Merelakan

1.1K 63 2
                                    

Estell segera melemparkan pandangan ke seluruh teman-teman yang sedang memandanginya penuh iri. Kepalanya menggeleng dengan kedua tangan ia gerakan seakan memberikan apa yang baru saja diucapkan cowok tampan di depannya itu tidak benar. Ia tidak mau pacaran. Sekalinya jika dia memang pacaran, ia maunya sama Ferdin.

"Wow wow wow.. sama sekali gak ada niatan buat pacaran sama lo, cowok penggombal!! karena cinta gue hanya untuk bebeb Ferdin seorang." seru Estell seraya menepis tangan Feri yang mencoba untuk merangkulnya, lalu berjalan menghampiri Ferdin. Sontak semua gadis langsung menyurakinya.

"Dan gue pun nggak ada niatan buat pacaran sama lo, Esteller." kini gantian Estell yang ditolak oleh Ferdin yang sekarang sudah meninggalkan mereka, membuat teman-temannya tertawa, termasuk si Feri yang kini sudah ada di sampingnya lagi.

"Udah gue bilang kalau Ferdin tuh masih nunggu Regin. Dia gak bakalan ngelirik lo sama sekali! Mending lo sama gue." bisik Feri yang langsung mendapat toyoran di kepalanya.

"Bodo amat!! Gue tetep maunya sama Ferdin." rengek Estell mengikut arah pergi Ferdin.

Raka, cowok yang juga naksir Estell, seketika menyerah akan cintanya pada gadis itu. Jelas tidak mungkin baginya bersaing dengan cowok seperti Feri dan juga Ferdin. Ia juga memutuskan untuk pergi dari kerumunan-kerumunan itu menuju kelasnya.

Lalu terlihat Monic yang menatapnya dari kejauhan. Meski ia sudah melepas Estell sebelum berperang, ia juga tidak mau jika harus berbalikan dengan cewek seperti Monic yang menurutnya sangat egois dan hiper protektif. Bisa-bisa dia jadi kurang pergaulan nanti plus tekanan batin mulu.

"Ferdin!! Feeer!! Ferdiiin!!" panggil Estell pada cowok yang sedang berjalan di hadapannya. Ia pun jadi melebarkan langkah kakinya untuk bisa menyamai Ferdin.

Erkila dan Doni yang tadi jalan bareng sama Estell, kini malah ditinggalkan dengan seenaknya. Memang dasar Estell dah, kalau udah menyangkut Ferdin pasti temen-temennya di tinggal. Tetapi meski pun begitu, mereka juga maklum karena mereka pun kalau lagi kasmaran, teman pun ditinggalkan. Dan itulah ciri khas persahabatan mereka.

"Eh Esteller!! Cepet beresin buku-buku lo! Gue mau ke ruang guru, izin buat syuting lagi." suruh Ferdin saat Estell sudah berhasil mensejajarkan langkahnya yang kemudian berhenti setelah mendengar ucapan Ferdin barusan.

"Syuting? Tapi kan lima menit lagi pelajaran Pak Iman dimulai. Lo nggak inget kalau kita ada ulangan?" tanya Estell.

"Ya ampun Estell!! Ulangan mah bisa susulan." jawab Ferdin.

"Syuting kan juga bisa susulan! Pokoknya gue gak mau berangkat sekarang. Gue mau ulangan dulu baru syuting." kekeuh Estell yang memang sangat menjaga kedisiplinan sekolahnya.

Ferdin mendecih kesal padanya, ia melepas pandangannya sebentar lantas kembali menatap Estell. "Oke oke.. sekarang gini aja. Lo tetep di sini sampai ulangan selesai, dan gue langsung pergi."

Estell menggelengkan kepalanya tidak setuju. Bagaimana pun Ferdin murid sekolah ini dan juga orang yang sangat penting buatnya. Ia tidak mau Ferdin harus mengorbankan sekolahnya demi syuting. Ya meski sebelum-sebelumnya Ferdin sering melakukan hal itu, tetapi untuk saat ini dan seterusnya Estell tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Lo juga harus tetap di sini! Kita ulangan dulu baru syuting!! Kalo lo nggak mau, gue bakal sebarin apa yang Feri bilang mengenai elo suka sama Regin. Biar semuanya tau deh tuh." ancam Estell yang sebenarnya terasa sangat nyeri di hatinya. Orang yang sangat disukainya ternyata suka sama cewek lain. Tetapi ia terpaksa melalukan itu agar Ferdin tidak selalu mengorbankan sekolahnya untuk syuting. Karena sekolah itu lebih penting untuk masa depannya.

"Dasar kepala batu! Tapi lo harus angkat bicara lho kalo Om Ridwan marah!" kecam Ferdin sangat sebal dengan ancaman Estell. Dia juga akan memberi bogeman mantap buat sepupunya itu karena sudah berani memberitahukan masalah pribadinya.

Actor in My SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang