P.13

9.7K 234 9
                                    

Maaf ya para readers.. telah membuat kalian kecewa.. karena insiden kehilangan HP dan banyak tugas yang harus saya kerjakan, cerita ini jadi molor.. tapi cerita KISS FROM MY RIVAL ini akan tamat sebentar lagi, jadi saya mengajak kalian untuk menentukan ending dari cerita ini. Jadi dimohon untuk comment ya.. terima kasih..

"A-apa ya-.." Itulah kata terakhir yang terdengar dari mulut Carlos. Sedangkan Suzy dan sang algojo sudah tidak sadarkan diri.

"Ke-kenapa mereka jatuh pingsan begitu saja?" Tanya Andreaa sambil berjalan perlahan mendekati ketiga pelaku penculikan dan penganiyayaan itu.

"Good job Teo!" Teo dan yang lainnya sudah keluar dari persembunyian mereka. Ternyata semua tidak berkumpul di satu tempat, masing-masing mengitari area mereka berdiri sejak tadi.

"Thank you miss.." Dengan sigap Teo langsung menyuruh rekan-rekannya untuk membawa ketiga pelaku itu serta Rico yang tertembak suntikan beberapa menit yang lalu. Sedangkan Andreas, dia langsung masuk ke area gudang minyak tempat Caca, Dika dan Brian disekap.

"Kurang ajar! Mereka mengurung adik kecilku yang manis di tempat seperti ini! Akan kubalas kalian nanti.. uh.. bau minyaknya menyengat sekali."

"Tuan Fracn! Anda dimana?" Teriakan Anastasia menggema membuat Andreas berhenti sejenak, lalu membalas teriakan Anastasia.

"Tetaplah di luar, aku akan membawa mereka, di sini bau minyaknya sangat menyengat!" Tidak ada balasan dari Anastasia setelahnya. Andreas terus masuk ke dalam, dan samar-samar dia melihat sebuah pintu. Firasatnya mengatakan bahwa Dika, Caca dan Brian ada di sana.

Brak!

Dengan sekali tendangan pintu kayu yang sudah berlapuk itu terbuka atau lebih tepatnya ambruk begitu saja.

"Caca! Caca, kamu dimana?"

***

Caca POV's

Mendengar suara langkah kaki langsung membuatku langsung waspada. Secepat mungkin aku langsung memindahkan tubuh Papa Dika dan Brian ke sudut yang tidak terlihat jika pintu terbuka, tidak lama kemudian.

Brak!

"Caca! Caca, kamu dimana?" Aku seperti mengenal suara itu. Itu suara Kak Andreas. Perlahan aku mengintip dari lubang sebuah kardus yang sudah tidak terpakai, dan ternyata benar itu memang Kak Andreas. Aku langsung bangkit dan berlari ke arah Kak Andreas.

"Kakak! Hiks.. hiks.." Aku tidak bisa menahan air mataku lebih lama lagi, hatiku lega karena bisa kembali bertemu dengan Kak Andreas. Itu menandakan kami semua sudah aman sekarang.

"Apa kau tidak apa-apa? Dimana Om Dika dan Brian?"

"Aku tidak apa-apa, hanya lecet sedikit. Papa Dika dan Brian ada di sudut sana."

"Kalau begitu ayo kita bawa mereka semua keluar dari sini, aku bawa Om Dika dan kau bawa Brian. Apa kau kuat?"

"Aku masih kuat, karena disini aku yang tidak terluka banyak seperti mereka."

"Baiklah kalau begitu, mereka semua sudah menunggu di luar. Kita akan langsung ke rumah sakit. Keadaan mereka sudah terlalu parah."

Berat, itu yang aku rasakan, mungkin karena aku sudah terlalu lelah. Tapi, pada akhirnya, aku bisa melihat cahaya, aku bisa melihat keberadaan orang lain. Sudah ada pasukan polisi dan tenaga medis, terakhir yang aku lihat adalah Rico berada di atas tandu. Namun setelahnya..

"Caca!"

***

"Menurut hasil lab ketiga korban penculikkan dalam keadaan yang tidak stabil, pertama Bapak Dika mengalami luka yang sangat parah diusianya yang sudah tidak muda lagi, kedua Tuan Brian juga mengalami luka yang cukup parah, keduanya dalam keadaan kritis. Yang terakhir Nona Caca, secara fisik dia tidak mengalami luka, namun, sepertinya, para pelaku sudah menyadari kalau mereka akan kalah, jadi mereka menyuntikkan obat ke dalam tubuh Nona Caca. Kami masih menyelidiki obat yang disuntikkan ke dalam tubuh Nona Caca."

Kiss From My RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang