Satu

10K 510 87
                                    

"Kak Aku hamil."ucapku dengan sendu.

"Jangan gila! Aku tidak menginginkan bayi itu!"ucap lelaki dihadapanku dengan wajah marah.

"Kau harus bertanggung jawab, Aku hamil anakmu. Dia darah dagingmu."ucapku sembari menangis dan mencoba meyakinkannya untuk bertanggung jawab atas anak yang ku kandung. Aku tak mungkin menghidupinya sendiri, aku butuh ayah untuk anaku.

"Aku tidak akan bertanggung jawab, aku tidak menginginkannya,"ucapnya dengan lantang, sanggup mempuatku jatuh tersungkur dihadapnnya. "Harusnya Aku tidak menerima taruhan sialan itu!"teriaknya sambil memaki diriku.

Apa maksudnya? Aku berdiri berjalan mendekatinya, apa dia menjadikanku hanya sebagai bahan taruhan."MAKSUDMU TARUHAN APA?!"teriak ku meminta penjelasan darinya.

"Taruhan untuk mendekatimu, Kau itu tak ada bedanya dengan barang. Kau hanya mainanku, jadi pergilah Aku tak menginginkanmu atau pun bayi sialan itu!"ucapnya dengan lantang.

Tidak... itu tidak benar

"Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkan ku, kenapa kau lakukan ini? KENAPA?"Tangisku pecah duniaku hancur, orang yang ku cintai malah mengihianatiku.

Aku melihat dia hanya diam, tanpa pikir panjang aku segera pergi dari ruangan ini, aku sudah tidak ada alasan untuk tetap bersamanya, dia sudah mengusirku dan anak yang ada dalam kandunganku.

Aku berlari keluar, menaiki taksi untuk sampai ke Apartemen, aku harus pergi dari kota ini.

Setelah mengemasi pakaian dan barang-barang, aku segera pergi ke stasiun, aku akan menaiki kereta untuk menuju rumah orang tuaku.

Setelah sampai dikediaman orang tuaku, Aku melangkah ragu. Aku ketuk pintu dan aku mendapatkan Bunda sedang menatapku dengan sorot mata kerinduan.

"Azelia, nak kamu pulang, kenapa tidak memberi tau kami bisa menjemputmu distasiun."ucap Bunda.

Aku tak kuasa menahan tangis, aku memeluk Bunda dengan tangisan yang mengalir dengan deras.

Bunda menbantuku masuk, sekarang aku ada diruang TV bersama Bunda, cukup lama aku diam, merangkai kata untuk memberi tau yang sejujurnya kapada mereka.

"Bun dimana ayah?"tanyaku.

"Ayahmu ada diruang kerjanya, dia baru saja dipecat dari kantornya."jawab Bunda.

"Maaf."hanya kata itu yang terucap dari bibirku.

Bunda memeluku dengan sayang, menyalurkan kehangatan yang membuatku nyaman.

"Maaf Azel mengecewakan kalian... A-Azel hiks Azel hamil Bun."

Bunda tersenyum tapi terdapat kekecewaan dalam matanya.
Sunguh aku tidak dapat membendung air mataku lagi, ini begitu mengakitkan melihat sorot kekecewaan itu.

"Berapa usia kandungamu?"tanya bunda dengan senyum yang merekah serta tangan yang mengelus perut datarku

"6 minggu."jawabku

"Pergilah temui ayahmu, bunda akan menyusul."ucap bunda lalu pergi kedapur untuk membuat teh.

Aku melangkah keruangan kerja ayah, dengan ragu aku mamasuki ruangan itu, kudapat ayah sedang berkutak dengan leptopnya. Entah apa yang dia kerjakan atau mungkin dia mencari pekerjan, entahlah.

"Ayah."panggilku ragu.

Ayah menoleh, lalu bangkit dari kursinya. Berjalan mendekatiku, aku berpikir dia akan marah namun dia memelukku, dia memeluku dengan erat.

"Maaf.. maafkan ayah yang tidak bisa menjagamu dengan baik, ini semua salah ayah."ucap ayah dengan suara bergetar. Aku belum pernah melihat ayah seperti ini, ini semua kesalahanku aku yang membuatnya menderita.

"Tidak ayah ini salahku Aku yang tidak bisa menjaga diriku, Aku membuat kalian kecewa, aku putri yang buruk untuk kalian A-Aku mengecewakan kalian."ucapku dengan tangis yang mendera.

Tangisku sudah reda, dihadapanku terdapat ayah dan bunda, aku tau mereka kecewa dengaku.

"Dimana ayahnya?"tanya Ayah

"Dia tidak ada,Dia sudah mati."jawabku dingin, aku tidak salah bukan, dia memang sudah mati dia tidak pantas disebut ayah.

***

Kini sudah sekitas 4 bulan aku meninggalkannya, dan sudah 4 bulan juga aku ada didesa ini.
Yang aku pikirkan dengan kenyataanya sungguh berbeda, aku mengira mereka akan mengusirku, mereka akan memarahiku. Tapi aku salah mereka menerimaku, berbeda dengan ayah dari bayi yang aku kandung.

Aku dan orang tuaku memutuskan pulang kampung, dan disini aku sekarang, didesa dengan keasrian yang masih terasa.
Orang-orang didesa sangat ramah, mereka membuatku lupa dengan lelaki itu.

Kini kehamilanku sudah menginjak usia 5 bulan, perutku sudah membuncit, dan bayiku sangat aktif didalamnya.

Selama kehamilan aku tidak mengalami Morning sickness hanya sesekali mengidam. Aku bersyukur dengan kehadiran malaikat kecil yang sebentar lagi akan hadir.

AzeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang