P.9

11.6K 255 9
                                    

Author POV's

"Ada apa Caca? Apa kau mengalami mimpi buruk?" Andreas menghampiri Caca dan duduk di samping ranjangnya.

"Tidak, aku tidak apa-apa.. dan bukan mimpi buruk, aku hanya terbangun saja." Jawab Caca sambil mengelap keringat yang mengucur di dahinya.

"Ya sudah kalau begitu tidurlah lagi, aku juga akan kembali ke kamar."

"Terima kasih kak." Ucap Caca sambil tersenyum samar.

"Sama-sama adikku sayang.." Balad Andreas sambil mengusap lembut rambut Caca.

Keesokkan paginya..

"Hoam.. wah, ternyata kau sudah bangun dan memasak?"

"Tentu saja, aku kan harus menyiapkan makanan untuk kita."

"Apa yang kau masak..?"

"Hanya nasi goreng omelet sederhana dan telur mata sapi."

"Aku tidak sabar untuk mencicipinya, karena aku belum pernah mencoba masakanmu."

"Hahaha.. itu kan karena kita tidak boleh tinggal bersama, tapi untuk sekarang kurasa tidak masalah.." Kata Caca sambil menyodorkan piring yang sudah diisi nasi goreng omelet dengan telur mata sapi diatasnya.

"Terima kasih.. dan ya kau benar." Mereka berdua pun menyantap sarapannya sambil bercanda ria. Setelah sarapan, mereka berdua duduk di ruang tamu dan sempat bercerita tentang apa saja yang terjadi di Indonesia begitu juga sebaliknya. Dari kejadian seru dan lucu sampai yang menyedihkan, termasuk tentang kisahnya bersama Brian. Tidak disangka Andreas dengan mudah menyetujui hubungan antara Caca dan Brian. Sampai pada cerita yang sesungguhnya, yang ingin dia bagi pada Andreas, ya tentang teror itu.

"Kak, ada satu hal terakhir yang benar-benar ingin kuceritakan padamu.."

"Ah, pasti yang waktu itu tidak bisa kau ceritakan di telepon kan? Ayo ceritakan.." Caca menceritakannya secara detail tentang kejadian yang dialaminya.

"Cih! Siapa orang itu sebenarnya? Berani-beraninya dia menyakiti adikku satu-satunya!"

"Bersabarlah kak, karena itu aku ingin menyelidiki siapa pelakunya dan karena itu juga aku membutuhkan bantuanmu."

"Baiklah apa yang bisa kubantu..?"

"Pertama, aku ingin kau berpura-pura menjadi kekasihku."

"Apa?" Andreas sampai menggaruk lubang kupingnya, karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

***

Brian POV's

"Apa yang sudah kulakukan?! Kenapa aku pergi begitu saja semalam? Gara-gara kecemburuanku, aku tidak tahu dimana Caca tinggal sekarang! Damn it!" Aku memarahi diriku sendiri karena membuat kesalahan yang besar.

"Ekhem. Apa yang sedang kau lakukan Brian?" Kukira siapa, ternyata Rico, mengagetkan saja.

"Tidak, aku sedang tidak melakukan apa-apa, kenapa kau kemari Rico? Tumben sekali, apa ada masalah?" Tanyaku dengan nada yang tidak bersemangat.

"Tidak ada apa-apa, sebenarnya aku ke sini hanya ingin menjenguk Caca, karena kudengar kemarin dia baru saja keluar dari rumah sakit." Hmm.. Kenapa nadanya antusias sekali? Apa benar hanya sekedar menjenguk?

"Ya, itu benar, tapi dia sudah tidak tinggal di sini lagi, semalam dia memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen."

"Wow! Cukup mengejutkan, tapi apa aman jika dia dibiarkan tinggal sendirian?" Nada khawatir apa itu? Seharusnya aku yang khawatir!

Kiss From My RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang