Distorted Father

1.2K 65 9
                                    

Crimson Butterflies; Final Frame

2nd Season

By. Luna Sedata

All characters belong to Tecmo.inc as this is only one of fan fiction from Playstation 2, X-box, and Nintendo Wii Game. With this disclaimer, author owe nothing with Tecmo-Koei.inc

 

Cerita berikut adalah kelanjutan dari Crimson Butterflies; The Fatal Frame yang di-upload di Wattpad sejak awal tahun 2012 lalu. Ditulis berdasarkan game paling favorit di Jepang yang terkenal dengan judul Zero, atau Fatal Frame saja di Eropa dan Amerika.

Mengisahkan tentang perjuangan Mio dalam menolong kakak kembarnya; Mayu. Ditulis kembali dengan gaya novel dan alur cerita yang cukup detail sehingga dapat dinikmati bahkan tanpa harus bermain game-nya. Tentu saja jika reader pernah memainkan game-nya akan memudahkan untuk mengikuti kisah ini. Well... enjoy the story.

Genre : Adventure, Horror, Tragedy, Fantasy.

______________________________________________________________________________

Hour 17 of 2nd : Distorted Father

 

“You come just for resist, Yae...?"

~ Ryokan Kurosawa

Mio dengan sigap segera mengangkat kameranya sementara lima sosok pendeta berkerudung segera melesat maju mendekat. Mio yang menyadari kalau dia tak akan sempat menembak akhirnya memutuskan untuk menghindar tepat sebelum lima pendeta itu mengayunkan tongkat mereka yang masing-masing tersambung dengan mata pisau itu.

Walaupun berhasil menghindar, bukan berarti Mio bisa tenang. Hanya selang beberapa detik sebelum salah satu dari mereka muncul kembali secara tiba-tiba seraya mengayunkan tongkat sabitnya. Sekali lagi Mio berhasil menghindar sebelum kembali berlari cukup jauh untuk menciptakan jarak yang cukup aman.

Saat ada celah untuk mengaktifkan frame gaib, Mio segera memanfaatkan peluang tersebut hanya untuk menyadari kalau film Type-90 yang terpasang pada kameranya ternyata telah habis. Mio tentu saja kesal, mengingat dia lagi-lagi lupa untuk mengecek isi film-nya secara berkala.

Sadar bahwa lima hantu pendeta berkerudung itu kembali berusaha menyerang, Mio dengan sigap berlari menjauh sembari merogoh film-film kamera yang masih dia miliki. Secara acak, Mio kembali mendapati film Type-61 terakhir yang dimilikinya. Setelah yakin bahwa tembakan cepat yang khas dari film bersangkutan semestinya cukup efektif untuk melawan keroyokan hantu-hantu tersebut, Mio pun segera memasangkannya pada sekat kamera sebelum bersiap untuk serangan balasan.

Mio baru saja hendak mengaktifkan frame gaibnya sebelum kembali salah satu hantu muncul mendadak di depannya. Terlepas dari semua itu, Mio tidak gentar. Saat ayunan tongkat sang hantu kembali diayunkan, frame gaib terisi penuh sedetik lebih cepat, memberikan Mio kesempatan untuk menghempas sang hantu dengan telak.

Sang hantu yang tertembak dari jarak nol itu pun mengerang sakit dengan suara yang menyeramkan. Sementara empat hantu pendeta yang lain pun tak tinggal diam, kembali melesat ke arah Mio dengan kecepatan yang semakin meningkat layaknya peluru yang tak terkendali.

Mio berhasil menghindari serangan tiga hantu pertama. Sayangnya, Mio tidak beruntung untuk serangan hantu yang terakhir. Sebuah tusukan tepat di dada segera melumpuhkan Mio untuk sesaat. Untunglah Mio dengan sisa tenaga terakhir masih sempat memberikan tembakan pada hantu yang berhasil menyerangnya itu. Walaupun frame tembakannya tidak terisi penuh, setidaknya Mio bisa memanfaatkan jeda tersebut untuk kembali bangun dan mengambil jarak.

Crimson Butterflies 2nd; Final FrameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang