Goresan warna.
Najun masih belum paham dengan hal itu, sungguh.
Berjalan menyusuri jalanan. Menatap langit di atas sana.
Langit, bintang dan bulan. Langit itu gelap, hitam, dan tampak membosankan. Karna dia tidak punya warna yang bisa menghiasi. Namun, dengan hadir nya bintang dan bulan. Langit tampak sangat indah dan berbeda dari sebelum nya yang begitu membosankan.
Itu yang dipikirkan Najun saat ini.
Mulut nya mendesis pelan saat suhu dingin menusuk tubuh nya. Hanya berbekal kaos pendek tipis, mana bisa menghalau angin malam yang begitu dingin.
Entah bagaimana bisa, dirinya yang sedang asik berkutat dengan buku buku besar dan tebal, mendadak ingin pergi ke taman kota di waktu malam seperti ini.
Rasa nya malas, tapi hati nya seperti sangat menginginkan.
Najun mendudukkan tubuh nya di pinggiran jalan tepat sebelah taman. Menselonjorkan kedua kaki yang terasa pegal lalu menekuknya kembali. Beberapa kali mengusap kasar hidung nya yang memerah karna suhu dingin.
"Malem malem gini kok malah duduk di bawah gitu, serem tau ga"
Mendengar suara yang sangat familiar di telinga, Najun menoleh, mendapati Janji menghampiri nya sambil menenteng sebuah skateboard bergambar.
Berjongkok tepat di depan Najun.
"Hai" sapa Janji dengan senyum khas nya yang diikuti lengkungan mata.
"H-hai juga?"
Janji terkekeh. Meletakkan skateboard di sebelah, setelah itu melepas jaket hitam yang membungkus tubuh nya, menyisakan kaos tipis berwarna putih.
"Ampe menggigil gini, kok nekat banget keluar ga pake jaket, atau hoodie yang biasa lo pakai" sambil memasangkan jaket di badan Najun.
Menjawil hidung Najun yang memerah, "dingin banget ya" lantas mengusap nya pelan, "sampe merah gini. Mampet ga hidung nya?"
"H-ha? I-iya dikit"
Janji menarik skateboard miliknya, lalu menggunakan nya sebagai alas duduk.
"Lagi pusing nugas apa gimana? Kok kayak nya banyak pikiran gitu" tanya Janji setelah mendapat posisi duduk yang enak.
Najun menggeleng, "engga sih. Lagi kepikiran sesuatu aja"
"Sesuatu apa tuh?"
Najun menatap Janji, tepat di kedua netra menenangkan itu. Menelisik lebih dalam. Memperhatikan bagaimana gerakan netra itu ketika berkedip.
Semu merah muncul di pipi putih Najun, nafas nya juga terasa tertahan, belum lagi degup jantung nya yang mulai berdetak melebihi normal. Ada sensasi baru yang belum pernah ia rasakan. Seperti banyak kupu kupu yang bersarang di perut nya kemudian terbang hingga menimbulkan rasa geli.
Angin berhembus mengenai rambut Janji hingga tersibak ke belakang, menampakkan kening mulus, juga aroma wangi dari tubuh Janji yang ikut tercium walau hanya samar.
Najun mengalihkan pandangan nya, tak kuat lagi.
Jantung nya semakin ribut dan pipi nya mulai memanas. Dalam hati meronta ronta, hampir berteriak tanpa sebab kalo dia tidak ingat di hadapan nya masih ada orang.
Najun menenangkan dirinya yang kacau di dalam. Padahal di luar nya tampak tenang seolah menikmati pemandangan malam. Janji sendiri lebih memilih memandangi Najun dengan diam.
Setelah dirasa mulai tenang, Najun kembali menatap Janji. Oh shit! Sensasi itu mulai muncul lagi.
Najun memberanikan diri menatap netra itu semakin lama.
Jauh di dalam sana, hati dan pikiran nya sedang mendebatkan sesuatu yang hari ini menjadi beban pikiran nya.
allow me to confirm this feeling, janji.
__________________.
KAMU SEDANG MEMBACA
hoodie and the owner.
Short Story"Kenapa emang nya kalo pake hoodie melulu? Gemes kok" - Janji to Najun.