Bubble Gum Mala || Its Back!

641 51 6
                                    


"Hay Mala," sapa orang yang tengah mengejutkan Mala. Dia membulatkan matanya sempurna walau cahaya benar-benar menyilaukan dan membuat matanya perih. Dia tidak percaya tentang apa yang dia lihat saat ini. Dia mengusap air matanya pelan. Pandangan matanya nanar belum lagi kesilauan yang tidak bisa ditahan oleh matanya sendiri.

"Ngapain lo di sini Mal? Nangis gitu. Idih banget!"

Mala mendongak menatap mata seseorang yang kini telah menatapnya dengan tatapan licik. "Ada apa lo kesini? Eh bukain gembog ini dong!" Mala berdiri sembari menggerak-gerakkan gembog tersebut.

"Oh minta bantuan?" Terlihat sepasang mata itu menatap rendah Mala.

Mala mendengus. "Gue mohon Dis, gue mohon. Atau nggak gue pinjem hp lo buat telfon abang gue atau--"

"Rey?" Disti melanjutkan pernyataan Mala.

"Yes. Please!"

"Ogah. Selamat bermalam di sekolah Mala sayang. Selamat juga ditemani para ... hantu sekolah!" Disti menekan perkataannya yang terakhir itu.

"Disti!! Woy gue balas lo besok!"

Mala menonjok gerbang itu. Dan seketika itu dia merasakan tangannya memerah. Perih.

"Siapapun, tolong gue," lirih Mala. Kini Mala terduduk lagi dibalik gerbang itu. Menatap lampu mobil Disti yang kian menjauh dari pandangannya. Satu-satunya harapannya.

--
Mala POV

"Eh ini kan anak kelas 10. Kenapa bisa dia tidur di sini?"

"Oh iya ini yang kemaren berdarah gara-gara Disti itu kan?"

Mendengar kebisingan yang memenuhi telingaku, aku membuka mataku pelan-pelan.
Sampai sepasang mataku menangkap banyak sekali sepasang kaki yang tengah berkerumun mengelilingiku.

"Udah pagi yah? Gue masih hidup?"

Oh tidak. Ramai sekali. Aku mendudukkan diriku yang bisa di bilang kumel bin kucel.

'Astaga! Mata panda gue. Duh semaleman kan gue nangis-nangis!'

"Mala?!"

Aku menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ternyata ada-

"Bang! Abaaang gue minta maaf. Kenapa lo nggak cari gue sih! Sebel deh!"

-Refan. Abang gue.

"Duh..., maafin gue. Gue kira lo nginep di rumah Nia."

Aku menerima pelukan abangku. Dan aku merasakan derapan kaki mulai menjauh dari tempatku berdiri.

"Gue kangen kita yang dulu bang. Maafin gue kalau gue udah cuekin lo selama ini."

"Ssst. Udah gue maafin. Udah yuk kita pulang. Lo lumayan ... bau!" Refan nenertawaiku.

"Abaaang! Tapi kan lo harus sekolah."

"Bodo amat. Apa lo mau sekolah dengan keadaan kaya gini?"

"Nggak ah ya udah ayuk, bang!"

Refan memutarbalikkan motornya. Aku menaiki dan menyadari aku telah jauh dari lingkungan sekolah.

--

Drrt ..
Aku meraih ponselku yang tergeletak di nakas. Aku melihat ada satu pesan dari-

"Rey?"

*Rey : Mala. Aku liat kamu meninggalkan sekolah. Kenapa? Kamu mau bolos ya?

*Mala : Enak aja. Aku semalem nginep gratis di gerbang sekolah. Aku jadi sakit.

*Rey : yang bener? Aku pulang nanti jenguk kamu yaaa. Bye aku udah masuk.

*Mala : Oke. Bye.

Seperti itulah. Ya aku mulai suka dirinya yang banyak menaruh perhatiannya padaku. Ya mungkin pada akhir-akhir ini.

Aku menatap bayangan diriku yang ... omg so bad! Dengan lingkaran hitam yang melingkari kedua mataku. Dan raut wajahku yang menyedihkan. Oh! Aku merasakan perutku yang sangat lapar. Dan aku baru ingat, kalau aku semalam menginap di sekolah tanpa fasilitas apapun. Ya iyalah. Wajar kalau sekarang perutku protes.

"Wah ada permen karet baru!"

Aku mengambil sebatang permen karet yang di simpan di kulkas. Tapi, saat melihat susu dan roti bakar di meja makan, aku langsung me-nomor satukan mereka. Permen karet, bentar dulu deh!

Aku melihat abangku, Refan sedang asyik dengan ponselnya. Aku merindukan waktu bersamanya. Jadi, saat ini aku harus berbaikan dengannya, melupakan keegoisanku.

"Hayo. Punya pacar baru nggak ngasih tau nih?" ledekku. Dia sedikit terkejut.

"Mala. Ngagetin aja lo! Siapa pacar baru? Nggak ada."

"Hah bulshit bang. Lo nyempetin bolos buat smsan?"

"Ini juga karena lo kali."

"Oh. Hehe."

Pim...
Pim...

Suara klakson mobil. Aku rasa itu Rey. Ya dia tadi sudah janji akan main kesini.

"Nggak usah ditemuin. Biar gue aja. Lo sana masuk kamar." Refan menahanku untuk menemui Rey. Rupanya abangku ini tau. Aku hanya mengangguk dan menaiki tangga. Aku tidak menuruti kata-kata abangku. Aku lebih memilih mengintip mereka dari celah pagar tangga ini.

Author POV

Refan menghadang di depan pintu saat Rey baru saja keluar dari mobilnya. Laki-laki itu menampakkan wajah tidak sukanya kepada Rey.

"Mau apa lo kesini?" Refan menyilangkan tangannya.

Rey mendesah, kemudian dia menatap Refan dengan jengah. "Jenguk pacar. Mala mana?"

"Nggak ada pacar-pacaran di rumah ini. Mending lo pulang," ucap Refan dengan santai namun pasti.

"Lo kok jadi gini Fan, kita kan sahabat, lo lupa?"

"Emang kita pernah ya sahabatan? Gue rasa, itu dulu. Sekarang udah nggak."

"Kenapa coba? Gue salah apa sama lo?"

"Lebay kaya cewe aja. Najis gue!"

"Fan, gue tetep akan kejar adik lo yang cantik itu. Lo nggak bisa nahan gue. Kalo lo nahan akan tahu akibatnya."

Ancaman itu, Refan semakin menuangkan amarahnya. Tidak terasa tangan Refan sudah mengepal dan rasanya semua emosinya berada di puncak kepalan tangannya.

--------

Jangan lupa vommentnya yaa ^^
Love you readersku ♡♥


Bubble Gum MalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang