Chapter 16

1.8K 145 5
                                    

Ino POV

"Sai-kun, antarkan aku ke tempat Forehead" ujarku pada Sai

Ya, pagi ini aku dan Sakura-Forehead memang ada janji untuk bertemu di cafe dekat apartementnya. Aku sudah menelphonenya berkali-kali tapi sejak tadi dia tidak menjawab telphoneku. Khawatir?ntahlah tapi perasaanku tidak enak

Apa mungkin terjadi hal buruk padanya?tapi, tidak mungkin. Sasuke pasti bersamanya, jadi aku tidak perlu sekhawatir ini padanya kan?

"Memangnya ada apa?" Sai bertanya padaku

"Aku ada janji denganya pagi ini,tapi sejak tadi dia tidak menjawab telphoneku. Padahal biasanya dia pasti akan menjawabnya"

"Mungkin dia masih tidur"ujar Sai

"Sepertinya tidak mungkin, Forehead bukan orang yang suka bangun siang"

"Kalau begitu telephone lagi saja"saran Sai

"Aku sudah menelephonenya berkali-kali. Sudahlah, antarkan saja aku ke apartementnya"

"Baiklah, tunggu disini" Sai masuk ke dalam kamarnya lalu segera berganti pakaian

Oh ya, kami memang tinggal bersama sejak beberapa bulan lalu. Ini adalah keinginanku,awalnya Sai tidak setuju tapi akhirnya dia menyerah juga. Lagipula memangnya kenapa?toh kami juga sudah sering melakukan 'kegiatan' rutin kami jauh sebelum tinggal bersama

"Ayo" Sai menuntunku keluar dari apartement kami

●●●

Saat sampai di apartement Sakura, aku menatap heran ke dalam. Pintunya tidak terkunci, bahkan setengah terbuka

"Forehead, Sasuke-kun?

Sepi, tak ada jawaban

"Forehead, aku datang"

Setelah beberapa kali memanggil dan tidak ada jawaban, aku pun segera masuk dan mengecek ke seluruh ruangan. Mulai dari ruang tengah,dapur, ruang makan, hingga ke kamar tidur pribadi Sakura, namun tetap tidak ada orang

"Apa dia di kamar Sasuke-kun?" Karena sangat ingin tahu, aku pun membuka pintu kamar bernuansa gelap itu

Cklekk

"Sakura, Ya ampun!"aku berteriak histeris saat pertama kali memasuki kamar itu

Bagaimana tidak?pertama kali masuk, aku sudah disuguhi pemandangan yang benar-benar tragis

Sakura, sahabat pink ku itu sedang duduk sambil merintih kesakitan. Dan yang lebih membuatku kaget dan histeris adalah darah yang mengalir di sela-sela pahanya. Sangat banyak, bahkan darah itu sudah menggenang di lantai

Aku segera berlari ke arahnya dan menaruh kepalanya di pangkuanku.

Sebelum kehilangan kesadarannya, aku mendengar Sakura menyebut namaku

"Sakura, hei?"ujarku sambil menepuk-nepuk pelan pipinya, namun Sakura tidak bereaksi

Saat ini aku benar-benar panik, saking paniknya aku bahkan sampai tidak bisa berfikir. Untung saja Sai, yang memang masih menungguku di parkiran berinisiatif untuk ikut masuk ke apartement setelah beberapa menit menungguku di bawah

"Sakura!" Sai berlari ke arah kami

"Apa yang terjadi?"tanya Sai sambil menggendong Sakura dan berjalan ke luar

"Aku tidak tahu, hiks. Aku menemukannya dalam keadaan seperti ini"

"Jangan menangis, Sakura akan baik-baik saja" ujar Sai berusaha menenangkanku. Padahal aku sangat tahu, bahwa Sai juga sama cemasnya denganku. Selama ini Sakura, dan Naruto memang orang yang sudah Sai anggap sebagai keluarganya melebihi teman-temannya yang lain

DandelionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang