42

3K 115 1
                                    

"AGHHH VIVI KENAPA LO BEGO VI KENAPAAAA!"

"KENAPA LO HARUS NGELAKUIN HAL SESAMPAH INI"

"LO HAMPIR BUNUH DUA ORANG SEKALIGUS VIVIII"

"HIKS... HIKSS....AGHHHHH"

Teriak vivi frustasi, ia kembali ke belakang gedung rumah sakit ia benar benar menyesali perbuatannya, menyesel ketika ia bisa melakukan hal hal yang kejam pada dara yang jelas jelas sahabat nya sendiri.

"hiks.. hiks.. gue bodoh..." lirih vivi

"gue pantes dihukum, gue harus tanggung jawab atas penderitaan dara"

"AGHHH"

vivi menonjok kepalanya sendiri dengan tangis nya yang terus mengalir.

"vivi!"

"heh lo ngapain sih?!"

"gue harus mati leo, gue harus mati dara hiks.. menderita gara gara gue....hiks"

Lagi lagi leo datang ntah dari mana ia muncul.

"kalo lo mau tanggung jawab ga gini caranya!"

"hiks... hiks hiks.."

Leo menarik vivi kedalam pelukannya, ia tau kali ini vivi benar benar menyesali perbuatannya.

"lo..hiks.. kenapa..selalu ada disaat gue kaya gini sih..hiks"

"karena gue tau lo udah gapunya siapa siapa"

"hiks.. hiks..leo."

"hm?"

"gue mau berubah, terus ada di samping gue ya?" pinta pipi dengan suara seraknya

Leo tersenyum lalu menangkup pipi vivi "gue janji"

***
Dara sudah dipindahkan ke ruang rawatnya dokter bilang dara akan sadar jika pengaruh obat bius nya sudah habis.

Yang lain pun sudah terlihat tenang, termasuk devan yang tak henti hentinya tersenyum melihat dara dan dalam hatinya tak sabar menunggu dara membuka matanya.

"anak lo lo kasih nama apa dev ?" tanya andrian "gue juga masih mikir mikir si ntar nunggu dara sadar deh" jawab devan sumringah.

"t-tolong..."

"de-van.."

"dev dara sadar dev"

"sayang heyy aku disinii"

"dev hiks.. takut" lirih dara "sstt.. semua baik baik aja ko gaada yang perlu kamu takutin"

Seperti menyadari sesuatu dara pun memegang perutnya yang sudah kempes (balon ku ada lima duar kali ah kempes).

"dev anak aku.. anak aku mana hiks.. devann."

"kenapa sayang, mau liat anak kita?" tanya devan halus, air mata dara semakin deras apa maksud devan bagaimana caranya dara akan melihat anaknya?

"dev.."

"anak kita udah lahir sayang,dia ganteng sama kaya papahnya"ucap dara sambil mengusap puncak kepala dara. "tapikan belum waktunya dev, gimana bisa?" tanya dara tak percaya.

Devan menghela nafas panjang "anak kita emang lahir premature sayang dia sekarang ada di ruangannya, kata dokter dia harus melewati beberapa pemeriksaan dan perawatan dulu baru boleh kita yang urus"

"pasti tadi dia nangis ya?"

"iya nangis. nangis liat bidadari cantiknya hampir ninggalin dia"

devan menatap dara lekat.

"dar, jangan pergi ya aku dan anak kita bakal selalu butuh kamu sampe kapanpun itu.."

"aku hancur dar waktu kamu tadi ga ketolong"

"dan aku yakin anak kita juga rasain hal yang sama"

Dara tersenyum haru.

"aku janji, gaakan ninggalin kamu dan anak kita"
.
.
.
.

hi guys jangan lupa tinggalkan jejak !



ACCIDENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang