P.4

25.3K 509 17
                                    

Haloo readerss..maaf ya lama updatenya.. soalnya aku lagi mencari ide untuk kelanjutan cerita ini.. dan maaf kalau kelanjutan cerita ini kurang disukai, atau tidak sesuai dengan harapan. Makasih loh udah mau menunggu.. thx yang udah comment dan memintaku melanjutkan cerita.. Selamat baca ya.. moga suka.. :D

Author POV's

Saat Brian sudah menyelesaikan syuting terakhirnya. Dia bermaksud untuk pergi ke rumah sakit dan menjenguk Caca di sana. Sesampainya di rumah sakit, dia melangkah masuk ke dalam lift, lalu menekan angka tiga. Kemudian, saat membuka pintu ruang tempat Caca di rawat, semuanya sudah rapi dan tidak ada siapa-siapa di sana. Brian langsung berpikiran bahwa papanya pasti sudah membawa Caca pulang ke rumah. Maka dari itu dia kembali turun menuju parkiran dan dengan santai Brian melajukan mobilnya ke rumah papanya.

Tapi, tiba-tiba dia dikejutkan dengan seseorang yang berhenti di depan jalan, persis di depan mobilnya, semakin dekat dia melihat dia mengenali sosok itu, itu adalah Yenicall. Bukannya mengerem, Brian menginjak pedal gasnya lebih dalam sehingga mobilnya melaju semakin kencang. Wajahnya berubah menjadi penuh dengan amarah dan tidak perduli jika wanita itu tidak mau pindah dari tempatnya.

Semakin dekat..

Semakin dekat..

Brian membelok mobilnya tajam, dan tetap terus berjalan, meninggalkan Yenicall yang sudah jatuh pingsan di pinggir jalan. Brian sudah masa bodoh dengan wanita itu. Brian adalah orang yang tidak suka mengulang suatu hubungan jika hubungan itu sudah putus. Secinta apa pun dan sesayang apa pun dia pada seseorang, jika orang itu melukai hatinya, maka ucapkan selamat tinggal dan jangan berharap Brian akan berbicara atau berhubungan lagi.

Sesampainya di depan rumah Dika, raut muka Brian kembali cerah, dia melangkah santai ke dalam rumah. Pertama suasana rumah sangat sepi, Brian mencari sosok Caca di seluruh pelosok rumah. Namun nihil tidak ada siapa pun di rumah. Saat hendak meninggalkan rumah, sebuah mobil Mercedez Benz hitam masuk ke pekarangan rumah. Dari sanalah muncul sosok Caca, yang sedari tadi Brian cari. Dia berjalan ke arah Caca hendak membantu barang bawaan wanita itu.

"Sini biar aku yang bawa.." Ucap Brian langsung mengangkat koper Caca yang baru mau diturunkan dari bagasi mobil.

"Eh..nggak usah..biar aku aja yang bawa.." Ucap Caca sambil mengejar Brian yang sudah masuk duluan ke dalam rumah. Sedangkan Dika, dia hanya melongo karena merasa dirinya tidak dianggap oleh kedua orang tersebut.

Malam pun tiba, Dika, Brian dan Caca sedang menikmati makan malam mereka. Semuanya makan dengan tenang dan hanya terdengar suara dentingan piring dan sendok yang beradu satu sama lain. Di saat itu juga suara bel rumah Dika berbunyi.

Ting Tong.
Ting Tong.

"Siapa yang bertamu..? Sepertinya kita sudah lama tidak kedatangan tamu.." Ucap Dika heran.

"Biar aku yang bukain pa.." Ujar Caca lalu segera berlalu dari meja makan. Dengan tenang Dika dan Brian melanjutkan makan malam mereka. Sampai akhirnya terdengar suara.

"Tolong! Papa! Brian! Tolong aku! Akh Lepas!" Teriak Caca. Dengan cepat Brian berlari menyusul Caca diikuti juga oleh Dika. Saat di depan pintu Brian melihat sosok Caca yang meronta-ronta, di sana juga ada sosok Mark. Dia membekap mulut Caca. Brian berjalan semakin mendekat ke arah Mark dan anehnya Mark malah terdiam di tempat, dia terlihat gugup. Dengan satu hentakan Caca sudah ada di dalam rangkulannya kembali. Tubuhnya bergetar hebat dan dia pingsan. Brian menyerahkan Caca ke Dika. Sedangkan Mark masih berdiri kaku di tempatnya. Brian berjalan mendekatinya dengan tenang sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kenapa kau menculik Caca? Hm?" tanyaku santai sambil berjalan memutarinya.

"Eh.. itu.. eum.. itu.."

"Kenapa?!" Bentak Brian tepat di telinga Mark, dan Mark langsung merunduk ketakutan.

Kiss From My RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang