PART 3

4.1K 482 22
                                    

***

Pengirim : +628xxxxxxxxxx

Motor kamu sudah saya antar ke rumah. Kamu nggak usah antar motor  saya, nanti biar saya ambil sendiri. Oh iya, tadi saya minta nomor ini ke Ayah kamu.

Rania tersenyum tipis membaca pesan yang dikirimkan oleh Adrian. Dia tidak menyangka karena selain baik, ternyata pria itu juga cukup menyenangkan. Bahkan tadinya dia sempat dibuat bimbang karena merasa malu pergi ke ruko pria itu untuk mengembalikan motor sekaligus mengambil motor miliknya. Bukan apa-apa, dia dan Adrian tidak pernah terlibat dalam sebuah percakapan. Lalu kejadian yang menimpanya hari ini merubah semuanya. Yang paling tidak disangka-sangka, pria itu mengiriminya pesan. Ya, meskipun itu juga untuk kepentingannya. Tapi siapa yang menyangka jika mereka yang tadinya begitu asing kini justru saling mengetahui nomor telpon satu sama lain.

Uh, memang ya rencana Tuhan tidak ada satu orang pun yang tahu.

Kepada : +628xxxxxxxxxx

Oke Mas, makasih.

Setelah memberikan balasan, Rania segera bersiap untuk pulang. Tetapi sebelum itu, dia akan mampir lebih dulu ke minimarket terdekat. Dengan semua kebaikan Adrian hari ini, dia ingin membelikan cemilan sebagai tanda terima kasih untuk pria itu. Sekalian juga membeli untuk dirinya sendiri karena stok di rumah sudah menipis. Oh, jangan lupakan dia juga harus mampir ke pom untuk mengisi penuh motor Adrian yang dipinjamnya ini.

Namun akhirnya Rania menyesali keputusannya yang memilih minimarket yang letaknya tak jauh dari kantor. Bukan karena cemilan disana tidak lengkap atau harganya yang cenderung mahal. Melainkan karena pertemuan tak terduga antara dirinya dengan sesosok pria yang selama ini ia berikan tempat khusus di hatinya. Setelah tadi pagi dibuat terkejut dengan pertemuannya bersama Adrian, maka sekarang dia kembali mengulangainya namun dengan pria yang berbeda.

Kini dihadapannya, Raffa berdiri dengan senyuman lebar setelah tak sengaja lengan mereka saling bertabrakan layaknya adegan di film-film. Lalu saat mendongakan kepala, mereka sama-sama terkejut karena tidak menyangka akan bertemu di minimarket.

"Kamu baru pulang Na?" Raffa melontarkan tanya yang Rania tanggapi dengan anggukan kepala.

"Sendiri apa sama temen?"

"Sendirian." Rania menanggapi singkat. "Kamu juga sendiri?" tanyanya balik sambil celingukan.

"Aku sama Lusi." Raffa menjawab sembari menaruh cemilan yang diambilnya ke dalam keranjang. Sementara Rania langsung terdiam dan hanya manggut-manggut saja.

Harusnya dia tidak usah bertanya saja tadi. Entah kenapa, meskipun sudah tahu kalau Raffa memiliki kekasih yang telah dipacarinya bertahun-tahun, dia tetap saja merasa kesal sendiri setiap pria itu menyebut sang kekasih.

"Habis jemput dia di kantor terus katanya pengin beli cemilan, kebetulan di dekat sini ada minimarket makanya mampir. Aku baru inget kalau tempat kerja kamu juga nggak jauh dari sini 'kan Na?"

Rania menanggapi dengan anggukan tipis lalu pura-pura sibuk mengambil jajanan. Padahal hatinya sedang dongkol sekarang. Entah dia saja yang terlalu cinta atau Raffa yang terlalu bodoh sampai-sampai tidak menyadari perasaannya selama ini.

Sementara Raffa yang tiba-tiba merasa suasana menjadi canggung lantas menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Kamu kenapa sih Na? Perasaan dulu nggak sependiem ini deh."

"Karena semakin bertambahnya umur, rasanya tidak pantas jika masih berperilaku seperti remaja."

Tak.

Stuck in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang