi ada tugas mendadak. Ya sudah ayo," ajak Rey.
"Oh kak Rey, okee." Mala mengikuti Rey.
Rey menggandeng tangan Mala menuju mobilnya. Mala tersenyum sepanjang menuju mobil Rey.
"Masuk Mal." Rey mempersilakan Mala masuk, seperti putri saja.
"Thanks kak." Mala menuruti perintah Rey.
Rey melajukan mobilnya setelah sitbelt terpasang pada Mala dan dirinya. Dia membawa Mala menuju restaurant dekat dengan sekolah.
"Kesini?" Mala memicingkan matanya.
"Iya, tidak apa-apa yaa." Rey melepas sitbeltnya. Mala mendengus.
"Lo nggak romantis. Males!" Mala mencibir.
"Mala, ayo keluar. Malah diem ajaa." Rey membuka pintu untuk Mala.
"Iyaaa," jawab Mala.
"Lo kenapa? Marah? Gue ajak lo kesini dulu, besok kalau udah saatnya baru gue ajak lo pergi kesana-sini." Rey tersenyum. Mala hanya mengangguk.
"Mala, lo mau pesen apa?" tanya rey. Mala hanya menunjukkan menu yang dia mau. "Oke, mba ini yaa." Rey menyerahkan daftar menunya.
Mala mendengus kesal. Menatap jari jemarinya yang sedang bermain ketukan di atas meja.
"Mala, gue...." Rey memberi jeda pada ucapannya. Agar Mala menatap Rey. "Gue suka sama lo. Aku cinta sama kamu, Mala." Rey tersenyum.
"Apa?" Mala membulatkan matanya. Pipinya memerah.
"Iya. Kamu mau nggak jadi pacar aku?" Rey memberikan senyuaman menawannya.
"Ba..ik laah gue maau." Mala menunduk malu.
"Sekarang aku kamu aja yaa, jangan lo gue, masa udah pacaran itu-itu ajaa." Rey terkekeh. Mala semakin menunduk.
"Iyaa."
--
Semenjak kejadian itu, Mala dan Rey banyak membuat kenangan bersama. Refan yang sudah tau akhirnya menurut juga. Namun, masih ada kejanggalan di hati Refan. Sepertinya belum ikhlas sempurna jika adiknya menjadi pacar sahabatnya itu. Refan sering sekali menjadi mata-mata hubungan mereka. Takut ada, sesuatu yang, belum harus... dilakukan. Entahlah....
====================
Haaayy bagaimana part ini? Bagus or jelek? suka nggak suka kasih Vommentnya yaa ^^ Thank you :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubble Gum Mala
ChickLit[Completed] Dalam Revisi Aku telah salah mencintai dia. Salah karena dia mencintaiku atas dasar balas dendam. Tetapi, aku adalah gadis yang bodoh. Tidak menyadari orang yang telah mencintaiku dengan tulus menungguku agar dapat melihatnya. Inilah kis...