Bubble Gum Mala || Damn!

677 49 5
                                    

Semenjak kejadian itu, sikap Mala terhadap Refan berubah menjadi dingin. Tidak ada sapa menyapa, tawa bercanda lagi. Itu semua sudah dia sembunyikan. Refan selalu mencari perhatian untuk Mala, namun Mala tidak memperdulikannya lagi.

Mala sudah siap untuk pergi ke sekolah. Mala hanya menunggu seseorang untuk mengantarnya ke sekolah. Refan hanya bisa diam menatap Mala yang masih saja marah dengannya.

Pim...

Suara klakson mobil milik Rey. Mala segera menuju teras rumahnya. Mala tersenyum saat melihat kekasihnya berdiri didepan pintu. Mala tersenyum bahagia.

"Hy Kak Rey...." Mala langsung masuk ke dalam mobil Rey.

Dari kaca mobil Rey, Mala melihat sepasang mata Refan menatap ke arahnya. Tatapan itu menandakan kedendaman yang sangat besar. Mala hanya mendengus kesal.

"Mala, kita berangkat sekarang ya?"

Mala mengangguk.

--

Di dalam kelas, Mala hanya berdiam diri sembari mengunyah permen karet kesukaannya itu. Di samping Mala, Nia yang masih sangat sedih karena tingkah Refan itu, menundukkan kepalanya di atas meja.

"Niaa..., lo ngapain sih sedih mulu? Gue kangen cerewet lo." Mala menggoncang tubuh mungil Nia.

"Apaan sih Maaal, iya gue lagi capek ajaaa." Nia menampakkan wajah kusutnya.

"Busyet, lo habis ngapain? Sampe muka lo tambah jelek ajaaa." Mala terkekeh.

"Maalaa, nakal deeeh." Nia mengucek matanya.

"Kantin yuk! Gue traktir buat yang lagi galau deeh." Mala berdiri.

"Yes gue irit sekarang. Oke deeh." Nia semangat sekali mendengar kata traktir.

"Gila lo, nggak nyarat abis jadi sahabat gueee." Mala terkekeh. Nia hanya terkekeh.

Nia seperti biasa yang memesan, lalu Mala yang mencari tempat duduk. Mala melihat Rey sedang duduk sendiri di bangku sana.

"Hy Kak Rey!" Mala menempati duduk di samping Rey.

"Hei Mala, aku kira kamu nggak makan," ucap Rey sembari berhenti mengunyah makanannya.

"Emangnya aku vampir?" Mala terkekeh.

"Aku udah selese makan, kamu baru dateng," kata Rey.

"Salah sendiri rakus." Mala kembali terkekeh.

"Malaaa." Rey mencubit lengan Mala.

Nia telah datang dengan nampan berisi makanan yang Nia pesan. Mala dan Nia menyantap hidangan itu sembari juga membuat suasana lucu bersama Rey. Tanpa sadar, dua pasang mata telah menatap kehangatan mereka.

--

Mala berjalan menuju parkiran. Dia ingin bertemu Rey yang sudah menunggunya sedari tadi. Namun orang yang dicarinya tidak ada. Mungkin sudah pulang.

Mala : Kamu dimana? Aku udah diparkiran.

Tidak ada jawaban dari pesan yang dikirim untuk Rey. Mala menaikkan bahu acuh. Mala berjalan meninggalkan parkiran.

"Mau ikut?" tanya seseorang yang suaranya sangat tidak asing bagi Mala.

"Nggak," jawab Mala ketus.

"Ya udah, selamat capek deh," ucap orang itu lalu berlalu meninggalkan Mala. Mala hanya menatap punggung laki-laki itu.

"Lo abang gue yang ngeselin," pekik Mala.

Mala melangkahkan kaki menuju gerbang. Saat sampai, Mala terkejut mendapati gerbang yang sudah dalam keadaan digembok. Mala panik. Panik setengah mati!

"Lah kok kegembok? Ini kan belum saatnya ditutup!" Mala mulai mencoba membuka gembok tanpa kunci tersebut. Namun naas, tangan lemahnya tidak mampu memecahkan gembok itu.

"Lah gue pulang gimanaa? Mana pintu gerbang ini tinggi, gue nggak bakalan bisa loncat! Tolooong!" Mala menatap sekitar tidak ada siswa dan seorang pun di sekitar sekolah. Lalu dia melihat jam pada jam tangannya itu.

"Lima soree? Pantes udah sepi. Gimana dong nasib gueee." Mala tetap panik dengan dirinya sendiri. Sembari menatap sekitar takut ada sesuatu yang membuat Mala terkejut.

"Hp, ya gue harus telfon abang!" Mala mencari ponselnya di saku. Setelah memdapatkan, Mala langsung mencari nomor telfon Refan.

"Pliis angkaat!" pekik Mala.

Tut...tut...

"Mati? Sh*t kenapa hp pake mati segalaaa!" Mala makin panik. "Tuhaan, gue takut disini" Mala terduduk di belakang gerbang sekolah.

Langit senja mulai berganti menjadi gelap. Warna biru menggantikan warna jingga. Mala hanya bisa menahan tangisannya yang kian menderu. Takut. Sangat takut. Mala melihat sekitar dari dirinya duduk. Gelap, hanya penerangan di dekat gerbang ini saja. Mala semakin merinding dengan semua keadaan yang mendesaknya.

"...Kenapa gelap sih? Horor...." Mala semakin meneteskan air matanya. Rasa takut itu semakin besar. Mala hanya pasrah dengan keadaan ini.

Mala menenggelamkan mukanya dalam pangkuannya itu. Sungguh gusar hatinya kini. Mala hanya mengingat kejadian tadi sore. "Abaang, gue nyesel nggak ikut lo tadi. Gue nyesel, gue pengen baikan sama lo." Mala masih tertunduk.

Mala merasakan cahaya yang menerangi sekitarnya itu. Sangat terang. Mala mendongak dan menatap sekitarnya yang begitu terang. Tidak gelap lagi. Lalu telinganya mendengar suara, seperti suara mobil yang berhenti di depan gerbang. Mala berbalik ke arah belakang dan mendapati sebuah mobil telah terparkir di depan gerbang. Lampu mobil yang menerangi kegelapan tadi membuat mata Mala menyipit. Silau.

"Siapa itu?" gumam Mala. Dia tidak mengenali mobil itu. Apalagi pemiliknya.

Pemilik mobil itu keluar, sangat misterius. Siapa itu? Apa dia Rey? Refan? Atau...

"Hy Malaa," sapa orang yang tengah mengejutkan Mala. Mala membulatkan matanya sempurna walau cahaya benar-benar menyilaukan dan membuat mata Mala kian perih.

-------------

Bagaimana dengan chapter ini? Maaf ya kalau gaje, ngbut ini T__T . Oh iya ini terakhir aku ngepost, besok mau cuty 2 minggu. nggak bakal buka sosmed apalagi wattpad ini :( mau fokus sama UTS dulu, doain yaa ^^
Tapi, kalian tetep baca ceritaku dan jangan lupa kasih vommentnya yaaa ^^ aku harap kalian suka sama cerita-ceritaku :)
Thanks ^^


Bubble Gum MalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang