Adik Sialan.

76 6 2
                                    

Malam hari bersama Kimimaro.

Hari libur memang menjadi kesukaan banyak orang dan itu termasuk untuk Orochimaru. Bertanya-tanya, apakah yang akan terjadi nantinya? Apa yang akan ia lakukan? Dan masih banyak lagi.

Ini sudah dua hari semenjak ia mengajak Kimimaro dan Kabuto makan siang. Selama itu pula, masih ada yang mengganjal di pikirannya. Gadis  itu... sering mendatangi benaknya akhir-akhir ini, bahkan sering.

Sekarang Orochimaru siap untuk tidur setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya. Ia bergumam sesaat sebelum akhirnya jatuh ke tempat tidurnya.  Ia menutup matanya sejenak. Namun, masih ada yang mengganggunya. Selalu, entah mengapa ia selalu berpikir tentang Kabuto.

Ia mengambil ponselnya dan melihat nomor yang ia tuju,
"Apa dia masih bangun?" gumamnya.

Ia ragu-ragu untuk mengirim pesan. Akhirnya ia mematikan ponselnya. Baginya berbicara dengan gadis lebih mudah dikenyataan di banding di ponsel.

Yah ia berniat mengirim pesan untuk Kabuto. Tapi malam-malam begini, apa dia masih bangun?. Yah ia tidak ingin mengacau atau mengangu.

Ia berguling lagi kesamping dan mengambil bantalnya. Kenapa sih malam-malam seperti ini ia jadi mengingat gadis itu?

Akhirnya, ia mengingat kembali saat ia berinteraksi dengan Kabuto.

__________________________________

Di mulai saat ia sedang latihan di lapangan. Kejadian tiga mingu lalu.

"Hoi, kau masih kuat lari?" pria berambut putih dan memiliki rambur berduri seperti landak. Senyum bodoh yang selalu ia gunakan. Tidak lain pria itu Jiraiya.

"Berisik. Lanjutkan saja!" Orochimaru membalas. Dengan itu Jiraiya tidak berkomentar lagi.

Memang hari ini mereka di perintahkan untuk berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 putaran. Sedangkan murid lain pulang Orochimaru dan Jiraiya masih mengikuti latihan.

10 menit berlalu dan terjadilah keheningan diantara mereka. Berniat mengubah suasana Orochimaru memulai topik.
"apa gadis itu menunggumu lagi atau?" basa-basi Orochimaru. Tidak lain orang yang ia bicarakan adalah teman lamanya. Tsunade.

Sama halnya dengan Kimimaro, Jiraiya juga memiliki ketertarikan kepada Tsunade.

"Ah entahlah mana mungkin dia menungguku latihan," candanya sembari terkekeh.

"Kau ada benarnya" katanya meneruskan berlari.

"Hmm kau masih takut denganya. Bukan?" Orochimaru bertanya-tanya.

Yah memang dari dulu Jiraiya engan membuka mulut. Maksudnya berkata "menyukaimu" saja tidak pernah. Memang ia orang yang bodoh, tapi sepertinya jika tentang Tsunade. Dia tampak menjadi orang lain yang berhati-hati dengan ucapanya.

Dan tidak sengaja Orochimaru melirik ruang keluarnya murid-murid. Kabuto? Ya, ia duduk di bangku taman sekolahan yang tidak jauh darinya. Tapi mengapa ia belum pulang? Menunggu sesuatu?

Tanpa Orochimaru sadari, 10 putaran telah terlewati. Pemimpin juga mengatakan untuk istirahat. Jiraiya menepuk punggungnya mengingat jikalau ia sudah boleh berhenti berlari. Ia bersama Jiraiya berjalan ke ransel mereka untuk mengambil handuk yang mereka sediakan sebelumnya.

"Hahhh aku haus" ujar Jiraiya sembari mengusap mukanya sengan handuk.

Orochimaru hanya tersenyum dengan temannya. Jiraiya tidak jarang mengeluh saat latihan. Dan lagi ia tidak menyadari Kabuto sudah berada di dekatnya.
"Heh! Jangan hanya tersenyum-senyum. Apa kau ada minuman?" tanya Jiraiya.

All About Her [orokabu] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang