6

797 122 3
                                    








Junkyu lebih diam sekarang, tak seperti pagi-pagi sebelumnya. Tidak menggoda atau berbasa-basi buat haruto bingung juga.


Sepertinya sang istri sedang tidak baik suasana hatinya.


"Kamu sakit?"


"Hah?"


Haruto menaikkan alisnya, menuntut jawaban junkyu yang mengerjabkan matanya panik.


"Ng-nggak kok kak"


Haruto mengangguk, menatap lagi mata bulat junkyu tepat. "Buat bekal lagi?"


"Buat"


Junkyu bergegas mengambil bento dikonter dapur. Mereka berangkat. Dijalan pun junkyu diam saja, seperti tidak fokus.


"Orangtua murid kamu kemarin ada macem-macem?"


"Nggak"


Haruto membuang nafas pasrah, sepertiya junkyu memang sedang tak ingin polah.


Berhenti tepat di gerbang sekolah dasar tempat istrinya mengajar, haruto menahan tangan yang lebih muda agar mendengarkan ucapannya dulu sebelum masuk.


"Semangat, jangan sampai sakit."


Junkyu mengangguk kaku.













"Pak?"


"Yuhu~"


"Pak junkyu"


"Pak!"


Junkyu tersentak dari lamunannya, ia menoleh takut-takut pada yeji.


"Nggak enak badan pak?"


"Ah, saya baik kok"


"Ini tadi pesenan dari pak kepala, nanti kalau selesai taruh ruang tu"


"Iya bu, maaf dan terima kasih"


"Santai pak, kalau sakit jangan diem aja loh"


Junkyu memberi gestur ok pada rekan cantiknya itu. Membuka map dan mengambil pena, ia mendengus memikirkan suaminya lagi.


"Kak haruto ambigu, kenapa sih! Kalau mulai suka kenapa masih judes huhu"


Beomgyu datang memberinya bolu dan minuman dingin, sepertinya habis dari kantin.


"Lagi banyak pikiran pak?"


"Enggak"


"Kentara banget"


"Huh? Eh makasih ya jajannya"


"Hehe, biasanya kan pak junkyu sering beliin saya. Jadi gantian"


"Saya kepikiran sikap suami"


"Emang kenapa? Pak haruto keliatan sayang kok sama anda"


Hmm, junkyu mengangguk saja







.


Dari Hati • HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang