PART 6

3.3K 482 38
                                    

***


Rania menghela napas bosan sambil memainkan kuku-kuku jarinya di atas meja hingga menimbulkan bunyi lirih. Dia dan Diana sudah sampai sekitar 10 menit yang lalu, namun ketiga temannya belum juga datang. Bahkan dia juga sudah memesankan makanan sesuai pesanan mereka di grup. Sekarang Diana sedang pergi ke toilet yang membuatnya seperti orang hilang karena duduk sendirian.

"Hai.."

Wanita itu mendongak lalu memberi senyuman manis pada sosok pria yang menarik kursi dihadapannya.

"Yang lain belum dateng?" masih terkejut dengan kedatangan pria si pemilik wajah manis dihadapannya, Rania menggeleng tanpa ekspresi namun hati tengah bersorak bahagia sekarang. 

"Wisnu sama Arum masih di jalan, kalau Diana lagi di kamar mandi." pria itu mengangguk yang dibarengi dengan senyuman sejuta pesona.

Namanya Raffa Ardhana Fahrezi. Teman semasa SMA sekaligus pria yang meraih predikat sebagai cinta monyetnya. Belum genap 17 tahun saat pertama kali mereka berkenalan. Dia pernah membaca sebaris kalimat di media sosial yang mengatakan bahwa tidak ada yang namanya cinta pada pandangan pertama.

Benarkah tidak ada? Sayangnya dia sudah terlanjur percaya bahwa cinta pada pandangan pertama itu benar-benar nyata. Karena dia sudah membuktikannya sendiri. Mencintai pria dihadapannya ini nyaris 10 tahun lamanya setelah pertemuan pertama mereka.

Gila bukan? Ya, dia memang segila itu sampai bertahan mencintai seseorang selama bertahun-tahun lamanya. Dan bagian tergilanya adalah dia melakukannya secara diam-diam.

Luar biasa bukan?

"Na,"

Rania tersentak dari lamunannya kemudian menatap pria dihadapannya.

"Kenapa Raf?"

"Aku bakalan nikah dalam waktu dekat ini,"

"Hah?"

"Sebelum ngasih tahu yang lain, aku ingin kamu yang dengar kabar bahagia ini lebih dulu."

Kabar bahagia ya? Tapi kenapa dadanya terasa sesak setelah mendengarnya?

"Na, kenapa melamun? Jangan bilang kamu udah ngantuk?"

Rania memilih mengabaikan candaan Raffa yang biasanya akan dirinya tanggapi dengan suka cita. Hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"Nggak apa-apa, Raf. Cuma rada pusing sih sejak tadi." kilahnya.

"Mau aku belikan obat dulu?" Rania buru-buru menggeleng. "Nggak usah. Aku ke kamar mandi dulu ya? Sekalian mau nyusulin Diana." melihat anggukkan Raffa, Rania buru-buru beranjak pergi.

Setelah ini, mampukah dia melupakan segala rasa yang telah membuatnya resah? Salahnya sendiri memang, yang sudah tahu jika akhirnya akan seperti ini namun masih berani mencinta.

"Mencintai kamu kenapa harus sesakit ini sih, Raf?" lirihnya sendu.

"Yang lain udah pada dateng Ran?" Diana bertanya begitu berpapasan dengan Rania di depan pintu kamar mandi.

"Baru ada Raffa. Gue duluan ya, Di? Kebelet soalnya."

Dengan memasang wajah yang tampak baik-baik saja, Rania segera masuk ke dalam salah satu bilik toilet setelah mendapati anggukan Diana. Dia duduk di atas kloset sambil menutup wajah. Menahan suara isak tangis supaya tidak didengar orang lain.

Stuck in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang