Crimson Butterflies

1.5K 64 27
                                    

Crimson Butterflies; Final Frame

2nd Season

By. Luna Sedata

All characters belong to Tecmo.inc as this is only one of fan fiction from Playstation 2, X-box, and Nintendo Wii Game. With this disclaimer, author owe nothing with Tecmo-Koei.inc

Cerita berikut adalah kelanjutan dari Crimson Butterflies; The Fatal Frame yang di-upload di Wattpad sejak awal tahun 2012 lalu. Ditulis berdasarkan game paling favorit di Jepang yang terkenal dengan judul Zero, atau Fatal Frame saja di Eropa dan Amerika.

Mengisahkan tentang perjuangan Mio dalam menolong kakak kembarnya; Mayu. Ditulis kembali dengan gaya novel dan alur cerita yang cukup detail sehingga dapat dinikmati bahkan tanpa harus bermain game-nya. Tentu saja jika reader pernah memainkan game-nya akan memudahkan untuk mengikuti kisah ini. Well... enjoy the story.

Genre : Adventure, Horror, Tragedy, Fantasy.

______________________________________________________________________________

Zero Hour : Crimson Butterflies

We can’t always be together. I know that... you either..."

~ Mayu Amakura

  Mio mendadak saja membuka kedua matanya. Butuh waktu setidaknya sepuluh detik bagi otaknya untuk beradaptasi, mengakui bahwa dia masih hidup dan bernapas. Mio menyadari kalau dirinya masih terbaring di bebatuan dasar yang lembab, tubuhnya terasa begitu ringan dan lemas kalau tidak mau disebut hampir mati rasa.

Dengan susah payah, Mio berusaha bangun dan duduk. Memperhatikan sekitarnya, Mio bersyukur karena sosok Kusabi sudah tidak terlihat di manapun. Walaupun begitu, tanah landai yang sebelumnya menjadi saksi bisu pertarungan mautnya dengan Kusabi kini telah luluh lantak dengan retakan di mana-mana.

Melihat semua itu mengingatkan Mio akan momen-momen di mana cakar Kusabi menembus dadanya dengan kuat. Mio benci mengakuinya, namun Mio ingat betul bagaimana serangan Kusabi tersebut seharusnya meninggalkan sebuah lobang menganga tepat di dadanya, yang ironisnya kini justru tidak berbekas.

Luka-luka memar memang masih tersisa di tubuh Mio, namun untuk luka berat yang Mio yakin lebih dari cukup untuk membunuhnya justru menghilang sama sekali. Dewa manakah yang menolongnya? Azami kah? Tak peduli sekuat apa Mio berpikir, tetap saja fakta bahwa dia masih hidup sungguh sulit dipercaya olehnya, terlepas dari rasa syukur yang dirasakannya sedari tadi.

Mio pun kembali memeriksa sekitarnya, berusaha mencari kamera Obscura andalannya yang ternyata sudah terbelah dua dengan lensa dan lubang pengintip frame gaib terpisah satu sama lain. Sementara itu, di samping kamera tergeletak seuntai kalung yang Mio ingat betul merupakan hadiah pemberian Itsuki untuknya saat pertemuan mereka yang terakhir.

Mio segera memutuskan untuk memungut kalung tersebut yang ternyata telah rusak juga. Mata kalung tersebut yang seharusnya merupakan sebuah batu kaca unik yang berkilau kini telah hancur, hanya menyisakan sedikit pecahan kecil pada pangkal pengaitnya.

Awalnya, Mio masih belum sadar dengan apa yang baru saja dilihatnya, tepat sebelum ingatan saat Kusabi mengoyak tubuhnya kini kembali berputar dengan cepat, layaknya kilas balik sebuah film.

Bukankah dia mendengar suara sesuatu yang retak dan pecah saat detik-detik terakhir Kusabi mencabiknya? Lalu saat dia terbangun, kalung pemberian Itsuki tersebut malah sudah terlepas dari lehernya? Dengan hiasan batu kacanya hancur berkeping-keping seperti ini? Tidakkah ini terlalu aneh jika disebut kebetulan? Terlebih Itsuki pernah mengatakan kalau kalung batu kaca tersebut dipercaya mampu menolak mara bahaya.

Crimson Butterflies 2nd; Final FrameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang