3

7.1K 450 20
                                    


      Saat ini Fiat sedang mencari bayi besar nya. Ya, siapa lagi kalau bukan Leo. Fiat bingung, tumben sekali Leo tidak kelihatan batang hidung nya sedikit pun.

Batang hidung ya, bukan batang yang itu🌚

Fiat sudah mencari Leo ke semua tempat yang ada di sekolah, tetapi tidak ketemu. Apa Leo sakit ya, jika iya, mungkin nanti akan dia jenguk bayi besar itu kerumahnya.

"Yasudah lah nanti kerumahnya saja". Ucap Fiat dan berbalik untuk menuju kelas jika saja tangannya tidak ditarik oleh seseorang. Hampir membuatnya tersungkur, tetapi tidak jadi karena ada sebuah tangan yang menahan pinggang nya.

"Ada apa?". Tanya Fiat dengan ketus saat mengetahui sang pelaku. Rion yang ternyata sang pelaku penarikan hanya tertawa.

"Jutek banget sih, kenapa?".

"Aku nyari Leo daritadi gak ketemu-temu". Balas Fiat dengan cemberut. Sebenarnya Rion ini temen dekat Fiat juga. Mereka sama-sama nakal jadi tidak butuh lama untuk bisa mengakrabkan diri.

Sudah lama mereka dekat, Fiat pun jika ada masalah atau apapun itu pasti akan langsung mencari Rion dan menceritakan keluh kesahnya, ya walaupun nanti ujung-ujungnya Rion minta imbalan karena sudah mengganggu waktu berharga nya.

"Kamu kenapa nyari dia terus, sange?".

Dipukul nya dada Rion pelan, kesal sekali rasanya melihat wajah ganteng yang sedang menggodanya itu. "Apa sih. Aku gak sange. Aku cuma mau ketemu dia aja".

Ditariknya pinggang Fiat sampai posisi mereka menempel. Untung saja saat ini mereka ada di taman belakang, lebih tepatnya badan mereka terhalang oleh pohon yang ada disana, sehingga besar kemungkinan tidak ada yang melihat mereka. Lagipula hari ini pun sudah siang sehingga mahasiswa tidak akan berada di taman ini. "Beneran gak sange kamu. Hem".

Tangan Rion dengan nakal menyelusup ke seragam Fiat. Mengelus pinggang itu lembut dan naik ke atas menuju puncuk dada Fiat. Menggoda nya disana. "Ahh diem tangan kamu Rion".

Rion tidak memperdulikan ucapan Fiat, dia masih tetap menggoda puncak dada itu sampai mengeras. Sampai Fiat menumpu wajahnya di bahu lebar itu.
"Ahh Rion berhenti, aku lagi gak mau".

Rion tidak peduli, gerakan tangannya tidak berhenti, ditambah dengan lidah nakal nya yang sudah menghisap leher Fiat sampai membentuk tanda.

Hah, sial. Niatnya ingin menggoda saja malah membuat penis nya mengeras. Harum tubuh Fiat membuat dia mabuk.

Ditariknya lengan Fiat dengan cepat dan dibawa nya ke ruang UKS yang tidak jauh dari tempat nya saat ini.

Di dorongnya tubuh Fiat ke kasur yang ada disana. Di buka seragam itu tidak sabaran dan langsung dilahapnya puncak dada tersebut dengan penuh nafsu.

"Ahhh Rion pelan". Diremasnya rambut Rion untuk melampiaskan rasa nikmat tersebut.

Rion menyedot nya dengan keras sambil melihat keatas untuk melihat pemandangan yang tidak boleh dilewati. Lihatlah wajah itu, wajah erotis dengan mata yang menatapnya sayu. Wajah yang mampu membuat siapapun hilang kewarasan hanya karena melihatnya. Dan dia salahsatu orang yang beruntung yang bisa melihat wajah itu.

Setelah puas dengan puncak dada Fiat, lidah nakal itu berpindah ke sekitar pusar. Di jilatnya bagian itu dengan lihai. Tangan Rion pun tidak tinggal diam, dibukanya celana Fiat, dibebaskannya penis yang sudah mengeluarkan sedikit precume itu. Setelah nya, di masukan nya penis itu ke mulutnya untuk di manjakan. Membuat Fiat mendesah dengan erotis. Desahan yang seksi, desahan yang mampu membangkitkan gairahnya.

"Ahhhhh ahhhh ahhhh Rion ahhhh". Si manis pun tidak mampu menahan lebih lama lagi. Mulut dan lidah Rion memang luar biasa.

Rion membuka celana dalam Fiat, dielusnya lubang tersebut membuat Fiat mendesah. Rion diam sebentar, melihat lubang merah itu dengan sayu, sial penis nya tambah mengeras saat melihatnya. Ingin sekali dia menggempur lubang itu dengan keras sampai dia puas.

"Rion aku gak mau kalau sampai masuk ya". Baru saja dia bayangkan rasa nikmat jika berhasil memasuki lubang ketat itu, Fiat sudah memperingati nya. Untung saja Rion bisa menahannya, jika tidak, ucapkan selamat tinggal untuk keperjakaan lubang Fiat.

"Tenang aja aku gak sampai masuk". Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Rion mendekatkan wajahnya pada lubang itu, menghirup rakus aroma yang begitu memabukkan. Dia yakin, Fiat pasti merawatnya dengan baik.

Lidah Rion terjulur, bermain-main di sekitar nya. Setelahnya, disedotnya lubang itu dengan kuat dan penuh napsu membuat Fiat tersentak dan mendesah karena merasakan rasa nikmat yang baru dia rasakan. "Hngg Ahhh ahhhh ohh".

Mulut dan lidah tersebut masih bermain-main disana tanpa bosan. Wangi lubang nya membuat Rion tambah bergairah tanpa peduli rambutnya yang berantakan karena di tarik oleh Fiat sedaritadi.

Dengan gemas, dimasukkan jari telunjuknya kedalam lubang itu. Di gerakan dengan pola menggunting sampai jari itu mengenai prostat. "Ahh Rion ahh sial awass ahh jangannn sampaihh masuk". Sudah diberi kenikmatan tetap saja protes. Untung Rion anak baik.

Digerakkan nya jari itu maju mundur dengan cepat tanpa peduli seberapa berisiknya suara desahan Fiat. Dapat Rion rasakan jarinya seperti di telan habis oleh lubang itu. Astaga rasanya Rion tidak tahan.

"Sial, segera manjakan penis ku dengan mulut mu Fiat. Jangan sampai aku menghancurkan lubangnya sekarang juga".

*****


  Siang hari ini sangat mendung. Angin berhembus dengan sangat kencang. Capung pun sudah banyak beterbangan di langit tanda bahwa sebentar lagi akan hujan. Tetapi hal tersebut tetap tidak akan mempengaruhi Fiat untuk membatalkan niatnya kerumah bayi besar itu. Rasanya Fiat rindu karena sehari tidak melihat wajah itu.

Bucin sekali

Saat ini Fiat sudah sampai di depan rumah yang menjulang tinggi di depannya. Di pencet nya bel yang ada di luar rumah, membuat pembantu yang di dalam rumah segera membukakan pagar nya.

"Permisi. Ada Leo nya bi?".

"Oh ada tuan. Kebetulan tuan Leo sedang ada di kamarnya. Silahkan masuk Tuan".

"Oh iya, bi memang Leo kenapa tidak kuliah?".

"Tuan leo sedang sakit dan sedari tadi tidak mau meminum obatnya. Saya khawatir jika panas nya tambah naik. Tuan leo jika tidak ada nyonya tidak mau meminum obatnya".

Dasar bayi

"Oh begitu. Baik bi".

Fiat pun melangkahkan kakinya memasuki rumah besar itu dan menuju kamar bayi besar yang ternyata sedang sakit. Fiat tahu kamar nya dimana karena tadi sudah diberi tahu terlebih dahulu oleh pembantu lain yang ada di rumah ini.

Tanpa mengetuk pintu, Fiat langsung memasuki kamar. Terlihat gumpalan selimut yang menandakan bahwa leo ada di dalam nya.

Di usapnya Surai hitam itu dengan lembut. "Leo, bangun. Makan dulu yuk".

"Hem". Leo sedikit menggeliat, menurunkan selimutnya untuk melihat siapa yang berbicara. Mata leo melotot, tidak percaya bahwa Fiat ternyata menjenguk nya. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena setelahnya, Leo langsung menyerbu Fiat dengan pelukan erat.

"Fiat, Leo rindu". Suara itu terdengar pelan dan malu-malu membuat Fiat tertawa kecil karena gemas.

Di usapnya surai Leo dengan sayang. "Fiat juga rindu Leo. Leo makan dulu yuk abis itu minum obatnya".

"Tapi nanti peluk lagi. Leo kedinginan".

"Iya nanti aku peluk lagi ya".

Leo menganggukkan kepalanya." Hehem".

Setelah itu Fiat pun merawat bayi besar nya yang ternyata begitu manja jika sedang sakit.

Setelah minum obat tadi, tangan Fiat langsung ditarik oleh Leo. Mengajak Fiat untuk tidur di kasurnya. Leo senang ada yang menemani nya dan leo senang yang menemani nya adalah Fiat.

Leo langsung memeluk Fiat dengan lembut dan menempatkan kepalanya di dada Fiat mencari kenyamanan. Fiat tentu tidak keberatan diperlakukan seperti itu. Fiat pun memeluk Leo erat dan mengelus surai itu dengan pelan. Hal ini tentu nya membuat bayi besar itu tersenyum senang.

Fiat suka melihat Leo yang manja kepadanya. Apalagi tadi wajah bayi besar itu memandang Fiat memelas supaya tidak dimarahi karena dengan lancang meminta pelukan.

"Tidur ya Leo sayang". Ucap Fiat dan setelahnya mengecup surai itu tanpa tahu bahwa bayi besar yang didalam pelukannya tersenyum.

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang