24☔

20.7K 1.8K 219
                                    

S
E
N
J
A
G
A

"Ini bukan salah Lo. Kematian ada ditangan Tuhan. Kalo kandungan Safira gugur, itu udah takdirnya. Ada 'loh orang yang berusaha gugurin kandungan tapi gak gugur-gugur. Bukannya itu takdir?" tanya Senja sambil mengobati luka-nya di wajah Dirga.

Sedangkan pandangan Dirga tak lepas dari Senja. Ia terus mendengarkan dan meresapi apa yang Senja katakan untuknya.

"Jangan nyalahin diri sendiri karena hal yang bukan salah kamu," ujar Senja.

"Tapi dia gugurin kandungan gara-gara masih berharap sama cinta gue, Ja. Karena gue, Safira gugurin kandungannya," lirih Dirga amat bersalah.

Senja menyingkirkan obatnya lalu menangkup satu pipi Dirga seraya tersenyum manis untuk menguatkan suaminya.

"Lo gak salah. Safira terlalu obsesi dan gak bisa lawan nafsunya sendiri," ujar Senja. "Bukan salah Lo, Dirga. Ini Takdir. Kita gak mau ini kejadian. Safira juga menyesal atas tindakan bodohnya. Udah ya, jangan nyalahin diri sendiri. Nanti kamu bisa stres." lanjutnya.

"Kamu?" ulang Dirga membuat Senja tersadar lalu berdeham.

"Ehem, maksud gue, elo," telak Senja sambil menggaruk pipinya, canggung. Bukan disengaja, tapi salah ucap.

"Gak pa-pa embel-embelnya aku-kamu. Jadi berasa punya pacar,"

"Kan gue istri Lo, gimana sih?" sarkas Senja, Dirga mengubah posisinya menjadi duduk seraya terkekeh tanpa sadar membuat sudut bibirnya terasa perih.

"Istri siapa?"

"Elo," jawab Senja.

Dirga mengangguk setuju. "Boleh enggak gue minta sesuatu?" tanya Dirga serius.

"Minta apa? Baby? Hayu gas keun!"

"Stres!" damprat Dirga menepuk kening Senja cukup keras. Senja tanpa dosanya malah cengengesan sambil mengusap keningnya.

"Hehe ... Sorry sorry. Otak gue entah kenapa jadi eror gini. Mungkin karena ngebet pengen cepet-cepet timang anak,"

"Gue gak mau cepet-cepet malahan," ujar Dirga.

"Loh, kenapa? Apa menurut Lo gue belum pantas untuk ngurus anak?" tanya Senja heran sekaligus sedih.

"Bukan gitu, Ja. Gue gak mau cepat-cepat karena gue takut liat Lo kesakitan. Belum ngidamnya, ngandung sampai sembilan bulan, belum lagi ngelahirinnya. Taruhannya nyawa," ujar Dirga. Memang benar, inilah yang Dirga takuti.

"Gue udah tau konsekuensinya kayak gitu. Taruhannya nyawa. Tapi gue udah mempersiapkan mental, Ga. Lo gak usah khawatir," ujar Senja meyakini bahwa ia bisa.

Dirga menghela nafas berat. "Ya udah," ujar Dirga.

"Ya udah apa?" Senja bingung.

"Ya udah nanti bik-"

"YES! Sampai jadi anak kembar ya, Ga?" ujar Senja menaikan turunkan alisnya.

"Sedikasihnya aja," ujar Dirga mengacak rambut Senja gemas.

Senja mengangguk cepat. Tanpa babibu cewek itu mencium pipi Dirga dan berlari begitu saja meninggalkan Dirga yang terdiam merasakan tubuhnya yang seperti tersengat listrik dalam sekejap.

SENJAGA | PERJODOHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang