Aktris Dadakan

1.5K 62 8
                                    

Ferdin hanya bisa menurut saat Vivi, asisten pribadi yang me-make over wajahnya, mulai beraksi saat melihat dahi putih Ferdin terlihat mencolok dengan sedikit memar yang menempel.

Wajah yang memang sudah putih semakin bertambah putih untuk menutupi memar tersebut. Ini semus dilakukan agar pemotetran majalah tetap berlangsung.

Setelah selesai dengan tugasnya, Vivi pun menyuruh Ferdin lekas berganti baju. Dengan segera Ferdin langsung menuruti perintah penata riasnya yang juga sekaligus manager pribadinya.

Sapta, yang termasuk salah satu kru pemotretan, melambaikan tangannya ke arah Ferdin sebagai tanda kalau sekarang ada gilirannya. Beberapa gaya telah ia lakukan sesuai intruksi photografer. Namun entah kenapa saat langkah seseorang mendekati area pemotretan, mata Ferdin langsung tertuju ke arahnya. Pandangan sayu Ferdin lontarkan saat mata mereka saling beradu. Orang itu adalah Andria Regin, seorang aktris muda yang sedang naik daun karena ketenaran yang ia miliki semenjak beradu akting dengan Ferdin. Munculnya chemistry yang bagus di antara keduanya membuat pihak perfilm-an selalu menjadikan mereka sebagai pemeran utama, baik dalam sebuah film maupun drama kecil.

Regin melambai-lambaikan tangannya ke arah Ferdin. Ia melemparkan senyum manis yang sudah lama tidak dilihat Ferdin yang juga dibalas senyuman oleh Ferdin.

"Hai Gin." sapa Ferdin saat menghampiri Regin yang tengah duduk di bangku taman begitu pemotretan telah selesai.

Gina menaikan pandangannya. Mata dan bibirnya secara bersamaan tersenyum saat melihat sosok Ferdin berjalan ke arahnya. Ia membiarkan majalah yang sedang dibacanya tetap terbuka.

"Hai Fer." sahut Regin kemudian.

Ferdin menarik satu kursi kosong yang berhadapan dengan Regin lalu menghempaskan tubuhnya.

"Udah lama sampai di Jakarta?" tanya Ferdin menatap dengan tatapan sejuk yang sangat disukai Regin.

Regin menggeleng, "baru kok. Tapi berhubung kangen sama para kru dan Pak Galih, gue langsung ke sini aja."

"Yang lo kangenin cuma para kru sama Pak Galih doang?" tanya Ferdin agak kaget karena namanya tak termasuk orang yang dikangeni oleh Regin.

Regin sedikit bingung dengan kedua alis saling bertaut. "Gue nggak?" tanya Ferdin lagi.

Tautan di wajah Regin seketika mengendur digantikan senyum menahan tawa.

"Kok malah ketawa? Lo nggak kangen sama gue Gin? Orang yang lo anggap sebagai sahabat lo sendiri?" kata Ferdin mengulang pertanyaannya.

Regin tertawa sejenak mendengar pertanyaan Ferdin. "Ngapain gue kangen sama lo. Toh kita kan setiap minggu selalu skype-an." jawab Regin dengan tawa renyah yang malah membuat Ferdin termanyum.

"Padahal kan gue selalu kangen sama lo meskipun suka skype-an." gumam Ferdin tanpa sadar.

"Apa?" tanya Regin menangkap jelas gumaman Ferdin yang seketika dielakkan oleh Ferdin.

Takut kalau rasa kepo Regin kambuh, Ferdin buru-buru berusaha mengganti topik pembicaraan. Dan untungnya hal itu berhasil. Kini mereka pun tengah membicarakan hal-hal yang dilakukan Regin selama berada di Bandung, lalu siapa aja yang dikenal Regin di sana. Sebenernya sih tujuan Ferdin bertanya itu karena ingin tau apakah Regin sudah punya pacar atau belum di sana. Syukurnya Regin ternyata masih single. Jadi dia masih memiliki peluang untuk jadi pacarnya.

"Oh iya Fer, gue lupa kasih tau lo hal penting lainnya." kata Regin seraya kelupaan akan sesuatu yang benar-benar penting.

"Hal penting? Apaan?" tanya Ferdin sedikit penasaran karena aksen yang digunakan Regin saat berkata 'hal penting' terdengar sangat serius.

Actor in My SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang