Bubble Gum Mala || Senjata Mala

899 82 9
                                    

Mala berjalan melewati koridor kelas Rey yang juga kelas Refan. Mala mengendap-endap seperti layaknya pencuri tv. Mala mengintip dari jendela yang tepat di depan matanya. Mata Mala memutari sudut-sudut kelas itu. Setelah menemukan apa yang dia cari, Mala tersenyum senang melihat wajah tampan di sampingnya itu.

"Mala? Sedang apa kamu disini?"

Mala terpekik saat mendengar suara yang mengejutkannya. "Bu Fitri, hehe. Sedang lihat abang saya, Bu," elak Mala.

"Masuk sana ke kelas kamu!" bentak Bu Fitri, lalu Mala yang ketakutan berlari setelah memberi senyuman kecut untuk Bu Fitri.

Mala memasuki kelasnya yang masih saja belum ada gurunya.

"Syukurlah," ucap Mala yang langsung menuju tempat duduknya.

--

Mala POV

Aku mengagumimu dari tatapan mataku, aku mengagumimu dari lubuk hatiku. Jika kedua mataku melihat kejelekanmu, akan ku tutupi dengan rasa kagumku padamu. Jika hatiku merasakan enggan untuk mengagumimu lagi, aku akan gunakan pikiranku untuk tetap berusaha mengagumimu.

Aku tertegun saat kau tersenyum manis padaku, aku tertegun saat kau menyebut namaku, aku tertegun saat apa yang kau lakukan padaku. Apalagi jika kau memberikan permen karet kesukaanku, aku lebih tertegun akan hal itu.

Kak Rey. Jangan kacaukan kekagumanku padamu. Jangan.

--

Author POV (normal)

Mala duduk di bangku depan kelasnya itu. Sendiri, tanpa Nia karena izin tidak masuk sekolah. Vino juga entah dimana. Dua sahabatnya hilang lenyap. Terakhir dia melihat Vino, di lapangan basket. Oh mungkin sedang bermain basket.

Mala asik dengan permen karetnya itu. Memainkannya untuk dibuat gelembung. Dan berulang-ulang sampai rasa permen karetnya hambar.

"Lo yang bernama Mala?" tanya seorang gadis yang berdiri di depan Mala.

"Siapa Lo? Ada urusan apa sama gue?" Mala menatap sinis gadis itu.

"Lo, adiknya Refan itu kan?" kata gadis itu sembari matanya menerawang Mala dari ujung rambut hingga kaki.

Mala yang mulai jengah ditanya-tanya langsung tersentak berdiri. "Ada urusan apa lo sama gue!" Dari pertama Mala melihat gadis ini. Seperti akan ada hal buruk yang akan terjadi pada dirinya. Entah itu apa.

"Lo! Berani sama senior lo? Lo gak takut apa sama gue?" terlihat ancaman untuk Mala. Mala yang mendengar hanya bisa tertawa.

"Ngapain gue takut, gue juga manusia. Gue bayar sekolah di sini untuk belajar. Bukan untuk jadi budak. Dan Lo yang katanya senior gue, lo lebih pantes jadi junior gue!" Mala menunjuk gadis itu yang semakin menunjukkan kemarahannya.

"Dasar, lo tuh harusnya di teka! Makan permen karet sepuasnya disana!" ejek gadis itu.

"Oh ya? Lo belum ngerasain senjata gue ya. senior ababil?" Mala tidak tertarik dengan ejekan gadis tersebut. Mala langsung menaruh sisa permen karetnya itu di rambut gadis itu.

"Lengket sono, nggak bisa deh hilang. Kecuali lo potong noh sampe botak!" Mala tertawa puas mengerjai balik kakak kelasnya itu. Kemudian dia meninggalkan gadis itu dengan masuk ke kelas.

"Arghh! Sial gimana ini rambut gue! Rey! Rey!!" teriak histeris gadis itu sambil berlari memanggil Rey.(?)

--

Mala POV

Kalian tahu? aku memang masih berumur 16th. Aku memang masih suka dengan hobiku ini. Tapi jangan sangka, aku monster bagi semua monster ababil di sekelilingku. Haha. Rasakan gadis itu. dia kira aku ini penakut? Tidak!

Aku tahu siapa gadis itu, dia teman sekelas abangku, ya sekaligus Rey. Yang pernah aku dengar sih.... Itu mantannya Rey yang di putuskan. Aku acuh dengannya. Mantan, itu kan masa lalu. Mungkin tujuan dia tadi mengancamku untuk tidak mendekati Kak Rey. Namun, kasian. Nasibnya senjata makan tua.

--

Author POV (normal)

Sedangkan di kelas Refan, kegaduhan sedang terjadi.

"Refan! Gue mau tanggung jawab soal rambut gue ini! Iuwh!" sambar gadis berambut kucel itu.

"Itu bukan salah adik gue. Salah lo duluan yang mau ngeganggu dia, dan terima akibatnya. Lo udah tau kan adik gue sebenernya? Itulah dia, monster yang tersembunyi," jelas Refan membela adiknya itu.

"Gue nggak mau tau! Atau gue akan lebih kejam sama adik lo!" kata gadis itu lagi yang masih bersungut kesal.

"Lo berani, gue juga berani!" sahut Refan tegas.

"Cukup! Desti cukup!" bentak Rey kepada Desti itu.

"Rey.... Ini lihat, rambut gue. Gue bakalan botak Rey!" ucap Desti mengadu.

"Itu salah lo." Rey menjawab santai. Sepertinya menahan tawa.

"Udah Fan, kita tinggal aja cewek bakalan botak ini," tawa mereka meruak di ruang kelas ini.

--

"Dek, lo nggak apa-apa kan?" tanya Refan yang melihat Mala sedang menonton tv.

"Apa-apa maksudnya?" tanya Mala kebingungan.

"Desti," jawab Refan.

"Oh, dia botak yah? Haha." Mala tertawa puas.

"Lo ih, kasian tau. Tapi, nggak apa-apa deh. Lo pinter. Kejam juga lo ternyata yak." Refan mengacak rambut adiknya itu.

"Ish. Iya dong. Kan hobi gue bisa gue andelin. Ini nggak sekedar hobi," ucap Mala percaya diri.

======

Votenya jangan lupa ya ^^ kasih komentar juga ^^


Bubble Gum MalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang