Enam

4.8K 235 27
                                    

Wellcome to my story

Jangan lupa follow, vote dan comen ya....

Happy reading

***

Aku pergi dari Mall meninggalkan pekerjaanku, aku sudah tidak memikirkannya lagi karna yang aku pikirkan adalah ucapan Abiyan yang mengancamku.

'Aku akan merebut Adelia darimu Azelia, bagaimanapun caranya camkan itu.'

Kalimat itu selalu terngiang-ngiang dikepalaku. Aku takut Abiyan akan merebut Adelia dari aku.

Bukan hal sulit untuk Abiyan mendapatkan hak asuh atas Adelia, meskipun pengadilan tidak akan memberikan izin padanya, dia bisa saja memanipulasi dengan uang dan kekuasaan yang dia punya.

Diperjalanan aku selalu memikirkan bagaimana cara menjauhkan Adelia darinya.

Sekarang aku ada dirumah, aku buka kulkas, mengambil Vodka dan meminum dari mulut botol langsung. Aku bukan peminum tapi jika ada masalah aku melimpahkan semuanya dengan minum minuman haram ini.

Sekarang sudah jam 7 malam, aku masih tergeletak diruang tamu dengan minuman keras ditanganku.

'Adel?'

"Adel?" Aku baru ingat jika Adel tidak pulang bersamaku, itu artinya Adel masih dipenitipan.

Aku mencoba berdiri dengan sisa kesadaranku. 'Bodoh kenapa bisa aku melupakan Adel!' Rutukku dalam hati.

Aku keluar apartemen dengan perasaan bersalah campur cemas akan keadaan Adelia yang aku tinggalkan begitu saja.

Sampai dilobi apartemen aku melihat Kenan mendekat kearahku, aku tidak menghiraukannya  yang ada dalam benakku adalah Adelia, malaikat kecilku.

Kepalaku semakin pusing dan berat, tapi aku tetap mencoba melangkah hingga aku merasa Kenan memanggil namaku dan semua gelap.

****
Pov Kenan

Aku Kenan Adikusuma, CEO dari Adikusuma Camp sebuah perusahaan bergerak dibidang pembangunan.

Sore ini aku sedang berkutak dengan dokumen dan data-data perusahaan.

Kringg...

Telponku berbunyi disana tertera Nama Alya, adiku.

"Iya kenapa Dek?"

"Kak bisa kecafe F&C gak? Gue butuh bantuan lo."

"15 menit lagi kakak sampai." Ucapku lalu menutup telpon.

Aku segera membereskan barang-barangku, lalu pergi dari perusahaan menuju Cafe yang Alya maksud.

Sesampainya disana Aku mendapatkan Alya duduk dimeja Nomor 16, tapi dia tidak sendirian dia besama anak kecil, aku tidak tau siapa anak kecil itu karna posisi duduknya yang memunggungiku.

Sesamapi dimeja mereka Aku duduk, tapi pandanganku pada anak kecil disebelahku.

"Adelia? Kamu sendirian, dimana bunda?" tanyaku.

Anak yang bersama Alya adalah Adelia, Anak dari orang yang sangat aku cintai.

"Om ken!" Adelia beranjak dari kursi dan memeluk Kenan erat.

Alya menatap curiga kepada Kenan, "Kok dia kenal sama lo kak?"

Belum sempat Kenan menjawab sudah dipotong terlebih dahulu oleh Adel, "Tante Alya om Ken ini temennya bunda, iyakan om?" Adel menatapku untuk membenarkan ucapannya.

Aku menggangguk, lalu memindakan Adel kepanggukanku. "Jadi Adel ini anaknya temen gue,"ucapku menjelaskan kepada Alya.

Alya hanya mengganguk lalu berkata, "oh iya kak, berhubung lo udah ada disini gue cuma mau nitip Adel sama lu, soalnya dari tadi sore gak ada keluarga yang jemput dia dipenitipan, jadi gue bawa kesini,"

' bagaiman bisa Azelia lupa jemput Adel'

"Trus lo mau kemana?"

"Gua ada janji mendadak sama pacar gue, jadinya gua minta tolong sama lo buat anter Adel kerumah  orangtuanya, bay gue duluan."ucap Alya lalu kabur begitu saja.

Aku melihat Adel yang sedang asik makan es crem, sangat lucu dan menggemaskan.  Akan sangat beruntung jika dia menjadi anakku.
'Ais apa yang kau pikirkan Kenan' aku menggeleng kepala mengusir jauh apa yang sedang aku pikirkan.

"Om kenapa, kepal om sakit?"ucap Adel dengan menggemaskan.

Aku hanya menggeleng, "tidak om baik kok, kamu cepet habisin es cremnya biar langsung pulang." Dijawab anggukan oleh Adel.

Dalam perjalanan Aku berusaha menelpon Azel tapi telponnya tidak diangkat, setelah lima kali telpon malah tidak aktif.

Sekarang sudah berada didepan lobi apartemen Azel, aku melihat kesamping ternyata Adel sedang tidur lelap.

Aku turun dari mobil, niatku ingin menggendong Adel sampai Apartemen tapi aku urungkan, karna aku melihat Azelia keluar dari lift dengan langkah gontai, aku memanggil nama azelia tapi tubuh itu sudah tumbang dipelukannu.

Aku segera menggendongnya, memasukan kemobil.
Saat perjalanan ke rumah sakit, Adel terbangun.

"Om Bunda kenapa?"tanya Adel khawatir.

"Bunda kamu cuma kecapean, sekarang om mau bawa dirumah sakit, kamu jangan khawatir."

Setelah sampai rumah sakit Azel dibawa keruangan, Aku dan Adelia mengurus administarasi, tidak mungkinkan aku mengingalkan adel sendiri diruang tunggu?

Setelah mengurus administrasi kami kembali keruangan tunggu, hingga hampir setengah jam dokter baru keluar.

Aku disuruh ikut keruanggannya, dan Adelia masuk kedalam ruangan tempat Azel dirawat.

"Bagaimana keadaannya dok?"tanyaku khawatir.

"Istri anda baik, hanya saja dia terlalu setres dan terlalu banyak minum-minuman beralkohol. Anda tidak perlu khawatir istri anda akan sadar 2 jam mendatang dan kemungkinan besok sudah bisa pulang jika keadaannya membaik."

Entah mengapa hatiku menggeliat senang saat dokter menyebut Azelia adalah Istriku.
'Ayolah Kenan ada apa denganmu?'

Aku segera keluar dari ruangan dokter dan menuju kekantin, karna aku lapar, setelah membayar nasi 2
bungkis, aku segera keruangan Azel, karna kasian Adelia sendirian disana.

Saat aku membuka ruangan ternyata Adelia sudah tertidur disofa pojok ruangan, aku mendekat dan menyelimuti Adel dengan jas yang aku kenakan.

Lalu aku memakan 1 bungkusan nasi yang sudah aku beli,setelah selesai aku segera membereskannya.

Aku beranjak untuk membuang bungkus nasi. Aku duduk dikursi samping brankar, aku pandang wajah cantik Azel. Terdapat kecemasan dalam wajah cantiknya.

Aku memegang tangan Azel menyatukan dalam genggamanku dan perlahan akupun ikut terlelap disampingnya.

****

AzeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang