ada yang lebih nyaring dari detak jantungku sendiri | rivetra

191 16 0
                                    

RIVETRA | angst | 300+ words

__________

Satu malam aku mendengar suara yang lebih nyaring dari detak jantungku sendiri. Suara kucing-kucing binal yang tengah mengadu tidak membuatku terusik, ketika bahkan malam itu aku tidak ingin terlelap, meski mataku harus memerah, marah, dan berdarah. Badanku bergetar didera ketakutan hebat, rasanya sampai itu membuatku sinting. Bayangan seraut ekspresi melompongmu kala itu amat sangat menggangu, seperti desing besi di auditorium kepalaku yang selalu berantakan. Mengilukan.

Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku seharusnya tidak mengatakan itu. Aku seharusnya tidak pernah mengatakan itu. Setiap senti bagian hidupku dikutuk karena membuatmu menangis, tapi, toh, aku selalu membuatmu menangis.

Dan, malam itu, ketika aku nyaris mati dicekik penyesalan, aku berlari dari kamar. Aku berlari dan terus berlari. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku berlari sekencang ini. Sekuat ini. Sampai kurasa paru-paruku pecah dan kedua tungkaiku kebas rasanya—tapi kemudian kamu,

masih,

di sana.

Beralih dari tatapan kosong menjadi binar penuh warna akan suka cita. Menggenggam buket bunga juga senyum selembut sutra. Alih-alih jaket tebal nan murah yang sering aku sampirkan, kini kamu tampak jutaan kali lebih jelita dengan gaun putih melilit tubuh. Memoles indah figur yang memang selalu tampak indah.

Begitu, ya. Jadi seraut ekspresimu kala itu adalah penghakiman final untuk diriku. Neraka penyesalan yang membuat tidurku tidak tenang, yang membuat hidupku setelahnya tidak pernah tenang.

Aku menyesap gulungan nikotin yang pahitnya mengingatkanku pada hari-hari buruk. Pada kehidupanku yang buruk. Hari di mana aku merasa moralitasku nyaris setara dengan sampah. Jika mengasihi dan dikasihi adalah prasyarat kehidupan, maka, ketahuilah, aku pasti sudah lama mati. Aku tidak tau bagaimana cara yang benar bagi manusia untuk mengelola emosi semacam itu, tapi aku jelas punya masalah terlampau rumit tentang itu. Kasih sayang, perhatian, dan segala hal yang kamu beri seperti setumpuk makanan basi yang harus aku muntahkan segera, sebab alih-alih membuatku hangat, itu malah membuatku sakit.

"Levi, kamu mau bersamaku selamanya tidak?"

Tau-tau saja aku mendengus geli tanpa aku sadari. "... Itu terdengar tolol."

Kalau aku sedikit saja lebih mengasihani diriku sendiri. Petra, pria itu seharusnya aku bukan? [...]

Ini submission buat #AOTAngstWeek2021 Day 3 — insecurity!

analekta | aotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang