Najun melompat ke kasur setelah menghabiskan waktu setengah jam untuk membersihkan badan nya.
Rumah nya juga tampak lumayan rapi karena sempat ia bereskan sebentar.
Najun merebahkan diri nya sambil menatap langit langit kamar, kemudian menelisik ke seluruh penjuru ruangan. Sudah berapa lama ia menempati tempat ini? Mungkin ada sekitar dua tahun? Atau hampir tiga tahun? Selama itu pun, Najun belum bertemu orang tua nya.
Prinsip Najun, selesaiin kuliah, jadi orang sukses, bawa orang tua ke kota.
Kelihatan nya simpel bagi orang orang, namun begitu perjuangan bagi Najun.
Tiba tiba dering telfon terdengar memenuhi telinga Najun.
Princess Najun♡ is calling......
Najun tersenyum selebar mungkin,
"BUNDAAAAA"
"YAAMPUN! Jangan teriak teriak, jun!"
"Hehehe. Bunda, kangen"
"Iya tau. Bunda juga— NAJUN UDAH DAPET PACAR BELUM?"
Najun agak menjauhkan handphone nya dari telinga sejenak, kemudian kembali menempelkan ke telinga, "Ayah! Tanyain kabar anak nya dulu kek. Malah nanyain itu"
"Kalo kamu jawab kayak gitu, pasti belum punya. Kamu tuh udah gede, cari pacar sana. Biar hidup mu ga monoton"
Monoton.
Najun terdiam. Kedua kali nya kata itu ditujukan untuk Najun. Apa iya hidup nya terlalu monoton?
"Najun? Jangan pikirin omongan ay— PIKIRIN JUN! POKOKNYA AYAH MAU KAMU PUNYA PACAR— yah, pergi dulu bisa ga. Ganggu banget"
"NAJUN MASA KAMU GA PERNAH JATUH CIN— ayaaaahhh!!!— iya iya bun, nih ayah pergi"
Najun menghela nafas, "ayah cerewet"
"Kurang ajar kamu, jun— ayaaahh pergi dulu ah. Bunda mau ngobrol sama Najun"
Najun terkekeh. Setelah itu terdengar suara pintu di tutup dari seberang sana.
Najun mendudukkan dirinya, bersandar di papan sandaran kasur dan menarik selimut sebatas dada.
"Najun? Kamu baik kan disana?"
"Ya baik bun, kayak biasa nya. Bunda bai— pasti baik. Kalo masih bisa tengkar sama ayah, pasti baik baik aja"
Bunda tertawa kecil.
"Bunda"
"Hm?"
Najun menggerakkan jari nya di atas kasur membentuk pola pola tidak jelas, "emang iya hidup Najun terlalu mono—"
"Iya"
"IH BUNDA, Najun belum selesai ngomong"
Terdengar suara tawa kecil dari seberang, "gimana ya, jun. Tiap hari kamu pake hoodie mulu aja udah bisa dibilang monoton. Bunda yakin hidup kamu sekarang ga jauh dari ngampus, pulang, tidur, ngampus, pulang, tidur lagi"
"Engga ya, bunda sok tau. Biasanya aku bersih bersih rumah, masak—"
"Beda konteks, jun. Sebenernya apa kata ayah juga ada bener nya. Coba kamu cari pacar, biar hidup mu tuh ada goresan warna nya. Walaupun sedikit"
"Iya bunda tau kamu ga bosen hidup monoton terus. Tapi dicoba, jun. Kamu rasain sensasi baru nya"
"Tapi selama ini Najun belum pernah jatuh cinta, bun"
"Huuu anak muda apaan ga pernah jatuh cinta"
"Nyebelin! Eum, bunda, gimana rasanya jatuh cinta?"
"Ga tau deh, jun. Cobain sendiri lah"
"NAJUN MATIIN NIH TELPON NYA"
Kini Bunda nya tertawa lantang, "Najun....Najun....gini deh. Bunda ga maksa kamu harus punya pacar. Cuman, coba cari orang yang bisa bikin warna di hidup kamu"
Najun menunduk. Mengusap usap selimut warna ungu keabu abu an.
Menengok ke atas meja belajar, dimana ada jam beker milik nya yang berbentuk panda. Memperhatikan bagaimana jarum itu bergerak berputar diiringi suara dentingan.
Mendadak tangan nya meremat selimut dengan sangat erat.
Entah kenapa sejak tadi, pikiran nya melayang ke satu orang yang akhir akhir ini mampu membuat hati nya berdesir untuk pertama kali. Sensasi baru yang terasa aneh tapi Najun suka.
am i starting to fall for you?
_____________.
KAMU SEDANG MEMBACA
hoodie and the owner.
Short Story"Kenapa emang nya kalo pake hoodie melulu? Gemes kok" - Janji to Najun.