Unstoppable Sae

1.6K 61 12
                                    

Crimson Butterflies; Final Frame

2nd Season

By. Luna Sedata

All characters belong to Tecmo.inc as this is only one of fan fiction from Playstation 2, X-box, and Nintendo Wii Game. With this disclaimer, author owe nothing with Tecmo-Koei.inc

Cerita berikut adalah kelanjutan dari Crimson Butterflies; The Fatal Frame yang di-upload di Wattpad sejak awal tahun 2012 lalu. Ditulis berdasarkan game paling favorit di jepang yang terkenal dengan judul Zero, atau Fatal Frame saja di eropa dan amerika.

Mengisahkan tentang perjuangan Mio dalam menolong kakak kembarnya; Mayu. Ditulis kembali dengan gaya novel dan alur cerita yang cukup detail sehingga dapat dinikmati bahkan tanpa harus bermain gamenya. Tentu saja jika reader pernah memainkan gamenya akan memudahkan untuk mengikuti kisah ini. Well... enjoy the story.

Genre : Adventure, Horror, Tragedy, Fantasy.

______________________________________________________________________________

Hour 3 of 2nd : Unstoppable Sae

I shall wait for you, at the same place... just like that night...”

~ Bloody Kimono Sae

Mio terus melihat ke arah tangga, bersiap dengan sesuatu yang akan datang menyerang. Anehnya, suara langkah kaki dan teriakan yang mengerikan itu mendadak hilang begitu saja. Mio curiga sekaligus merasa ngeri, membuatnya masih ragu untuk menaiki tangga besar tersebut.

Tepat saat itulah Mio menyadari ada sesuatu yang melesat dengan sangat cepat dari atas. Sosok itu tidak melesat untuk menyerang Mio. Alih-alih, Mio merasa kalau sosok mencurigakan itu lebih terlihat sedang terjun bebas. Sekilas, Mio menyadari kalau wujudnya adalah seorang wanita berambut panjang dengan kimono putih.

Saat wujud wanita itu menabrak lantai, Mio bisa mendengar suara tulang yang patah, suara daging yang hancur dengan darah yang menyembur ke mana-mana.

Mio mematung dengan pandangan mata yang kosong, ini pertama kalinya dia melihat orang bunuh diri. Ditambah dengan darah yang menyembur ke seluruh tubuhnya membuatnya hampir histeris dan mundur beberapa langkah.

Mio mengedipkan matanya beberapa kali, membuatnya sadar kalau darah yang menyembur ke arahnya tadi hanya ilusi belaka. Sayangnya, hantu wanita yang ada di depannya itu tidak termasuk dalam ilusi tadi.

Sebaliknya, hal yang menakutkan justru semakin terjadi tatkala wujud wanita yang seharusnya sudah mati itu kembali bergerak. Leher wanita itu sudah patah, namun dia terus memaksakan dirinya untuk memandang ke arah Mio.

Wanita itu sudah tidak mampu lagi berdiri dengan kedua kakinya. Sebaliknya, dia bergerak dengan sikap kayang tidak sempurna, menyeret tubuhnya dengan paksa.

Mio masih melihat semua itu dengan tatapan ngeri, walaupun akal sehatnya dengan cepat kembali menyadarkannya. Gerakan hantu wanita itu lamban sekali, yang perlu dilakukan Mio hanyalah segera berlari menaiki tangga dan meninggalkannya. Dengan kondisi tulang patah dan badan remuk seperti itu, rasanya hampir mustahil baginya untuk mampu mengejar Mio.

Dengan cerdik, Mio pun melewati hantu itu dengan cepat sebelum segera berlari menuju ke arah tangga. Mio menaikinya dengan terburu-buru sebelum sadar kalau fenomena hitam putih terjadi lagi.

Pintu bawah tangga tempat Mio masuk sebelumnya terpental jauh dengan suara ledakan yang kuat, menyusul wujud Sae yang berjalan keluar dengan kabut merah darah yang membalut tubuhnya, layaknya selendang-selendang tipis yang menyala seperti kobaran api.

Crimson Butterflies 2nd; Final FrameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang