P.12

9.2K 242 8
                                    

Para readers sekalian, saya beritahukan sekali lagi bahwa cerita ini resmi di update 1 bulan setelah publish. Jadi jangan ada yang bilang kalau ceritanya lama di update ya..

Mohon mengerti saya, karena ini merupakan hal sampingan yang saya lakukan selain belajar. Jadi mohon dimengerti.

“Engh.. Dimana ini?” Caca mengerjap-ngerjapkan matanya dan menatap ke sekeliling ruangan tempat dia berada sekarang.

Bau minyak tanah, pengap, lembab, dan gelap, hanya ada sedikit cahaya yang masuk dan menerangi tempat Caca diikat, itu adalah tempat dimana Caca berada sekarang. Ketika kesadarannya pulih, dia kebingungan dan mulai merasa ada yang tidak beres di sini. Tangannya terikat ke belakang, kakinya juga terikat, kepalanya sedikit pusing, karena efek dari obat biusnya yang terlalu tinggi.

Well..well..well.. Good morning baby girl..” Ucap seorang pria dari sudut kiri pintu ruangan. Caca berusaha mengenali siapa pria yang baru saja menyapanya.

“Siapa kau?! Dan dimana ini?!”

Ou.. slowly babe.. you are safe in here..” Dengan perlahan pria itu maju ke arah Caca, Caca berusaha untuk tidak takut apalagi gugup di depan musuh, dia memasang muka datarnya. Yang ada di pikirannya siapa pun pria itu, ia akan mengingat wajahnya, dan tidak akan melupakannya sampai ia mati. Namun saat wajah pria itu terlihat jelas, justru tatapan Caca sangat ketakutan, seluruh tubuhnya gemetar, dia mengingat pria ini. Ia tidak menyangka kalau pria inilah yang menjadi salah satu pelaku. Pasalnya di data yang diberikan Anastasia, Caca tidak mengenali namanya.

Pria ini telah menjadi bodyguard-nya saat umurnya masih menginjak sepuluh tahun. Pria yang mengkhianati ayahnya. Pria yang hampir saja memperkosanya dulu. Pria yang membunuh ayahnya di depan matanya sendiri dan membuat ibunya menjadi seseorang yang penyakitan. Pria yang merampas seluruh kekayaan ayahnya. Pria brengsek yang pernah hadir di dalam kehidupannya.

Do you remember me? Aku sungguh tidak percaya kita akan bertemu lagi. Dunia ini memang terlalu sempit ya? Hahaha! Kau semakin cantik sekarang..” Pria itu maju mendekati wajah Caca yang sudah mengeluarkan keringat dingin.

“Apa maumu?!” Bentak Caca sambil menatap lurus mata pria itu.

“Ah.. yang aku inginkan adalah pacarmu itu… Brian Putra Heriberto..”

“Jangan pernah melibatkannya!”

“Hahaha! Sebentar.. Suzy!” Tak lama kemudian, pintu kayu yang sudah berlapuk itu terbuka, di sana, sosok Dika muncul, wajahnya babak belur, darah merah yang mengering dari pelipis hingga dagu. Dihempaskannya tubuh Dika ke arah Caca. Hal itu membuat Caca langsung menangis histeris.

“Pa..papa.. bangun pa..papa.. hiks..hiks.. Kenapa kalian melakukan ini pada kami?!”

“Apakah ini bentuk kasih sayangmu pada ayah angkatmu itu? Hahaha! Itu baru Dika.” Tidak lama kemudian sosok Brian muncul, keadaannya lebih parah daripada Dika. Wajahnya bengkak, dari pelipis darah segar mengalir dengan deras, kaki dan tangannya terdapat luka bekas cambuk, semuanya bersimbah darah, Brian sudah tidak sadarkan diri. Terlihat sekali penyiksaan itu baru saja selesai.

“Brian! Brian! Brian bangun! Argh! Dasar bejat kau Carlos! Bajingan!” Caca berontak berusaha untuk melepaskan ikatan pada tangannya, sedangkan Carlos dan Suzy keduanya keluar dengan tenang sambil terus menerus tertawa. Mereka tidak lupa untuk mengunci Caca, Dika dan Brian di dalam gudang minyak itu.

“Akh! Ikatan sialan! Aw! Akhirnya terlepas..” Dengan cepat Caca melepaskan ikatan pada kakinya, lalu dia menghampiri Dika dan membaringkannya dengan benar. Berikutnya Caca juga membaringkan Brian di pangkuannya, dengan pelan Caca membersihkan darah yang ada pada wajah Brian dengan pakaiannya saat ini. Hatinya takut, takut jika dia harus kehilangan dua orang penting dalam hidupnya. Sambil mengurusi Brian dan Dika, Caca berusaha mengingat bagaimana semua ini bisa terjadi.

Kiss From My RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang