47☔

15.1K 1.2K 93
                                    

S
E
N
J
A
G
A

Dirga menyudahi kegiatannya ketika adzan Ashar berkumandang. Senja mengelap bibirnya sendiri. Perempuan itu memalingkan wajahnya yang kini panas dingin bersemu merah. Kejadian beberapa menit tadi berdampak pada perutnya yang seperti dihinggapi kupu-kupu bertebaran di sana.

"Hmm, makasih, Ja,"

Senja memejamkan matanya menahan gugup. "Iya," balasnya singkat.

"Gak marah, kan? Kalo marah aku minta maaf. Kalo ke ulang lagi, aku minta maaf lagi,"

"Terserah!"

Dirga terkekeh. Ia tahu wajah Senja saat ini merah salting tingkat akut. Demi menjaga harkat martabat istrinya, Dirga menyembunyikan wajah Senja di dadanya.

"Ih lepas! Aku jadi susah nafas tau!"

"Biarin. Biar kamu gak malu,"

"Aku malu karena apa coba? Perasaan nggak, tuh," alibi Senja.

"Karena pipi kamu merah, kan?" Dirga terkekeh. "Padahal udah biasa. Tapi tetap aja suka malu-malu kayak gitu."

"Ngomongnya makin sini makin prontal!"

Senja berhasil melepaskan diri. Pipinya tidak lagi merah karena malu. Tapi merah karena kesal. Bukan Dirga namanya kalo nggak bisa buat orang salting.

"Sama istri ini," Senja merotasi matanya.

"Mana Dirga yang dulu cuek, dingin, gak punya hati, yang tega jadiin cewek secantik putri Sanjaya seorang babu?"

"Yang ... gak usah dibahas," rengek Dirga malu.

"Mana Dirga yang katanya gak akan cinta sama putri Sanjaya?"

"Senja ...,"

Senja terkekeh. "Kayaknya Dirga yang cueknya minta ampun itu udah ke ganti jadi Si bucin Dirga yang gak mau lepas dari putri Sanjaya. Kalaupun lepas dikit, bisa-bisa depresot kali, hahaha...,"

Dirga memanyunkan bibirnya. Merasa malu karena kemakan omongan sendiri, Dirga memeluk Senja sampai perempuan itu mudur beberapa langkah, kehilangan keseimbangan.

"Jadi malu," cicit Dirga.

"Mampus. Kemakan omongan sendiri," kekeh Senja.

"Iya tau. Dulu deket-deket kamu rasanya risih banget. Tapi sekarang lepas beberapa menit aja rasanya kayak mau mati,"

"Lebay!" kekeh Senja seraya menepuk punggung tegap Dirga pelan.

"Aku serius, Ja. Kamu itu udah kayak oksigen didalam tabung oksigen. Yang memberi hidup ke pasiennya. Kalo oksigen habis, pasien itu bakal mati,"

"Nyawa itu bukan ditangan oksigen. Tapi ditangan Allah. Bisa aja oksigen itu habis tapi kamu masih bisa nafas,"

"Gak bisa," bantah Dirga.

"Kok gak bisa?"

"Karena manusia gak bisa hidup tanpa oksigen. Sama kayak aku, gak bisa hidup tanpa kamu," Dirga menatap lekat Senja.

SENJAGA | PERJODOHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang