Bubble Gum Mala || Not Romantic (?)

721 49 14
                                    

Hay hay, cerita ini bakalan slow updet yaaa :(
soalnya mau MID Semester dulu.. eh tapi,emang ada yang nunggu? haha nggak ada deh kayaknya (:|
Setelah baca ini kalian biasakan VOMMENT yaaa! :*

------------------------

Taman. Kini pilihan Rey adalah taman. Ya, mengajak berkencan di taman? Mala hanya mendengus kesal.

"Nggak ada romantis-romantisnya lo!" Mala bergumam.

"Kamu bilang apa Mala?" Rey menatap Mala.

"Nggak, aku nggak bilang apa-apa." Mala masih dengan raut muka yang kesal.

Ya, Rey selama ini hanya mengajak Mala ke tempat yang terbilang tidak ada romantisnya sama sekali. Mala itu, tipe cewek yang suka romantis.

"Masih sibuk makan permen karet ya Mal?" Rey menatap mulut Mala yang masih asyik menggelembungkan permen karet.

"Iya, emang kenapa? Ngapain kakak liatin mulutku? Haaa?" Mala membulatkan matanya lebar-lebar dengan tatapan horor.

"Eng-enggak." Rey membuang jauh tatapannya dari Mala. Mala terkekeh.

"Pulang yuk, udah di pesanin sama abang, suruh jangan kesorean." Mala berjalan menuju mobil Rey. Rey menyusul.

"Iya aku nurut kok. Abang kamu aja yang ngeselin. Lama-lama dia ngeselin lah." Rey merangkul Mala.

"Ya itu abang gue, eh aku." Mala terkekeh. Kebiasaan berbicara dengan logat lo-gue.

"Iya nggak apa-apa kok Mala." Rey tersenyum.

--

Mala melihat Refan yang tengah berdiri di depan pintu rumah dengan tatapan sulit diartikan. Mala melangkahkan kakinya menuju Refan. Sempat tersenyum, namun diumpatkan oleh Mala.

"Kenapa sih lo bang? Gue salah apa cobaaa?" Mala menggelembungkan permen karetnya.

"Udah mainnya? Lo diapain? Masih sama tempat yang klasik?" Refan masih dengan tatapannya itu. Mala bingung harus jawab apa dulu.

"Mau mandi." Akhirnya jawaban itu yang keluar.

"Lo belum jawab Mala!" Refan membalikkan badannya menuju Mala yang tengah menaiki tangga. Mala hanya menaikkan bahunya acuh tak acuh.

Sampai di kamarnya, Mala melemparkan tubuhnya ke kasur empuknya itu. Dia tidak mengerti dengan kelakuan Refan akhir-akhir ini.

"Argh! Rey, lo cowok nggak pernah romantis banget!" Mala mendengus kesal. Mengacak rambutnya, menutup wajahnya dengan bantal tidurnya.

"Gue sebel!" teriak Mala di dalam dekapan bantal itu.

--

"Mala, lo kenapa? Bukannya punya pacar itu seneng yaa?" tanya Nia sesekali menyedot jus apelnya.

"Hmmh. Ya, beda. Gue nggak." Mala mengaduk-aduk jus alpukatnya itu.

"Eh ada kak Rey Mal," ucap Nia menyenggol Mala. Mala masih fokus pada minumannya itu.

"Hy Malaa," sapa Rey sembari duduk di samping Mala. Mala tetap diam. "Kamu kenapa? Sakit?" Rey menatap rambut Mala yang berwarna pirang itu.

"Nggak," ketus Mala.

"Tapi kaya sakit deh, ke UKS aja yaa?" Rey merangkul Mala.

"Nggak usah kak, aku sehaaat." Mala mendongak.

"Bener kan?" Mala mengangguk. "Ya sudah, aku ke kelas lagi yaa. Dagh." Rey meninggalkan Mala.

"Mala, lo baik-baik aja kaan?" Nia menepuk bahu Mala. Mala mengangguk. "Ok-okeee." Nia melanjutkan makan dan sesekali melirik Mala yang masih sibuk mengaduk-aduk minumannya.

"Gue ke toilet ya Nia." Mala berjalan menuju toilet.

Mala menatap bayangan dirinya di cermin toilet. Dengan rasa aneh Mala menatap bayangan dirinya sendiri. "Gue bodoh. Nge-galau-in cowok gak romantis kayak gitu!" Mala membasuh mukanya yang sebelumnya kusut hingga kini lebih segar.

Mala mengernyitkan dahinya, karena melihat bayangan yang telah lama tidak dia lihat lagi. Ya, sangat jelas. Itu...

"Disti?" Sotak Mala langsung berbalik badan menatap orang yang dimaksudnya.

"Hadir," jawab Disti.

"Lo udah berani sekolah?" kata Mala sembari menyilangkan tangannya di depan dada.

"Menurut lo?" Disti mendekati Mala.

"Ada apa lo datengin gue?" Mala menatap serius Disti.

"Gue denger selama gue di skors, lo...." Disti memberi jeda. Lalu mendekati Mala. "Jadian sama REY!?" Disti mencengkeram tangan Mala. Mala meringis menahan sakit akibat kuku-kuku Disti yang tidak terawat itu menembus kulitnya. Darah mengalir dari cengkraman Disti.

"Selama ini lo nggak pernah... sssh motong kuku lo?" rintih Mala. Mala mencoba melepaskan tangan Disti dari tangannya.

"Jawab Mala! Gue serius! Atau kulit tangan lo bakalan robek!" Disti semakin mempererat cengkramannya itu.

"Sshh, lepasin gue! Iya gue jadian sama cowok nggak romantis kaya dia! Tapi gue sayang. Jadi, jangan ganggu kita lagi!" Mala mencoba menangkis namun, tangan Disti semakin kuat. Jiwa laki mungkin.

"Oh jadi lo sayang sama dia?" Disti memperlonggar cengkramannya itu. Mala hanya menatap Disti dengan tatapan horor.

Mala tidak kuat menahan darah yang terus menetes dari tangannya itu. Rasanya lemas melihat darahnya terbuang sia-sia. Kan mending di donorin aja kalau kayak gini caranya.

"Lo beraninya di sini, menurut lo gue takut ah?" Mala menepis kuat-kuat hingga Disti melepaskan cengkramannya itu.

"Mala lo mau kemana!" Disti mengejar Mala yang berlari keluar dari toilet.

"Dasar cewek saiko, psikopat! Gila, tangan gue sampe dibuat berdarah kayak gini," gumam Mala. Mala berhasil keluar dari toilet, lalu menunggu Disti sampai di luar toilet.

"Mala!" teriak Disti.

"Gue gak takut cewek saiko! Udah deh, mending gue obatin dulu tangan gue. Berantemnya entaran aja!" Mala menahan rasa perih di tangannya itu.

"Wah kenapa itu kok berdarah?"

"Wah pasti kelakuan cewek gila itu."

"Iya kasian anak itu."

Berbagai perhatian tertuju pada Mala, dia hanya tersenyum puas. Lalu dari sudut sana, seseorang sedang berlari menuju depan toilet perempuan, karena sebuah berita yang membuatnya berlari ke sini.

"Disti lo gila!" teriak seseorang dari sudut sana. Mala menoleh kearah suara itu.

Plak! Tamparan keras berhasil mendarat di pipi mulus Disti itu.

"Lo nampar gue?" rintih Disti. Orang yang berhasil membuat bekas merah di pipi Disti itu, masih menatap Disti dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Iya! Karena lo udah berani nyakitin Mala!" teriak orang itu. Disti hanya menahan rasa memar di pipinya. Mala juga menahan rasa perih yang ada di tangan kanannya itu.

"Ikut gue ke uks." Mala ditarik oleh orang itu menuju UKS.

Disti masih berdiri mematung sembari memegang pipinya yang merah itu. Beberapa pasang mata masih menatap Disti yang sudah berbuat nekat lagi mengulang seperti yang dulu. 

==========

Kali ini mau diadain KUIS ^^ yang bener chapter selanjutnya didedikasikan untuk yang bener ^^ Yang tau cerita ini pasti tau kaan? Oke pertanyaannya

Siapa yang nampar Disti, dan membawa Mala ke UKS?

Siapaaa hayoo??? :p Kasih jawaban kamu di coment yaa ^^


Bubble Gum MalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang