Bubble Gum Mala || Regret

687 39 3
                                    

Holla ^^ aku updet lagi nih, maaf kalau jalan ceritanya jadi gajee :'( aku bingung tapi aku usahain selese dengan nyambung ? :V
btw, happy reading yaa ^^

=======================

Di sekolah, Refan masih tetap angkuh pada teman sebangkunya itu, Rey. Sahabat hanya tinggal kenangan bagi Refan. Sejak awal, Refan memang tidak suka dengan sikap Rey apalagi Disti. Membuat Mala adiknya itu menjadi terkena imbas antara pasangan mereka. Pasangan licik.

Refan duduk membaca buku di bangkunya, lalu ekor matanya menangkap keberadaan Rey yang duduk di sebelahnya.

"Zal, gue duduk sama lo ya?" Refan mengambil alih tempat milik Bagas yang duduk bersama Rezal. Rey yang melihat adegan tadi hanya bisa mendesah puas.

"Kenapa?" tanya Rezal menaikkan satu alisnya, menatap bingung pada Refan.

"Males aja duduk sama jerk kaya dia." Refan tetap dengan flat face nya. Sedangkan yang disindir hanya tersenyum penuh kelicikan. Entah apa jalan pikiran mereka berdua.

-

"What to the what Mala? Yang lo bilang bener 'kan? Refan punya kembaran? Waaahhh...." Nia dengan alaynya beteriak memenuhi telinga para teman-temannya.

Mala hanya menutup telinganya pasrah, "Iya." Jawaban paling pendek. Vino yang notabenenya pernah menyukai Mala juga ikut-ikut alay.

"Apaan sih Vin, gaje kalian berdua sumpah. Gue yang ngerasain juga biasa aja deh," pekik Mala sembari meletupkan permen karetnya. Yang disindir hanya tertawa.

"Ya gue spechless banget lah Mal, ternyata gue punya kakak ipar kembar!" Vino mulai dengan gombalnya, Mala menatap Vino horor. "Peace... hihi." Vino memundurkan langkahnya lalu duduk di belakang Mala. Memang itu tempat duduknya.

"Gue bingung dong yak?" Nia tampak sedang berpikir.

"Bingung kenapa lo?" sahut Vino yang mendengar ucapan Nia.

"Milih yang mana, eh Mal, gantengan Refan atau Kefan nih?" Nia menaik turunkan alisnya dengan cepat, Mala menoleh ke arah dua sahabatnya itu dengan tatapan yang tidak suka mungkin.

"Liat aja sendiri deh, ntar pulang sekolah juga Kefan jemput gue sama abang," jawab enteng Mala. Yang nanya hanya manggut-manggut.

-

Mereka bertiga, Mala, Nia dan Vino menuju kantin bersamaan. Setelah lama Vino izin tidak masuk sekolah mereka melepas kangen, katanya. Mala hanya cuek tapi ya merindukan sahabat laki-lakinya itu.

"Vin, emang kemaren lo kemana? Kayak ngilang dari bumi 3 minggu lah nggak nongol. Lo ketinggalan berita kasian deh...." Nia dengan mulut tidak bisa berhenti, iya seperti itulah Nia.

Vino menelan berat mie ayamnya, "buset, gue harus jawab apa ya? Em, iya gue izin buat bantu bokap. Tapi tenang Nia, gue udah gak bakal pergi lagi kok. Lo kangen gue yaaa?" Vino mengusili Nia yang sedang asyik makan bakso. Beruntung tidak tersedak bakso.

"Nia suka sama lo kali' Vin...." Mala tersenyum. Vino membulatkan matanya, tidak percaya.

"Bukannya lo suka si kembar ya? Ah gue emang tampan kok, tapi maaf Nia, gue nggak tau perasaan gue ke lo."

"Uhuk... siapa juga yang suka sama lo, idih amit-amit deh." Nia menjitak kepala Vino.

Mala tertawa puas mengerjai sahabatnya itu. Kemudian dia berdeham, dia menyeringai. "Ati-ati, ntar malah kalian pacaran lagi."

Sontak membuat kedua sahabatnya itu saling menolak.

Suasana bercanda masih ada sebelum kedatangan ratu iblis di kantin ini. Mala memang menyadari, namun Mala pura-pura untuk tidak mengetahui itu dan melanjutkan makanannya yang lebih menarik daripada perempuan itu. Nia berkali-kali menyenggol lengan Mala namun Mala tetap diam bergeming dari makanannya.

BRAK!!

Mala sedikit terkejut, dengan meja yang digebrak oleh Disti itu. Tiba-tiba saja makanan di hadapannya tidak menarik lagi. Mala menjatuhkan sendoknya di mangkuk lalu menatap Disti lamat-lamat dan tajam.

"Mala, kasian banget deh lo. Emh mungkin cinta lo bertepuk sebelah tangan ya?" Disti tertawa hambar, "cinta lo tuh sama kayak kebiasaan lo. Manis di awal, pahit di akhir. Iya lah, emanga ada rasa permen karet manis terus?" tanya Disti pada murid-murid di kantin ini. Walaupun tidak ada yang menjawabnya.

"Terus?" nada Mala terlihat menantang.

"Jauhin Rey demi kebaikan lo dan, Refan...." Disti menekan kata Refan.

Mala hanya bisa mengepal tangannya menahan emosi yang dapat keluar begitu saja. "Hh, nggak punya muka apa gimana? Silakan mengancam apapun gue nggak takut, Disti." Mala tetap dengan sikap tenangnya. Walaupun emosi mendesak untuk keluar.

"Gue nggak takut juga," ucap Vino, dia menyeringai walaupun sebenarnya dia tidak tahu apa masalah utamanya tetapi dia cukup paham.

"Gu-gue juga! Siapa yang takut sama iblis kayak lo sih?" Nia terlihat berani dari sebelumnya, ya Mala hanya mendengus kesal.

"Oh, akhirnya adik kelas punya pasukan. Nggak ngaruh." Disti menjentikkan jarinya dengan sikap meremehkan.

Suasana kini hening, mereka saling bertatapan. Konflik batin antara Mala dengan Disti. Sepatah katapun mereka tidak mengeluarkannya.

"Jangan urusin cewek ini, kita pulang aja." Mala terkejut mendengar suara yang baru-baru ini dia kagumi, Kefan. Mala mengerutkan dahinya saat Kefan menarik lengan Mala.

"Bang Kefan kenapa ada disini? Mana bang Refan?"

"Tinggalkan kantin ini dulu, kita bicarakan Refan nanti," ucap Kefan dengan nada yang sulit diartikan itu membuat Mala gusar. Cemas dan khawatir pada Refan karena mengingat ancaman Disti.

Terlihat Vino dan Nia mengikuti Mala, Mala hanya bisa menunduk memikirkan bayangan buruk atau baik yang akan diterimanya. Mala pasrah. Disti juga sudah tidak berada di kantin, mungkin juga pergi. Namun, hati Mala terasa sakit saat memikirkan ancaman Disti.

"Tidak usah dipikirkan," ucap Kefan mengelus puncak rambut Mala, Mala hanya tersenyum tipis.

"Dimana bang Refan?" pertanyaan itu lagi yang muncul dari bibirnya, Kefan mendesah, menghembuskan nafasnya kasar.

"Kita kerumah sakit sekarang, abang tadi udah izin sama guru dan boleh...."

"Apa? Rumah sakit? Siapa yang disana? Bang jangan bilang itu...." seketika tangisan Mala pecah di dalam mobil. Mala mengutuk dirinya terlalu bodoh. Menyia-nyiakan semua nasehat abangnya yang selama ini menjaganya. Hanya untuk orang yang sangat dia sayangi. Namun, itu hanya untuk terakhirnya, kini sudah berubah keadaan hatinya. Dia membenci laki-laki yang tengah membuat Mala jatuh cinta.


========

Minta vomment boleh kali?? :D


Bubble Gum MalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang