Sebelas

3.9K 190 16
                                    

Di ruangan yang gelap di tengah hutan belantara, terdapat sebuah gubuk usang yang tak layak ditempat dinding yang mulai mengelupas, serta sarang laba-laba di setiap pojok ruangan. Di dalam gubuk itu terdengan jeritan pilu seorang anak  laki-laki, yang sangat disayangkan semesta seakan tuli dan enggan mendengaar jeritan lirih yang menyayat-nyayat. Dengan kondisi kedua tangan dan kaki yang  diikat di kuris.

"Mama jangan kurung Abi ma,"

"Mama disini gelap ma, Abi  takut Ma."

"Aa... Mama Abi takut Ma, jangan kurung Abi disini ma. Abi janji Ma gak akan tumpahin  susu lagi."

"Abi janji Ma Abi gak akan main lagi, Abi janji bakal jadi juara 1 biar mama gak malu sama temen-temen Mama."

"Mama pukul Abi aja Ma tapi Abi jangan di kurung disini, Abi takut Ma,"

jeritanketakutan terus melontar tanpa henti namun semua seakan tuli. tak lama ada seorang wanita menghampiri anak laki-laki itu. perlahan mendeket dan menjajarkan wajahnya dengan wajah lugu anak laki-laki yang terikat tak berdaya.

"Ma lepasin Abi Ma," lirihnya ketika melihat wajah sang Mama didepan mata.

"sebentar lagi kamu lepas kok sabar sebenter lagi jemputanmu datang." setelah mengatakan itu wanita tersebut perigi meninggalkan Abiyan dengan penuh kebingungan yang membelenggu.

"mana uangnya?"

"di dalam tas ini, sekarang berikan tuan muda?"

"tenang saja tuan mudamu ada didalam."

sayup-syup Abiyan kecil mendengar perbincangan antara Mama dan seorang pria yang ia tidak ketahu. tak berlangsung lama pintu kayu nan usang tersebut terbuka memperlihatkan Mamanya yang kian mendekat. Ikatan di kedua tangan dan kakinya terlepas, kini Abiyan di bawa mendekat kesebuah mobil mewah yang disampingnya terdapat pria jangkung dengan setelan serba hitam berduri tegap.

"Abiyan sekarang ikutlah dengan paman ini,kamu akan segera bertemu dengan ayahmu." ucap sang mama sembaru menyerahkan abiyan kepada pria tersebut.

abiyan hanya diam membeku, seakan semua ini adalah mimpi belaka. Ia pikir dirinya dikurung karna kesalahan yang Ia buat seperti sebelumnya. perlahan abiyan memasuk mobil mewah tersebut. masih dengan posisi yang sama duduk terdiam dan melamun. sesekali abiyan menoleh kebelakan berharap sang Mama mengejar dan memberhentikan kepergiannya. namun semua itu hanyalah angan belaka. mobil mewah ini tetap melesat dengan lincah. Dikegelapan malam untuk membawanya entah kemana.

selama perjalanan abiyan terus memandang suasana jalanan yang ramai, rasa bosan membelenggu dalam diri abiyan. mencoba mencerna apa yang terjadi dengan dirinya  hari ini.

"Apakah Mama membencku?" tiba-tiba abiyan bertanya, entah Ia bertanya dengan sang supir atau dengan dirinya sendiri. Cukup lama namun tak ada jawaban dari sang supir. Abiyan menghela nafas dengan kasar. "engkau pun tiak mampu menjawab pertanyaanku paman."

"tudak begitu tuan muda, hanya saja-

"sudahlah paman," belum sempat supur itu menjawab sedah dipotong oleh abiyan.

"Mama!!"

Azelia seketika terbangun dari tidurnya, melihat Abiyan yang meracau memanggil Mamanya. Dengan segera Azelia membangunkan Abiyan.

"Kakak bangun kak," Ucap Azelia sembari menggoncangkan tubuh Abiyan yang berbanjir keringat.
Abiyan terbangun dan langgsung memeluk Azelia sangat erat seakan takut jika Ia pergi.

"Mama Abi kangen ma." Lirih Abiyan dalam pelukan Azelia.

Azelia yang menerima pelukan tiba-tiba dari Abiyan dengan segap menyambutnya hangat, diusapnya kepala Abiyan sambil melontarkan kalimat-kalimat penenang untuk Abiyan.

"Azel disini kak, tenang ya itu hanya mimpi buruk," ucap Azelia menenangkan Abiyan.

"Azelia?" Lirih Abiyan seakan terkejut dengan kehadiran Azelia, "Jangan pergi lagi Aku mohon."

"Azelia tetap disini kok bareng Kak Abi." Setelah memastikan Abiyan cukup tenang Azelia perhalan melepaskan pelukannya, namun belum sepenuhnya pelukan itu terlepas dirinya sudah ditarik lebih dalam lagi kepelukan Abiyan. "Aku sudah bilang jangan pergi Azel."

Azelia tertawa renyah hingga membuat Abiyan mengeritkan dahi keheranan. "Astaga kak Abi aku hanya ingin ke dapur untuk menggambil kompres," ucap Azelia disepang ketawanya.

Namun lagi-lagi Abiyan malah mengeratkan  pelukannya, "Yang aku butuhkan hanya kamu Azel."

"Tapi kak Abi demam,"ucap Azelia sambil menyelipkan tangannya didahi Abiyan. Dengan sedikit keras Azelia melepaskan jeratannya dari pelukan Abiyan. Azelia menggambil kompres dan segera kekamar untuk merawat Abiyan. Tidak lupa Azelia tadi sempat membangunkan pelayan untuk membuatkan Abiyan bubur.

"Ck benda apa ini Azel, sudahku bilang aku hanya membutuhkanmu bukan benda ini," decak Abiyan saat Azelia menaruh handuk konpres didahinya.

"Diamlah benda ini akan membantumu sembuh," sergap Azelia yang membuat Abiyan diam tanpa bicara. Sebenarnya Abiyan berusaha menahan tawa ketika melihat Azelia yang sedang marah, lihatkah mata sayunya yang dipaksa melotot dan bibir tipis yang berbicara dengan cepat. Yah sepertinya Abiyan butuh benda itu untuk sembuh, supaya Ia bisa cepat mencecah bibir tipis yang imut itu.

Tok tok

"Nona saya bawakan bubur pesanan nona," kata pelayan yang tadi Azelia Bangunkan.

"Masuk aja bi," ucap Azelia mempersilahkan masuk sang pelayan. "Taro disini aja bi," lanjut Azelia. Setelah pelayan tadi meninggalkan kamar, Azelia segera mangambil mangkuk yang berisi Bubur ayam itu.

"Kak Abi makan dulu, setelah makan nanti minum obat." Ucap Azelia sambil membantu Abiyan duduk dengan punggun disangga tumpukan bantal.

Suapan demi suapan Abiyan terima, tak menyangka malam ini Abiyan dihantui mimpi yang hampir 5 tahun terakhir tidak hadir, namun malam ini hadir kembali. Tapi Abiyan bersyukur karna mimpi itu sekarang dia bisa dirawat oleh wanitanya-Azelia. Memandangi wajah Azelia yang menahan kantuk namun tetap menyuapinya.

Dalam hari Abiyan yang terdalam tersapat penyesalan yang mendalam, andai hari itu Ia tidak takut dengan ancaman ayahnya mungkin kini Ia dan Azelia sudah hidup bahagia. Ia, Azelia dan Adelia menjadi keluarga yang bahagia.

Yah tapi nasi sudah menjadi bubur, tidak akan ada yang bisa merubah waktu. Sekarang Abiyan harus lebih berusaha lagi untuk mendapatkan hati orang yang dicintainya dan juga Adelia anaknya.

'Tuhan Aku adalah Ayah yang buruk, tapi bisakah engkau mengijinkan Aku merasakan kebahagian ketika dipanggi Ayah oleh anakku. Aku tau Aku hambamu yang tidak pantas memohon tapi kali ini saja tuhan kabulkan permohonanku.'

****

Lampung
25 Agustus 2021

AzeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang