P.6

17.1K 352 6
                                    

Maaf ya para pembaca setia, alasan baru update sekarang adalah karena pekerjaan saya cukup banyak. Tapi, demi kalian saya mem-post nya sekarang. Semoga suka ya.. maaf juga kalau kependekkan..hehehe

HAPPY READING!!! Leave your voment okay.. :*

Kring..
Kring..

"Halo? Ya saya sendiri, dengan siapa saya bicara?"
"..."
"Apa?! Caca kecelakaan! Baik saya akan segera ke rumah sakit. Terima kasih atas informasinya."
"..."

Karena terlalu terburu-buru Dika langsung mengambil kunci mobil dan tidak membawa ponselnya. Sedangkan Brian yang sedang menunggu Caca di ruang UGD masih berusaha menghubungi Dika. Brian jadi ikut khawatir pada papanya, di satu sisi dia ingin pulang mengecek apakah papanya ada di rumah, tapi di satu sisi lagi dia harus menunggu kabar tentang keadaan Caca. Brian begitu frustasi, sedangkan Rico, dia sedang diintrogasi oleh polisi setelah Brian selesai diintrogasi.

Tak lama kemudian Dika muncul dan Brian bisa bernafas lega bahwa papanya baik-baik saja.
"Papa!" Panggil Brian dari kejauhan. Saat mendengar panggilan itu, Dika langsung berlari ke arah Brian.
"Brian! Gimana keadaan Caca?" Tanya Dika sambil memegang kedua pundak putra satu-satunya itu.
"Aku juga belum tahu pa, dokter belum keluar daritadi."
"Semoga Caca baik-baik saja, semoga dia selamat.. Brian bagaimana semua ini bisa terjadi nak? Bagaimana Caca bisa kecelakaan? Bukankah dia pulang bersamamu?" Akhirnya Brian menceritakan semua yang terjadi secara detail. Dika hampir saja pingsan saat Brian sedang menjelaskan kejadiannya.

"Permisi, siapa keluarga korban yang bernama Caca Adelia Brown?" seorang dokter dengan pakaian hijau keluar dari ruang UGD.
"Saya dok. Saya papanya, ada apa dengan anak saya dok?"
"Anak bapak, mengalami pendarahan yang cukup banyak. Kami kehabisan stok darah saat ini."
"Apa golongan darahnya dok?" Tanya Brian langsung.
"Golongan darahnya O. Apakah di antara kalian ada yang bergolongan O?"
"Bagaimana ini Brian? Golongan darah kita sama-sama B?" Dika jadi panik seketika.
"Biar saya saja! Golongan darah saya O." Ucap Rico yang tiba-tiba saja muncul. Kini Dika dan Brian sama-sama bisa bernafas dengan lega dan tiga puluh menit kemudian, Rico keluar dari ruang UGD dengan sempoyongan. Rico hampir saja terjatuh jika Dika dan Brian tidak menopang tubuhnya.

"Hati-hati nak Rico.." Ucap Dika.
"Nih.. aku sudah membelikan makanan berkabohidrat untukmu, serta obat penambah darah.." Kemudian Brian menyodorkan makanan itu pada Rico, dan langsung dimakannya dengan lahap.
"Terima kasih ya nak Rico sudah menolong Caca.." Ujar Dika sedikit tersenyum.
"Thank's ya Ric.. aku tidak tahu jika tidak ada kau, mungkin saja Caca bisa.." Brian tidak melanjutkan kata-katanya karena Rico menjawab.
"Sudahlah, ini juga sudah menjadi tanggung jawabku, lagipula Caca itu sudah menjadi temanku sejak lama.."
***

Menurut dokter kondisi Caca semakin lama semakin membaik. Dia sudah tidak butuh alat bantu pernafasan lagi, untung saja tidak ada cidera yang parah pada tubuhnya. Hanya ada goresan-goresan tipis, yang tidak lama lagi akan hilang. Ini sudah hari ketiga Caca dirawat, yang datang menjenguk juga sudah banyak, mulai dari para artis, awak media, dan yang lainnya.

"Brian.. Apa kamu sudah menemukan siapa orang dibalik semua ini?"
"Belum pa.. pelakunya benar-benar sulit dilacak. Kemarin aku baru saja ke kantor polisi, mereka mengatakan bahwa pelaku dalam kasus ini sangat profesional dan sangat pintar. Tapi mereka akan berusaha untuk mencari tahu.."
"Hmm..papa tidak bisa membiarkan ini terus-menerus. Menurut firasat papa, orang ini akan mengincar salah satu dari kita. Bisa saja itu papa, kamu, Rico atau yang lainnya." jelas Dika.
"Kenapa papa bisa berpikiran seperti itu pa..?"
"Karena korban pertama adalah Caca, otomatis akan merembes ke orang-orang di sekitar Caca.. termasuk kita.."
"Aku nggak akan membiarkan itu terjadi pa. Aku bakal suruh orang untuk mengawasi dan menjaga kita semua, aku nggak mau ada yang menjadi korban lagi."
***

"You're fool.. She's not dead!! She's still alive!!!"
"I'm sorry.."
"You've failed, it's better now you do not deal with me anymore!"
***

"Selamat pagi pemirsa, ketemu lagi dengan saya Lily di acara GOSSIP.. nah kali ini kita akan membahas artis pendatang baru kita, Caca Adelia Brown. Kabarnya Caca mengalami tabrak lari di lokasi syutingnya. Anehnya, tempat kejadian perkara terjadi di area parkiran yang sepi. Apakah ini sebuah kesengajaan? Berikut adalah liputan dari saksi yang melihat kejadian nya secara langsung."

"Sampai kapan kita harus menunggu Brian? Papa sudah benar-benar tidak tahan lagi untuk mengetahui langsung pelakunya.."
"Papa nggak usah khawatir, aku sudah menemukan siapa pelakunya, tapi sayang pelaku sudah di temukan tewas di tempat dengan mulut berbusa, sepertinya dia sudah tahu dan akhirnya bunuh diri."
"Benar-benar!! Lalu apa tidak ada bukti lain di tempat pelaku itu?"
"Ada, aku dan polisi menemukan ponsel yang masih aktif, dan di dalamnya masih terdapat SMS dan juga no HP.. polisi masih menyelidiki itu pa.."
"Hmm..papa bingung harus bagaimana.. kalau seperti ini terus, lama-lama Caca bisa trauma dan bolak-balik rumah sakit terus.." Kata Dika frustasi.
"Aku tahu pa, karena itu aku akan berusaha keras untuk mencari siapa pelaku sebenarnya."

Seminggu setelah pelaku ditemukan, akhirnya Caca siuman.

"Ini dimana?" Pada saat aku membuka mata, yang kurasakan adalah pusing, aku juga merasa kepalaku berat sekali. Saat rasa sakit itu menghilang, aku melihat ke sekelilingku. Semuanya putih, dan tercium bau obat-obatan yang sangat khas. Hmm.. ini di rumah sakit. Aku mencoba untuk duduk, dengan susah payah aku melakukannya, karena di ruangan ini sama sekali tidak ada orang.

Saat sudah terduduk, ingatanku seperti kembali, namun aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Jika aku memaksakannya, kepalaku jadi sakit. Mama! Mama! hiks..hiks.. ma..ma.., kepalaku terus berdenyut dan denyutan itu sangat sakit sekali. Aku berusaha meraih sesuatu untuk dipegang. Tapi yang terjadi aku menjatuhkan gelas yang berisi air putih. Karena aku merasa bahwa ada yang membatasi gerakkanku, aku melihat ke tangan kiriku dan langsung mencabut selang infus secara paksa.

Ingatanku terus bermunculan, malam itu, malam dimana aku mendengar kabar langsung dari Papa Dika, bahwa mama sudah meninggal. Malam dimana aku melompat dari atas jendela.

"Ya ampun! Caca! Hei.. ini papa sayang..ini papa.." Aku melihat ke arah pintu, itu papa, raut wajahnya sangat khawatir.
"Papa..papa.." Aku tidak bisa lagi menahan tangis, aku memeluk papa dan menangis di dekapannya. Papa mengelus punggungku dan mengusap lembut kepalaku.
"Tenang sayang. Apa yang terjadi? Kamu mimpi buruk?" Tanya papa sambil terus memelukku yang masih menangis.
"Bukan pa..aku sama sekali tidak bermimpi buruk..aku..hiks..aku.." Tangisku sama sekali tidak bisa berhenti sekalipun aku ingin menghentikannya.
"Lalu apa yang membuat kamu sedih dan menangis seperti ini nak? Apa ada seseorang yang datang ke sini dan mau menyakiti kamu?" Huh? Siapa yang mau menyakitiku?
"Bukan itu, aku.. aku ingat bahwa mama sudah meninggal pa? Di malam saat aku melompat dari jendela rumah sakit."
"Kamu..kamu ingat nak..?" Ucap papa sambil melepas pelukannya dan memegang kedua pundakku.
"Iya pa.. Aku ingat semuanya.. tapi.."
"Tapi? Tapi kenapa sayang?"
"Siapa yang ingin menyakitiku?"
"Papa tidak bisa menjelaskannya sama kamu sekarang sayang, di satu sisi kamu baru saja sadar dan kondisi kamu tidak memungkinkan untuk itu. Yang penting kamu istirahat dan tunggu sampai kamu benar-benar pulih."
"Baiklah.."
"Ada apa ini..?" Suara itu..
"Brian.." Ucapku lemah. Aku bisa melihat raut wajahnya sangat kebingungan.
"Kamu sudah sadar, tapi kenapa pada nangis-nangisan begini sih? Ada apa?"
"Dia sudah mengingat semuanya Brian. Mungkin benturan itu yang membuat ingatannya kembali."
"Baguslah kalau begitu. Pa, ada yang ingin aku bicarakan, bisa kita bicara di luar?"
______

Di luar...
"Ada apa Brian..?"
"Polisi sudah menemukan siapa pelaku sebenarnya pa.."
"Siapa dia.? Laki-laki atau perempuan.?"
"Dia..."
"Dia siapa Brian..?!"
***

"Hello.. Do something for me, my man."
"What's that, honey?"
"I want you to kill someone, I'll send you his picture."
"New job, huh..? Okay.. 1 million dollar..?"
"Deal!"
***

Bersambung

Kiss From My RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang