The Remaining Crest

1.4K 67 16
                                    

Crimson Butterflies; Final Frame

2nd Season

By. Luna Sedata

All characters belong to Tecmo.inc as this is only one of fan fiction from Playstation 2, X-box, and Nintendo Wii Game. With this disclaimer, author owe nothing with Tecmo-Koei.inc

 

Cerita berikut adalah kelanjutan dari Crimson Butterflies; The Fatal Frame yang di-upload di Wattpad sejak awal tahun 2012 lalu. Ditulis berdasarkan game paling favorit di jepang yang terkenal dengan judul Zero, atau Fatal Frame saja di eropa dan amerika.

Mengisahkan tentang perjuangan Mio dalam menolong kakak kembarnya; Mayu. Ditulis kembali dengan gaya novel dan alur cerita yang cukup detail sehingga dapat dinikmati bahkan tanpa harus bermain gamenya. Tentu saja jika reader pernah memainkan gamenya akan memudahkan untuk mengikuti kisah ini. Well... enjoy the story.

Genre : Adventure, Horror, Tragedy, Fantasy.

______________________________________________________________________________

Hour 11 of 2nd : The Remaining Crest

 

My baby... my baby...

~ Woman in The Box

            Mio kembali berdiri tepat di depan rumah Osaka, tanpa ragu membuka pintu utama sebelum memasukinya dengan hati-hati. Dalam sekejap, Mio sudah kembali berada di ruang tunggu depan sembari menoleh ke arah sekat tepat di sebelah kirinya.

            Mio punya firasat kuat kalau dia tahu betul di mana letak ruang kimono tempat simbol Osaka berada, dan memang demikian adanya. Tepat di belakang Sekat adalah sebuah ruangan sebesar kamar pribadi dengan beberapa kimono yang tergantung. Sebuah lemari usang penuh debu tampak berdiri kaku di pojok dengan lentera merah desa sebagai satu-satunya sumber cahaya di sana. Mio ingat betul akan ruangan ini karena di sana lah dia melihat sosok hantu Miyako untuk pertama kalinya.

            Sadar kalau dia harus bergerak cepat, Mio pun segera membuka pintu geser berikutnya, menghantarkannya ke ruang tamu dengan sebuah tungku perapian di tengah. Mio tidak peduli lagi dengan kondisi ruang tamu yang mengenaskan itu. Alih-alih, Mio segera berbalik ke pintu yang tidak jauh dari seberang tangga utama, memasuki ruang kimono yang dilihatnya dari ruang tunggu tadi.

            Ruang kimono itu ternyata lebih kotor dari yang Mio duga, penuhnya debu dan sarang laba-laba membuat Mio segera bersin-bersin. Sembari menutup hidung dengan satu tangan, Mio segera mengeluarkan senternya dan mulai mencari apapun yang dilihatnya mirip dengan simbol Osaka.

            Mio merobohkan beberapa penggantung kimono, memeriksa lemari dan membuka lacinya, menyenter lantai di pojok yang gelap hingga membuka lentera merah yang ada di sana. Sayangnya, usaha Mio tidak membawa hasil sama sekali. Sebaliknya, debu semakin beterbangan yang praktis membuat Mio semakin bersin tak karuan.

            Mio pun mulai kebingungan karena dia merasa sudah membuang waktu percuma. Saat dia berpikir untuk membawa beberapa lilin dari ruangan tamu sebagai tambahan cahaya, mendadak saja Mio mendengar suara sayup-sayup bayi yang menangis.

Crimson Butterflies 2nd; Final FrameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang