Kesasar

1.2K 55 4
                                    

Lagi-lagi Estell salah. Ferdin sudah tidak tahan dengan kesalahan yang terus dilakukan Estell. Jika saja Regin yang saat ini menjadi lawan mainnya, mungkin adegan yang sama tidak terus terulang. Lagian apa yang sedang dipikirkan Pak Ridwan? Kenapa ia malah memilih orang yang belum pernah dikenalnya untuj menjadi pemeran utama dalam dara barunya? Kenapa bukan Regin saja?
Pak Ridwan dengan sabar memberikan arahan lagi untuk Estell. Tak cuma beliau, Regin juga ikut memberikan arahan. Maklumlah selama ini kan di memang selalu jadi pemeran utama.
"Percuma aja kalian terus ngajarin dia. Pasti nanti bakal salah lagi." sindir Ferdin. Regin mendelik pada Ferdin agar tidak berucap lagi sedangkan Estell memajukan bibirnya.
"Kata siapa? nanti pasti bisa kok. Kan udah ada Regin yang membantu." ucap Estell namun tak dipercaya Ferdin.
"Ya sudah kalo gak percaya. Kalo misalkan nanti gue bisa, lo harus anter gue pulang!" tantang Estell. Tak mau kalah, Ferdin pun menantangnya balik. Kalau misalkan ia masih tidak bisa, Ferdin meminta agar Estell berganti peran dengan Regin.
Estell terlihat sedang menimbang-nimbang ucapan Ferdin. Di lain sisi, Pak Ridwan dan Regin sukses dibuat kaget oleh ucapan Ferdin, terlebih saat Estell menyetujui tantangan Ferdin. Senyum evil terlukis di wajah Ferdin. Ia yakin Estell tidak akan bisa melakukan itu.
Pak Ridwan sempat sedikit marah dengan Ferdin, tetapi entah kenapa ia kemarahan itu langsung mereda. Ia merasa Estell akan berhasil.
"Baiklah. kita mulai sekarang." ucap Pak Ridwan kemudian.
Estell menarik nafas dalam-dalam sebelum sutradara berkata action. Ia memperhatikan Ferdin yang sudah memulai pe
rannya.
dan kini saatnya dialah yang berakting.
Ia memejamkan mata, seperti yang sudah diarahkan Regin tadi. Kedua sudut bibirnya mulai terangkat. Perlahan ia membuka kelopak matanya. Ia memamerkan senyum lebarnya. Wajahnya terlihat sangat gembira melihat pemandangan di sekitarnya. Ia melangkah girang menuju Anis, yakni si Regin.
"Kau tau Anis? aku gembira sekali mendengar Aldo sudah kembali." katanya pada Anis, alias Regin. Regin mulai memainkan perannya.
Di tempatnya, Pak Ridwan tersenyum lebar. Ia melirik Ferdin yang terkaget di tempat duduknya. Dugaannya ternyata meleset.
"Kau harus siap-siap Fer." ujar Pak Ridwan menghampiri Ferdin.
"Bukannya masih perannya Estell ya om?" sahutnya. Pak Ridwan tertawa kecil. Sepertinya pemuda ini lupa akan perjanjiannya dengan Estell.
"Bukan itu maksud om."
"lalu?" tanya Ferdin.
"Kau harus mengantarnya pulang nanti." jawab Pak Ridwan dengan senyuman yang terbilang jahil.
Ferdin mendecih. Benar. Ia memang harus menjemput gadis aneh itu. Meski sebenarnya ia pun tak mau.

plok plok plok..
tepuk tangan akhirnya terdengar. Sepertinya syuting sudah berakhir. Setelahnya Estell pun menghampiri Ferdin.
"Haaaaii semuaa.." seru Estell usai di sebelah Ferdin. Semua yang ada di dekat Ferdin menoleh. Mereka semua tersenyum pada Estell. "Hai Tell." sapa mereka balik, kecuali Ferdin. Ia malah langsung pergi. Namun gagal karena Estell langsung menggaet tangannya.
"Apa-apaan sih." kata Ferdin.
"Sesuai perjanjian, lo harus anter gue pulang." kata Estell menarik-narik tangan Ferdin.
Risih sekali Ferdin dengan tindakan Estell. Terlebih saat semua mata langsung tertuju pada mereka, termasuk Regin.
Ingin rasanya Regin tertawa seperti yang lainnya, tetapi entah kenapa malah sebaliknya. Ia kesal dan sedikit marah (?) Ada apa dengannya? Apa ia menyukai Ferdin? Ya ampun, lagian mana mungkin ada gadis yang tidak suka dengan pemuda itu.

Estell terus menarik-narik tangan Ferdin bak anak kecil yang meminta mainan pada ayahnya. Memalukan sekali cewek ini, batin Ferdin.
Semua para kru tertawa selepas Ferdin menyerah ikut keluar bersama Estell. Mereka sungguh tidak menyangka akan bertemu dengan sosok gadis seperti Estell, yang berani mendekati Ferdin sefrontal itu. Tetapi bagi mereka, Estell itu sangat lucu. baru hari pertama ia memulai syuting, gadis itu berhasil membuat suasana loksyut menjadi ramai dipenuhi gelak tawa akibat pola tingkahnya yang unik.
"Tepat sekali Pak Ridwan memilih Estell. Dia itu cewek lucu." seru salah satu kru.
"Benar sekali. Apalagi kalau udah ketemu Ferdin." seru yang lainnya dengan diselingi tawa. Yang lainnya pun ikur tertawa.

Mereka semua tiba-tiba teringat waktu Estell datang tadi. Ia langsung berhambur ke Ferdin dan Regin yang sedang berbicara.
"Hai Fer..." sapa Estell. Tapi yang disapa malah mengabaikan. Setelahnya ia lalu menyapa Regin. Dengan pedenya ia ikut masuk ke dalam pembicaraan keduanya. Meski tidak tau apa yang tadi sedang dibicarakan, ia tetap memaksakan diri untuk tetap mengobrol dengan keduanya. Tapatnya agar ia bisa dekat dengan Ferdin. Nyambung atau tidak, masa bodo bagi Estell, yang penting ia bisa dekat-dekat dengan Ferdin.
Selain itu, selama istirahat Estell terus membuntuti Ferdin dengan berbagai alibinya, dimulai karena tidak terlalu dekat para kru lah, mau belajar aktinglah, sampai-sampai ia bilang malu untuk bicara dengan yang lainnya. Ya ampun, orang macam Estell memangnya punya malu apa? Itulah yang diucapkan Ferdin dalam hatinya saat Estell berkata seperti itu.
Sampai yang membuat Ferdin kesal ialah Estell yang mengikutinya ke kamar mandi. Bayangkan!! Ya meski ia bilang akan nunggu di luar sih. Tapi tetap aja, orang yang tadinya mau buang air kecil dengan tenang jadi tidak tenang, takut kalau-kalau sikap gila Estell muncul, lalu ia masuk ke dalam. Hiii mengerikan sekali bagi Ferdin.

-------------

Kemudian Ferdin melajukan motornya. Tepat di belakangnya, Estell tampak terlihat senyum-senyun sendiri. Sesekali ia mencoba melingkarkan tangannya di pinggang Ferdin, tapi selalu dengan segera dilepaskan oleh Ferdin. Sampai akhirnya ide konyol keluar dari otaknya.
"Eh cewek aneh, sebenarnya rumah lo di mana sih? kayanya kok belom sampe-sampe." keluh Ferdin dari balik helmnya.
"Bentar lagi kok. Ntar lo belok kiri aja." kata Estell memberikan arahan yang sebenarnya ia ada-adakan.
Sebenarnya rumahnya tidaklah terlalu jauh. Namun ia sengaja melakukan itu agar bisa berlama-lama dengan Ferdin. Setiap kali Ferdin bertanya arah rumahnya, ia selalu memberikan arahan yang palsu.
Setelah cukup puas bersama Ferdin, ia berniat untuk memberikan arah yang sebenarnya tetapi ia bingung.
Ini di mana? Estell tidak kenal jalan ini. Karena saking inginnya bersama-sama dengan Ferdin, ia menyebutkan arah palsunya secara asal-asalan. Alhasil sekarang ia tidak tau di mana ia dan Ferdin berada sekarang. Sepertinya sangat jauh dari rumahnya.
Ferdin memutuskan berhenti karena orang yang ditanyainya tidak menjawab pertanyaannya.
"Die malah diem. Ke arah mana lagi nih kita?" tanyanya menengok ke arah Estell. Estell masih diam. Ia terus mengingat arah palsu yang sudah disebutinya tadi.
"woy.. kemana lagi sekarang? udeh malem nih. gue mau cepet-cepet sampe rumah." kata Ferdin lagi.
Dengan takut-takut, Estell mencoba memberitahu yang sebenarnya.
Ferdin membelalakkan mata saat mendengar itu semua.
"JADI INTINYA SEKARANG KITA KESASAR ?" tanya Ferdin dengan nada tinggi. Estell mengangguk dengan cengengesan ala dirinya.
"DASAR ESTELLEEEEER!!!!"

----------------------
Hai readeeeeer... apa kabar?
maaf ya baru update hehe dunia nyataku sedang riweh banget akhir-akhir ini. Jadi susah banget buat dpt inspirasi.
Gimana nih kelanjutannya? Memuaskankah? Ada yang penasarankah? Semoga tidak mengecewakan ya hihi
Oh iya .. mohon comment-nya ya, plus kalau suka boleh vote juga kok hihi
Udah dulu kalo gituuu.. babayyy :D

Actor in My SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang